Oh! BAD! -18

8.2K 596 8
                                    

Terkejut, tentu saja. Aldi bahkan terdiam cukup lama setelah Devan menyelesaikan kalimatnya itu, kalimat yang pendek tapi bisa membuat Aldi terdiam cukup lama.

"Maksud Lo?"

"Tadi Dimas datang ke gue, dia ngeluh soal anggotanya yang kurang dua orang. Gue udah bantu dan ngajuin diri buat gantiin posisi itu, tapi kita tinggal cari satu orang lagi. Dimas bilang, kalo Lo gabung, posisi Kapten bakal balik ke Lo."

Aldi menghela napas panjang mendengar penjelasan dari Devan, ia menatap pemuda itu sedikit tajam.

"Lo ngerti masalahnya gak sih Van? Gue diblacklist! Gak boleh ngikutin kegiatan apapun lagi dan cukup jadi siswa biasa!" Aldi meninggikan suaranya.

"Gue ngerti Al—"

"Gak, lo gak ngerti Van." Aldi menggeleng.

Devan menatap Zaki, kemudian kembali menatap ke arah Aldi. "Bilang sama gue, siapa yang ngeblacklist nama Lo dari semua kegiatan ekstrakurikuler sekolah?"

Aldi menghela napasnya. "Pak Ali."

"Dia udah gak ada lagi Al, dia udah dipecat." Zaki berusaha ikut membujuk.

Aldi menggeleng. "Kalian berdua gak ngerti, ini bukan masalah Pak Ali ataupun nama gue yang diblacklist! Ini tentang kejadian itu, gue malu Van, Ki, gak seharusnya gue nampar cewek."

Ketiganya terdiam. Kepercayaan diri Aldi memang sudah menghilang semenjak peristiwa yang membuatnya sangat malu itu. Sebenarnya tidak ada yang benar dalam kejadian ini, keduanya sama-sama salah. Sebagai seorang pria, Devan pun merasakan bagaimana emosinya diri kita ketika kekasih yang telah lama kita kencani menghianati kita dengan orang lain.

Mantan kekasih Aldi salah, tapi Aldi juga bersalah. Seharusnya ia membicarakan hal ini baik-baik dari mulut ke mulut, kepala ke kepala, hati ke hati dengan kekasihnya itu. Bukan menyeretnya ke tengah lapangan dan menamparnya di sana.

Devan tidak akan melupakan peristiwa itu, karena kekasih nakalnya juga ikut ambil andil yang besar dalam kejadian ini. Kalau bukan karena Arily yang memberikan foto kekasih Aldi bersama selingkuhannya pada pemuda itu, mungkin peristiwa itu tidak akan terjadi.

Tapi Arily juga tidak bisa disalahkan, Aldi berhak tahu apa yang dilakukan kekasihnya di belakangnya.

Devan berdecak kesal, ia tahu mood Aldi sekarang benar-benar kacau sampai pemuda itu meninggalkannya dengan Zaki tanpa sepatah katapun.

Zaki menatap ke arah Devan. "Gagal?"

Devan terdiam sejenak sebelum menggeleng. "Tenang aja, sekolah bakalan bawa Aldinata Antonio bagaimanapun caranya."

Zaki mengangguk, sepertinya mereka tidak mempunyai urusan lagi di sini, tapi sepertinya Devan memang sedang ingin di sini, Zaki pun sepertinya sedang malas pulang ke rumah.

"Lah terus diem-dieman di sini kayak Fudan sama Fudan lagi berantem perkara rebutan seme aja," celetuk Zaki membuat Devan mengangkat sebelah alisnya.

"Lo Fudan?"

Zaki menggeleng. "Gak, itu Si Bayu yang Fudan."

"Gila tuh anak."

Zaki hanya tertawa mendengar umpatan Devan tersebut.

"Oh ya Van, kapan rencananya kita mau seleksi inti MPK yang baru?" tanya Zaki.

Devan mengangkat bahunya. "Gue emang udah kepikiran ke sana, tapi nanti deh gue liat, kayaknya untuk beberapa saat ke depan, gue masih bisa nge-handle MPK-OSIS."

Zaki mengangguk. "Van, habis ini Lo mau ke mana?"

"Jemput Arily," jawab Devan seadanya membuat Zaki berdecak.

Oh! BAD!Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon