CHAPTER 05 [Sedikit Nasihat dari Ayah]

984 88 0
                                    


-----

Selamat membaca.

-----

Heksa terbangun dari duduknya. Ia baru saja selesai melaksanakan sholat Magrib

"Gak ganteng lagi deh muka gue," gumam Heksa saat becermin pada cermin di kamarnya.

Ia menghela napas pelan. Memilih keluar kamar menuju ruang keluarga, guna mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya.

"Ayah taro dimana ya kotak obatnya." Tangan Heksa membuka satu persatu laci nakas yang berada di ruang keluarga.

"Nah lo ketemu," gumam Heksa senang. Ia lantas mendudukan pantatnya di sofa.

Ceklek

Terdengar suara pintu terbuka, itu ayah dan abangnya yang baru pulang dari masjid komplek, usai melaksanakan sholat. Heksa menyalami tangan keduanya setelah mereka terduduk.

"Udah sholat?" tanya Marka. Ia duduk di sebelah Heksa, lalu mengambil kotak P3K yang berada di tangan Heksa.

"Udahlah Bang, Abang gak lihat nih Adek masih sarungan gini?" jawab dan tanya Heksa agak sewot.

"Biasa aja dong, gak usah sewot begitu," balas Marka.

Tangan kanannya menuangkan alkohol pada kapas di tangan kirinya, Marka mulai membersihkan dan mengobati luka-luka di wajah Heksa.

"Pelan-pelan Bang," ucap Heksa saat merasa abangnya menekan terlalu kencang lukanya.

"Ini udah pelan kok," balas Marka, masih fokus membersihkan dan mengobati luka Heksa.

"Tapi kok sakit."

"Ya lo nya diem. Makanya jangan sok jagoan lo! Songong banget pake gelut segala."

"Bukan gelut Bang, tapi berantem."

"Lagian mereka yang tiba-tiba nyerang. Adek sama Jiko gak bisa diem aja lah," lanjut Heksa.

"Gimana lo aja sayang." Marka menekankan kata terakhirnya.

"Sayang-sayang. Jijik Adek dengernya."

"Gak usah di dengerin."

"Tapi kan Adek punya kuping, gimana sih Abang."

"Agrh, diem lo! Nyahut terus perasaan."

"Iya maaf."

Ayahnya hanya tersenyum sekilas melihat perdebatan kecil antara kedua putranya, tanpa berniat melerai.

Tak berselang lama, Heksa selesai di obati. Ia kembali menyimpan kotak P3K tersebut, pada tempat semula.

"Makasih."

"Hm."

"Sekarang Adek ceritain lebih detail! Kenapa bisa pulang sore dalam keadaan babak belur gitu!" Joni membuka suara.

Heksa menghela napas panjang sebelum bercerita, ia mulai menceritakan dari awal bel pulang sekolah memilih berdiam diri di lapangan voli sekolahnya, lalu mampir ke warung nasgor, hingga ada sekelompok orang menyerangnya.

"Lain kali kalau mau main dulu habis pulang sekolah itu, hubungi Ayah atau Abang! Biar kita gak khawatir. Ayah gak bakal ngelarang Adek kok. Ayah percaya, Adek udah besar dan bisa menjaga diri sendiri. Dan usahakan kalau mau main atau mampir dulu kemana-mana dan pulangnya menjelang Magrib atau malem Adek harus bawa baju ganti, jangan pakai baju seragam. Biar lebih tenang mainnya."

"Iya, maaf Yah, Bang." Heksa menunduk.

Joni mengusak surai hitam Heksa pelan, sedangkan Marka menepuk bahunya.

Heksa Story ✓Where stories live. Discover now