CHAPTER 01 [Hadiah + Pekenalan Singkat]

3.3K 157 1
                                    

Hello semuanya.

Aku bawa cerita baru nih.

Welcome to my story

Enjoy aja ya

Sorry for typo

I hope you like my story

Kalau suka jangan lupa masukin library dan reading list kalian ya.
Oh iya. Ada satu lagi.


HAPPY NEW YEAR SEMUANYA.

Gak kerasa udah tahun 2023 aja.

"I hope will be more happier things than 2022. Let's start things off right in 2023!"

-----

Selamat membaca chapter awal.

-----

“Satu.”

“Dua.”

“Tiga.”

Pritt

Setelah pluit dibunyikan oleh sang ayah, Marka dan Heksa lantas langsung berlari memutari lapangan basket yang terletak di halaman belakang rumah mereka. Mereka sedang melakukan balap lari dengan ayah keduanya sebagai wasit, dan para pegawai di rumahnya sebagai penonton.

“Ayo Adek! Jangan mau kalah dari Abangmu.” Itu teriakan ayah Marka dan Heksa, Joni.

“Abang juga ayo! Hadiah menanti.”

“Semangat Den Heksa,” teriak Supardi, tukang kebun di rumahnya.

“Ayo Den Marka, semangat larinya.” Kalau itu teriakan Ijah, pembantu rumah.

5 menit kemudian.

Heksa dan Marka langsung terduduk dengan kaki diselonjorkan, dengan napas yang masih terengah. Bi Ijah, langsung memberikan kedua pemuda itu minum yang telah disediakan sebelumnya.

“Abang curang, gak mau tahu. Pokoknya hadiahnya buat Adek,” protes Heksa masih dengan napas tersenggal.

“Gak bisa gitu dong. Kan gue duluan yang sampai finish, berarti gue yang menang,” balas Marka tak mau kalah. Tangannya menggapai minuman dingin di depannya.

“Tapi kan Abang curang, masa baju Adek ditarik-tarik sih, Adek jadi susah larinya Abang.” Heksa yang kesal lantas menjambak rambut Marka.

“Aww, sakit Dek. Lepasin gak! Rambut gue bisa rontok kalau lo tarik-tarik gini.” Marka meletakkan minuman yang dipegangnya, ia mencoba melepaskan jambakan Heksa.

Sang ayah yang melihat kejadian itupun, tak tinggal diam. Ia langsung bergegas mendekati kedua putranya.

“Lho, kok jadi pada ribut. Adek lepasin itu tangannya! Kasian Abang mukanya sampai merah gitu.” Setelah mendengar ucapan ayahnya, baru Heksa melepaskan jambakan mautnya. Di telapak tangannya terdapat beberapa helai rambut Marka.

Marka yang melihat, tak ayal mengumpat pelan. “Sial, rambut indah gue.”

Heksa menjulurkan lidahnya mengejek Marka, ia perlahan mendekati sang ayah.

“Cih, mau ngadu pasti,” gumam Marka dengan raut kesal.

“Ayah, masa tadi Bang Marka mainnya curang, harus di kualipikasi berarti dan hadiahnya buat Adek.”

“Diskualifikasi,” ralat Joni.

“Dasar cepu lo.” Marka memandang sinis Heksa.

Heksa tak menghiraukan ucapan abangnya, ia lebih memilih bergelayut manja di lengan kekar Joni. “Eh iya, diskualifikasi. Ayah, hadiahnya buat Adek aja ya.” Mata Heksa mengerjap beberapa kali, agar terlihat lucu.

Heksa Story ✓Where stories live. Discover now