Oh! BAD! -9

10.9K 813 5
                                    

"Van, mereka semua gak mau diajak kerja sama, mereka sama sekali gak mau buka mulut soal Pak Ali dan Buk Helmi."

Devan memijit pelipisnya pusing, padahal tinggal selangkah lagi untuk menegakkan keadilan, tapi kenapa para siswa itu menolak untuk diajak bekerja sama? Padahal ini adalah kesempatan emas untuk mereka membalas perbuatan para guru itu.

"Siapa mereka? Dan kenapa mereka gak mau diajak kerja sama?"

"Mereka anak-anak belakang, kita semua tau mereka membenci OSIS."

Devan menghela napas. Ia mengenal para berandalan itu, anak-anak belakang adalah para siswa yang sangat jarang berada di kelas dan lebih sering pergi ke belakang di mana sebuah warung sederhana berdiri di sana. Setiap hari, warung itu selalu dipenuhi oleh laki-laki. Merokok, dan melakukan apapun yang mereka mau tanpa peduli akan peraturan.

Mereka menganggap MPK-OSIS adalah musuh terbesar mereka karena image kedua organisasi itu yang terkenal sebagai anak buah guru. Devan pernah disindir secara terang-terangan oleh salah satu anak belakang, dan Devan masih ingat jelas kalimat dari siswa itu.

"Mulut babu sekolah itu emang manis-manis banget, terlebih ketua-nya itu. Dulu janji sama kita kalo keadilan bakal ditegakkan, semuanya akan diperlukan rata. Tapi yang disayang sama guru tetap aja anak-anak pintar itu."

Semenjak mendengar kata dari siswa itu, Devan tidak pernah lagi berurusan dengan anak belakang. Bukan apa, ia takut ia akan terlibat perkelahian dengan para berandalan itu.

Devan berdiri dari kursinya, ia tiba-tiba mengingat seseorang yang sepertinya bisa membantunya.

"Gue akan bicara sama Aldi."

★★★

Aldi, semenjak kasus besar yang tidak disangka-sangka tentang dirinya, nama mantan bendahara OSIS itu seakan ditelan bumi dan tidak terdengar lagi. Padahal dahulu ia sangat terkenal, tentu saja, siapa yang tidak akan mengenal ketua basket SMA 01 Manuska? Meskipun jabatan ketua basketnya ikut dilepas secara tidak hormat.

Aldi tidak pindah sekolah, ia masih ada menjadi warga SMA 01 Manuska, hanya saja ia terlalu malu untuk menampakkan kembali dirinya. Ia lebih memilih menjadi siswa yang menyendiri.

Devan sampai di depan kelas Aldi, ia memasuki kelas itu, sepi karena memang sedang jam istirahat. Kelas ini memang terkenal sangat sepi saat jam istirahat karena para siswanya memilih menghabiskan istirahat mereka ke cafe atau tempat aesthethic lainnya. Ya, semua orang tahu bahwa kelas ini semua siswanya adalah orang berada.

Devan menatap seorang siswa yang sepertinya tengah tertidur di belakang. Devan tahu, dari postur tubuhnya dia adalah Aldi.

Devan tersenyum miris. Dari Aldi Si siswa populer berubah menjadi Aldi si penyendiri.

"Aldi."

Pemuda itu mengangkat kepalanya mendengar seseorang memanggil namanya, ia tidak benar-benar tertidur.

Satu alisnya terangkat naik. "Devan? Tumben banget."

Devan terkekeh lalu duduk di atas meja di samping tempat duduk Aldi. "Sendirian aja Lo."

Aldi menghela napas. "Kayak biasa."

Devan mengangguk, tidak berniat membahas lebih jauh.

"Kenapa Van?" tanya Aldi.

Ketua Umum MPK itu berdehem sebentar sebelum berbicara. "Gue mau minta tolong sama Lo."

Oh! BAD!Where stories live. Discover now