Thirteen Terors Episode 4. Police

159 25 0
                                    

Episode 4. Police


"Gimana keadaan lo?" Setelah amukan Lim reda, akhirnya dia bertanya keadaan Dikta yang sepertinya juga shock berat, lelaki ini terlihat linglung. Lim kemudian membawa Dikta pergi menuju apart nya, Dikta butuh istirahat setelah semua yang terjadi.

"Lim.."

Lim tengah memijat pelan kening Dikta, lelaki itu berbaring dengan kepala di paha Lim.

"Hnm?"

"Lo inget, gue pernah cerita soal cewek yang dicomblangi Bella! Dia, meninggal, hari ini baru dimakamin, gue tadi abis dari pemakamannya, makanya itu.." Kemudian cerita itu mengalir, dimana Dikta yang melihat gadis dengan pakaian pengantin itu menaiki tangga dan ia mengikutinya. Lim mendengarkan seksama, sedikit tidak masuk akal namun itulah kenyataannya, Lim sendiri yang melihat Dikta hampir menjatuhkan diri dari atap gedung itu, hampir saja, dia masih diselamatkan tuhan.

"Dia bilang, ini salah gue, dia mati karena gue Lim.." gadis ini tidak menyangka, Dikta amat terpukul, cairan bening itu melewati pipi cowok itu, Dikta mengeluarkan air matanya. Lim mengusap rambut Dikta, ia menggeleng.

"Enggak, ini semua bukan salah lo, lo berhak nolak siapapun yang mau masuk kehidup lo, lo berhak Dik, apalagi yang gue tau, dia bahkan berani masuk rumah lo dan... Astaga, Dik, dia ngelakuin itu karena kebodohan dia sendiri.." Lim mencoba memberi penerangan pada Dikta.

Ia tahu mengenai cerita seorang gadis yang masuk tanpa izin kerumah Dikta, Lim memang mendengar cerita itu langsung, namun ia bahkan tidak tahu nama dan wajah perempuan itu.

Dikta membenamkan wajahnya diperut Lim, dia memeluk erat gadis ini.

"Malem ini gue temenin lo, karena besok gue gak bisa diganggu, gue bakalan bikin konten seharian, karena hari ini gue gak upload."

"Hnm, biar gue yang ketempat lo."

Lim lalu menemani Dikta semalaman, dia menginap, tidur disamping cowok yang tidak melepaskan pelukannya itu, jika Lim pegal, maka Dikta dengan senang hati mengubah posisinya, asalkan ia terus menghadap wajah Lim, bucin akut.

Kemudian hari itu tiba.

"Lim, dompet kamu ketinggalan nih."

Itu suara Glenca. Lim mundur, dia lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

"Pergi... Salah gue itu apa? Gue gak kenal sama lo,,, jangan ganggu gue." Suara Lim terdengar bergetar, dia ketakutan setengah mati, tawa itu masih menggelegar memenuhi setiap ruangan rasanya.

"Lim, kamu mau tau siapa perempuan sialan itu," kemudian tawa itu seperti berada di kepala Lim, gadis itu hanya meringkuk ketakutan, suara ketukan semakin menggema.

"Lim..Lim.."

"Pergi!!! Jangan ganggu, gue gak kenal lo... Pergi.." suaranya sudah serak akibat teriakannya sendiri, dia masih meringkuk suara ketukan itu semakin terdengar.

"Lim.."

"Pergi.."

"Arrggghhhh.." Lim berteriak saat ponselnya mengeluarkan suara, jantungnya masih berdetak kencang saat ternyata ada yang meneleponnya, Lim perlahan membuka selimut itu, tidak ada siapapun dikamar ini.

Pintu itu terus diketuk.

"Lim.." dan suara itu, itu adalah suara Dikta, sahabatnya, dan yang menelpon barusan juga Dikta. Lim bejalan keluar kamar, suara gedoran pintu tetap terdengar.

Riddle And Creepy Story (END)Where stories live. Discover now