CHAPTER 04 [Sedikit Insiden]

1.1K 99 0
                                    


-----

Selamat membaca.

-----

Setelah selesai makan, kini Heksa dan Jiko sedang berada di area masjid komplek perumahannya. Mereka akan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Jangan salah, bukan bermaksud sombong, walaupun mereka berandal. Tak pernah sekalipun mereka meninggalkan sholat lima waktu. begitupun dengan kelima sahabatnya. Moto hidupnya itu gini “Berandal boleh, tapi jangan sampai melupakan kewajiban.”

Setelah selesai sholat, mereka langsung menggunakan kembali sepatunya.

Heksa memeriksa jam di ponselnya. 17:00 WIB.

“Yuk balik!”

Saat akan berbelok ke blok perumahan keduanya. Motor yang dikendarai Jiko dan Heksa dihadang oleh segerombolan cowok yang kalau dijumlahkan ada 8 orang, yang sama-sama masih menggunakan seragam sekolah, bedanya hanya pada logo sekolahnya saja.

“Gawat,” gumam Heksa pelan namun mampu didengar oleh Jiko.

“Mau ngapain kalian ngehadang jalan kita? Minggir! Gue mau lewat.” Jiko berucap dengan keras.

Salah satu dari kelompok cowok itu menodongkan senjata tajam, berupa pisau ke arah keduanya. “Turun lo berdua!”

“Ogah,” balas Heksa dengan wajah ketus.

“Turun atau gue tusuk kalian pakai pisau ini?”

Tanpa ada perlawanan, Heksa dan Jiko langsung turun dari motor. Mereka tidak mau ambil risiko.

"Tanpa perlu basa-basi. Gue Arga dari SMA Dirgantara."

"Gak nanya," gumam Heksa.

“Mau lo apa?” tanya Jiko dengan mata menatap tajam lawan bicaranya.

“Kalian kan yang udah menyebabkan temen kita masuk rumah sakit?”

“Siapa nama temen lo emang?”

“Aris.”

“Oh itu, bukan kita yang nyerang dia. Tapi Deon, kalian pasti kenal kan Deon? Iya Deon dari SMA Kencana.”

“Alah gak usah bohong lo. Guys serang mereka berdua!”

Jiko dan Heksa berdiri saling membelakangi, dengan posisi memasang kuda-kuda siap untuk berkelahi.

Sial, dua lawan delapan, mereka bisa saja kalah telak. Apalagi salah satu diantaranya yang bernama Arga itu  membawa sajam. Mereka berdua di kelilingi oleh delapan orang cowok itu.

“Udah gue bilang bukan kita, tapi si Deon. Kalian salah paham. Malahan kemarin yang nolongin temen lo itu kita.”

“Banyak omong lo.”

“Eits bentar,” teriak Heksa saat ke delapan pemuda itu sudah semakin mendekat. “Satu lawan satu dong, lo gak kasian apa? Kita cuma berdua ini.”

“Bodo amat.”

Setelahnya perkelahian pun tak dapat dielakkan. Bunyi pukulan dan tendangan dari perkelahian itu terdengar keras di kesunyian sore menjelang malam ini. Mereka berkelahi dengan disoroti sandyakala yang seolah turut menyaksikan perkelahian.

Heksa dan Jiko menangkis setiap tendangan dan pukulan yang mengarah ke mereka.

Satu-persatu dari delapan cowok tersebut tumbang, tersisa empat orang lagi, satu diataranya Arga yang membawa pisau.

Karena lengah, Heksa terkena dua kali tendangan di perut, serta lima kali pukulan di wajah. Ia jatuh terduduk, Heksa merintih pelan.

Saat melihat cowok yang memegang pisau itu mengarahkan pisaunya ke arah Heksa, Jiko datang. Ia langsung menendang cowok tersebut, hingga pisaunya terlempar jauh.

Heksa Story ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu