Oh! BAD! -31

7.9K 605 53
                                    

Devan menatap ke arah Arily. "Yang, kali ini aja, jangan egois. Aku harus tanggung jawab."

"Tapi gue gamau!" tekan Arily.

"Eh Ri, Lo jangan egois gitu dong, kali ini Lo keterlaluan banget tau gak," ujar salah satu OSIS Manuska dari arah kursi OSIS.

Arily menunjuk OSIS tadi. "Lo anjing sekolah diam aja ya!"

"ARILY!" tegas Devan. Devan sebenarnya ingin marah, tapi ia lebih bingung kenapa kekasihnya tiba-tiba bersikap seperti ini.

"APA?!" balas Arily tak kalas keras.

"Sumpah ya, kamu itu kenapa sih?" Devan benar-benar frustasi.

"Emangnya kenapa? Gue biasanya juga kayak gini."

"Ri, please lah ngertiin posisi aku, kamu kenapa sih?" ujar Devan, ia benar-benar memohon sekarang.

Arily memutar bola matanya kesal. "Ngertiin Lo? Dan biarin Lo berduaan sama tuh cewek di UKS? Lo pikir gue gak tau ngapain Lo sama dia di ruang ganti tadi? Lo pikir gue gak liat Lo berduaan, ketawa-ketawa sama dia ke sini tadi? Lo pikir gue gak tau kalau tuh cewek mantan Lo?! Ada mau Lo sama dia hah?!"

"ARILY!" Kali ini Devan benar-benar membentak kekasihnya itu.

Melihat Devan yang mulai tak terkendali, Zaki mendekat.

"Ri, please lah ngertiin Devan. Liat banyak orang di sini Ri, jangan bikin keributan. Kalo ada masalah, mending pas selesai acara aja," ujar Zaki mencoba memberi pengertian kepada gadis itu.

"Emangnya kenapa? Temen Lo malu? Malu sama—"

"Iya gue malu! Gue malu!" Devan mencengkeram tangan Arily. "Gue pikir empat tahun ini, gue bisa ngehilangin tabiat buruk Lo yang satu ini. Kenapa Ri, kenapa harus hari ini hah?!"

Meskipun meringis sakit, Arily membalas tatapan tajam Devan. "Apa? Kenapa Lo marah? Biasanya sikap gue kek gini Lo biasa aja, napa pas dia dateng Lo marah kayak gini? Oh, atau Lo masih ada rasa sama dia—"

"IYA! Kalau gue masih ada rasa sama dia emangnya kenapa?" Sebenarnya Devan tidak ingin mengatakan ini, tapi kesabaran Devan benar-benar telah habis.

Zaki mendorong temannya itu agar mundur menjauhi Arily. "Van, sadar!"

Bukannya mundur, Devan malah mendorong Zaki.

"Gak! Gue bakal bilang ini sama dia. Kesabaran gue juga ada batasnya Ki, dia benar-benar nguji gue banget.

"Jadi bener Lo masih ada rasa sama dia?" Suara itu terdengar kecil, tapi Devan masih bisa mendengar perkataan Arily itu.

"Iya. Kenapa? Mau ngancam putus? Ngancam selingkuh? Hah? AYO! Lo pikir cuma Lo doang yang bisa egois?"

"DEVAN!" Zaki memberikan satu kepalan tinju-nya pada rahang Devan.

"LO SADAR GAK SIH YANG BARUSAN LO BILANG ITU ANJING?!" teriak Zaki.

"Dia pacar Lo! Dia udah mau nangis bangsat!"

Devan menatap ke arah Arily yang sepertinya benar-benar akan menangis. Ini pertama kalinya Devan bersikap seperti ini sepanjang hubungan mereka.

Melihat kondisi Arily, bahkan sorakan dari arah tribun yang bernada mengolok membuat gadis itu segera berlari pergi dari sana.

Sebagai teman, Aldi yang sedari tadi hanya berdiri diam berlari mengejar. Tak hanya Aldi, beberapa teman sekelas Arily juga tampak berlari mengejar gadis itu.

Devan melihatnya, pandangannya seakan mengatakan bahwa ia baru tersadar. Ia menatap Zaki, tetapi pemuda itu berdecak.

"Lo dulu udah gue peringatin jangan pacaran sama dia, tapi Lo gak mau dengerin gue. Setelah gue tau gimana aslinya Arily, gue orang nomor satu yang mendukung hubungan Lo. Tapi yang terjadi hari ini Van," Zaki menggeleng, "jangan datang ke gue kalo Lo nangis gak mau putus sama dia, Lo sendiri yang bilang putus."

Oh! BAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang