CHAPTER 11 [Masih Rumah Chiko]

492 56 0
                                    


-----

Selamat membaca.

-----

18 : 30.

Heksa dkk masih berada di rumah Chiko. Sehabis sholat Magrib, mereka memutuskan untuk bermain di rumah pohon.

Pemandangan rumah pohon terlihat indah saat malam, karena Chiko memang meminta pada orang tua nya untuk mendekor rumah pohon tersebut. Sebuah lampu tumblr berwarna hijau neon mengelilingi rumah pohon itu.

Pada tembok rumah pohon yang terbuat dari kayu itu banyak sekali tulisan-tulisan dan gambar yang dibuat Heksa dkk saat pertama kali ke rumah pohon.

Memang halaman belakang rumah Chiko begitu indah, banyak lampu tumblr yang saling terhubung, melintang sepanjang halaman belakang. Terdapat juga beberapa lampu taman bulat disana.

Rencananya Heksa, Rasya, Yoga dan trio J akan pulang setelah isya.

“Papa dan Mama lo emang biasa pulang malam Chik?” tanya Rasya penasaran.

“Iya,” jawab Chiko.

“Lo gak pernah ngerasa kesepian gitu sendirian di rumah?” tanya Yoga.

“Kesepian sih, tapi gimana lagi. Mereka kan kerja buat gue juga, jadi gue gak ada hak buat ngelarang. Kadang gue juga selalu mikir bokap sama nyokap gue terlalu sibuk sama perkejaannya, gak pernah mentingin gue lah, ini lah, itu lah, mereka gak mikir apa kalau gue masih butuh mereka. Tapi yah balik lagi, mereka kerja buat gue.” Chiko menghela napas panjang setelah bercerita. “Jadi  mau gimana lagi.”

Semuanya terdiam mendengar  cerita Chiko.

Heksa menepuk bahu Chiko dua kali. “Gak usah murung gitu, kita ber enam pasti akan terus berada di samping lo.”

"Bener tuh, lo jangan pernah merasa sendiri. Ada kita disini." Jiko menimpali

"Kalau lagi ngerasa kesepian, butuh temen curhat atau capek. Gak perlu sungkan untuk datang ke kita, kita pasti mau kok dengerin keluh kesah lo." Kali ini Yoga.

Chiko mengangguk. “Thanks.”

"Gak perlu bilang terima kasih, itu tugas kita sebagai sahabat."

Setelahnya entah siapa yang memulai, mereka saling memeluk, kecuali Januar yang hanya menatap mereka malas. Dia tidak terlalu suka yang melow-melow seperti ini.

Heksa yang merasa kurang, menarik lengan Januar, membuat Januar yang tak siap, menubruk tubuh Jidan pelan. Heksa menepuk bahu Januar satu kali.

"Aduh kok gue jadi sedih gini ya," celetuk Jidan dramatis.

"Gak usah alay lo, ganggu suasana aja," balas Chiko.

Heksa menghela napas pelan, ia jadi memikirkan ayah dan abangnya. Mendengarkan cerita atau bisa juga disebut keluh kesah Chiko tadi, ia merasa bersyukur. Setidaknya walaupun ia sudah tidak memiliki orang tua yang utuh, ia masih memiliki ayah dan abangnya yang selalu berada di rumah saat malam, jadi ia tak pernah merasa kesepian. Dan mereka berdua juga begitu  menyayanginya dan juga selalu berada di garda terdepan untuk melindunginya.

Sekarang ia jadi tahu satu hal. Bahwa kekayaan, tidak selamanya membuat bahagia. Chiko contohnya, ia memang diberikan kekayaan yang melimpah, tapi tidak dengan kasih sayang dan perhatian yang sebenarnya Chiko butuhkan. Chiko bukan tidak merasakan, ia merasakan namun hanya sedikit, tidak banyak.

Sekali lagi. Heksa merasa bersyukur dengan adanya ayah dan abangnya yang selalu mensuport-nya, ia menjadi lebih bersemangat dalam melakukan apapun. Keduanya begitu perhatian, walaupun abangnya, Marka. Tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Namun ia merasakannya.

Heksa Story ✓Where stories live. Discover now