CHAPTER 14 [Hadiah Buat Ayah]

460 62 0
                                    

-----

Selamat membaca.

-----

Heksa sedang berdiri di balkon kamar, saat melihat ayahnya sudah pulang. Heksa keluar dari kamar, berlari menuruni tangga, ia berniat menyambut sang ayah.

Ceklek

"Sore Ayah!" sapa Heksa.

Joni yang baru membuka pintu tersenyum. "Sore, Adek tumben sudah pulang? Biasanya main dulu."

"Tadi pas Adek lagi belajar, ada pengumuman, sekolah mendadak di liburin Yah. Katanya gurunya mau rapat, kalau main, Adek tadi udah ke mall."

Keduanya berbincang sambil berjalan ke arah kamar Joni. Dan tanpa terasa keduanya sudah sampai di depan kamar.

"Habis ngapain ke mall?"

"Main ke arcade terus nonton film di bioskop."

"Kamu keluar dulu sana!" Joni mendorong pelan badan Heksa. "Ayah mau mandi dulu," lanjutnya.

"Oke Yah."

Saat melewati kamar Marka, Heksa berpapasan dengan Marka. Mereka pun berjalan beriringan menuju lantai bawah, dan memilih duduk di sofa.

"Bang, yang tadi beneran pacar Abang?" tanya Heksa untuk yang kesekian kalinya.

"Bener, kenapa sih lo nanya itu mulu?"

"Ya Adek gak percaya aja, kalau Abang beneran punya pacar. Terus katanya Abang mau bawa pacar Abang ke rumah itu hari Minggu, dan ini masih hari Rabu loh Bang."

"Ckk, sebenernya gue sama dia baru jadian tadi pagi. Dan kenapa gue bawa dia kesini? Sengaja mau di pamerin ke lo."

"Dasar tukang pamer, untung Adek gak iri." Heksa mencebikkan bibirnya kesal. "Eh, berarti pas yang malam itu Abang bilang udah punya pacar itu bohong?" lanjutnya setelah menyadari sesuatu.

Marka hanya cengengesan tak jelas. "Hehe."

"Heh dasar tuti."

"Tuti siapa Dek? Abang baru denger namanya, dia pacar kamu?"

"TUkang TIpu."

***

Hari begitu cepat berlalu, tak terasa langit yang tadinya berwarna biru disertai putih cerah berawan terggantikan dengan langit berwarna hitam yang mengartikan hari sudah malam.

Saat ini Joni, Marka dan Heksa sedang melaksanakan makan malam. Tidak ada yang membuka suara, ketiganya memilih fokus dengan makanan yang tersaji.

Setelah selesai, mereka bertiga bergegas mencuci piring yang tadi dipakainya masing-masing.

Itu merupakan peraturan tak tertulis dari Joni sejak mereka kecil, dengan tujuan agar kedua putranya disiplin dan mandiri.

To much information, karena Joni yang sering mengajarkan sifat mandiri pada keduanya, bahkan Heksa bisa memasak sejak ia duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Walaupun hanya masakan sederhana yang bisa ia buat.

Sedangkan Marka, dia cenderung lebih pintar membersihkan rumah, daripada Heksa yang agak malas kalau soal membersihkan rumah.

Intinya, mereka saling melengkapi. Jika Marka giat membersihkan rumah, sedangkan Heksa giat memasak. Namun sekarang mereka sudah jarang melakukan kedua aktivitas tersebut karena sudah ada bi Ijah dan suaminya yang menghandle segalanya.

Kini mereka bertiga sudah duduk santai di sofa ruang tamu.

"Yah, Ayah tahu gak ka---"

"Gak tahu," balas Joni cepat.

"Adek kan belum selesai ngomong Yah." Heksa mencebikkan bibirnya kesal.

"Haha, yaudah lanjutin!"

"Ayah tahu gak kalau Bang Marka udah punya pacar, tadi aja di bawa ke rumah," jelas Heksa.

Joni mengarahkan pandanganya pada putra sulungnya yang sedang bermain ponsel. "Emang bener Bang?" tanyanya.

Marka langsung mematikan ponselnya. "Bener Yah, gak papa kan?"

"Gak papa, lain kali ajak main lagi ke rumah pas ada Ayah. Ayah kan mau kenalan sama calon mantu," goda Joni diakhir perkataanya.

"Apa sih Yah, Abang belum kepikiran sampai sana. Lagian Abang masih fokus sama kuliah." Marka terlihat salah tingkah digoda seperti itu.

Heksa yang melihat memekik, "Ya ampun, baru kali ini Adek lihat Abang salting gitu."

"Bagus, pacaran boleh tapi pendidikan jangan lupa."

"Oh iya, Heksa kan punya hadiah buat Ayah."

"Hadiah buat Ayah?" tanya Joni yang diberi anggukan kepala oleh Heksa.

"Hadiah apa? Perasaan Ayah gak ulang tahun deh," lanjutnya heran.

"Sebentar, Adek ambil dulu."

Heksa berlari menuju kamarnya. Tak lama kemudian ia sudah kembali duduk, ditangannya terdapat dua buah kotak berukuran sedang, berbeda warna.

Heksa memberikan satu kotak berwarna hijau pada Joni. "Nih Ayah buka."

Joni lantas membuka kotak tersebut. Ternyata isinya sebuah jam tangan klasik berwarna hitam yang sepertinya akan cocok jika digunakan Joni.

"Wah bagus banget." Joni berdecak kagum saat melihatnya. Ia mengambil jam tangan tersebut dan mencoba memasangnya di lengan kiri.

"Adek beli dimana?" tanya Joni.

"Di mall tadi Yah, tadi pas lagi lihat-lihat jam, jam tangan itu narik perhatian Adek. Terus Adek mikir pasti cocok buat Ayah. Yaudah deh Adek beli," jelas Heksa disertai dengan senyuman sumringah.

Joni mengusak rambut Heksa. "Thank you."

"Ayah gak usah bilang makasih sama Adek, itu belum seberapa dibandingkan dengan usaha Ayah yang udah menjaga dan merawat Adek dan Abang dari kecil dengan baik seorang diri. Harusnya Adek dan Abang yang bilang makasih sama Ayah, karena udah sabar menghadapi segala tingkah laku kita berdua yang kadang bikin Ayah capek, apalagi pas kita kecil."

"Iya Yah, Abang juga mau bilang makasih karena Ayah selalu ada buat kita berdua." Marka menimpali.

"Itu sudah tugas Ayah sebagai orang tua, lagian kalau Ayah gak ngejaga dan merawat kalian yang ada Bunda marah di sana."

Mereka bertiga saling berpelukan erat, saling menyalurkan rasa sayang masing-masing. Bahkan tangan Joni mengusap bahu kedua anaknya sayang.

"Heksa sayang Ayah dan Abang."

"Abang juga."

"Ayah juga pastinya."

Marka melepaskan pelukan ketiganya terlebih dahulu, ia mencolek bahu Heksa agak kencang. "Hadiah buat Abang ada gak Dek?"

Lantas Heksa juga melepaskan pelukan tersebut. "Ada kok Bang, nih." Heksa memberikan kotak satunya pagi yang berwarna merah.

Marka menggoyangkan kotak tersebut. "Isinya apa? Berat banget."

"Gue buka ya," lanjutnya.

"Iya, buka aja." Tanpa Marka ketahui, Heksa sedang tersenyum jahil sekarang.

"WHAT?" pekik Marka saat melihat isinya yang ternyata dua botol saus tomat. "Ngapain lo ngasih gue ini? Lo kan tahu sendiri kalau gue gak suka saus tomat."

"Sengaja, karena Abang gak suka saus tomat berarti buat Adek aja."

"Terus hadiah buat gue mana?"

"Gak ada, "

"Dasar Adek laknat."

"Gak perduli."

Joni tertawa terbahak saat melihat wajah mengejek Heksa dan wajah nelangsa plus kesal Marka.

"Anak kita sudah besar Bun."

_______________________________________________
TBC

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER

TERIMA KASIH







Heksa Story ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz