CHAPTER 26 [Heksa Hilang]

Start from the beginning
                                    

"Kayaknya," balas Yoga kurang yakin.

Biasanya Heksa bolos itu ngajak-ngajak gak mau dia kalau sendirian, katanya sih kalau ketahuan biar pas kena hukuman gak sendiri.

"Lho, ternyata Bang Heksa chat ke gue tadi pas jam pelajaran pertama. Nih lihat!"

Jidan memperlihatkan papan pesannya pada semuanya.

Bang Heksa

Gue sakit perut, jadi balik duluan, udah dapet izin kok dari guru kesehatan.
Bilangin ke si Jiko atau siapapun yang sekelas sama gue, pas pulang bawain tas gue.
Thanks.

"Syukur deh kalau udah balik," celetuk Jiko yang merasa perasaannya tidak enak sejak tadi.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

Mereka berenam memutuskan untuk menjenguk Heksa, namun pulang dulu ke rumah masing-masing untuk berganti pakaian.

"Gue duluan!" pamit Jiko pada semuanya. Di ikuti Januar dan Jidan.

"Yoi!"

***

Januar, Jiko dan Jidan sudah sampai di rumah masing-masing.

Tak lama mereka keluar dari gerbang sudah dengan pakaian rumahannya. Di bahu Jiko tersampir tas Heksa.

Ternyata di depan gerbang rumah Heksa sudah ada Rasya, Yoga dan Chiko.

Mereka langsung masuk ke rumah Heksa. Di ruang tamu keenamnya bertemu dengan Marka yang sedang memainkan laptopnya, sepertinya sedang mengerjakan tugas.

"Assalamu'alaikum Bang!"

Marka menoleh ke arah pintu. "Wa'alaikumsalam. Kalian, sini-sini duduk!"

"Heksa-nya di kamarnya ya Bang?" tanya Jidan saat tak melihat Heksa.

Wajah Marka terlihat bingung. "Lho, Heksa kan sekolah sama kalian."

"Tapi Bang, tadi pagi dia pulang katanya sakit perut. Nih tasnya aja ada di gue," sahut Jiko menjelaskan. Ia memberikan tas Heksa pada Marka.

"Tapi dia sekarang gak ada di rumah."

"HAH?!"

"Beneran Bang?"

"Iya beneran, masa gue bohong."

"Tapi tadi pamitnya gitu Bang ke gue." Jidan memperlihatkan chat dari Heksa.

Marka berdiri, begitupun dengan yang lain.

"Coba gue telepon Ayah dulu, siapa tahu Heksa ke kantor Ayah."

Marka mencoba menghubungi sang ayah, raut panik jelas tergambar dari wajahnya. Begitu juga dengan semuanya yang disana.

Panggilan tersambung.

"Halo Bang! Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Ayah disana ada Adek gak?" tanya Marka to the point.

Diseberang sana Joni mengernyitkan dahinya. "Lho Adek kan sekolah Bang. Dia gak ada disini kok."

"Tapi Yah, kata temen-temen Heksa. Adek tadi pas jam pelajaran pamit pulang, bilangnya sakit perut. Sampai sekarang dia gak ada di rumah, makanya Abang telepon Ayah. Siapa tahu Adek disana."

"Abang jangan bohong ya, April mop masih lama."

"Abang gak bohong Yah, mendingan Ayah sekarang pulang deh Yah. Kita diskusiin ini."

"Oke, Abang jangan panik dulu!"

Sambungan terputus.

"Gimana Bang?" tanya Januar.

"Dia gak ke kantor Ayah," jawab Marka pelan.

Mereka terdiam, memikirkan kemanakah Heksa pergi dan kenapa harus bohong pada keenam sahabatnya?

Tiga puluh menit kemudian terdengar deru mesin mobil yang berhenti, tak lama masuklah Joni.

"Adek kemana?" tanyanya tergesa.

"Kita belum tahu Yah, kontaknya juga sekarang gak bisa dihubungi."

Joni mengambil ponselnya, mencoba mendial nomor Heksa, memang benar tidak nyambung.

"Ayah coba cek lokasinya di GPS yang sengaja di pasang di tas Adek."

"Tapi Yah, tas Adek sekarang ada disini." Marka memberikan tas Heksa pada Joni.

Wajah Joni berubah panik. "Jelasin kronologi kejadiannya yang sedetail-detailnya!"

Marka menjelaskan kronologi dari awal Heksa pamit ke toilet, hingga sekarang yang menghilang entah kemana.

"Kenapa gak kita coba lapor polisi aja Om!" usul Chiko di tengah kepanikan.

"Tapi ini belum satu kali dua puluh empat jam," sahut Rasya cemas.

"Benar apa yang dikatakan Rasya, lebih baik sekarang kita mencar ke tempat yang sering Heksa kunjungi. Om, Marka dan Jiko. Rasya, Jidan dan Chiko, sedangkan Januar dengan Yoga."

Mereka semua mengangguk dan mulai bergegas keluar rumah.

"Semoga ini gak ada hubungannya dengan kejadian yang di kantor," gumam Joni pelan.

_______________________________________________
TBC

TERIMA KASIH.

Heksa Story ✓Where stories live. Discover now