Oh! BAD! -29

6.7K 468 2
                                    

Devan menyeka peluh di keningnya dengan tangan, ia menghela napas lelah. Hari ini adalah latihan terakhir untuk basket karena besok adalah hari H.

Aldi datang menyapanya di parkiran, dibanding dirinya, Aldi adalah orang yang paling lelah di antara mereka.

"Anak-anak mau makan-makan di cafe Kakaknya Bayu, Lo ikut?" tanya Aldi.

Sejenak Devan tampak berpikir, ia lumayan lapar sekarang. Akhirnya Devan mengiyakan ajakan Aldi, tapi sebelum itu ia mengganti bajunya terlebih dahulu dengan baju ganti yang ia bawa tadi.

Akhirnya setelah semua anggota berkumpul di parkiran, mereka segera berangkat. Langit lumayan menghitam karena memang sudah pukul setengah tujuh sekarang.

Cafe milik Kakak Bayu tidak terlalu jauh dari sekolah. Devan telah menghubungi Bayu tadi dan syukurlah rekannya itu tengah berada di Cafe, sepertinya mereka akan mendapat diskon nantinya.

Semuanya sampai di tempat tujuan setelah beberapa menit berkendara, cukup banyak pelanggan di sana karena memang Cafe Kakak Bayu ini sangat cocok untuk anak muda dan tentunya harganya merakyat. Kebanyakan pelanggan di sini adalah siswa Manuska juga.

Ketika masuk ke dalam, atensi orang-orang langsung mengarah pada mereka. Melihat celana biru khas tim basket Manuska yang masih melekat pada tubuh mereka, bahkan ada juga yang masih memakai bajunya membuat semua orang tahu bahwa mereka semua ini adalah Tim Basket Manuska yang baru selesai latihan.

Manik Devan tanpa sengaja melihat seseorang yang sangat dikenalnya juga tengah melihatnya.

Kekasih yang telah lama tidak ia temui, Devan baru ingat kalau hari ini kelas Arily juga telah menyelesaikan drama mereka.

Setelah meminta izin kepada Aldi, Devan menghampiri Arily. Paham dengan kode sang kekasih, Arily segera bangkit dari duduknya setelah sebelumnya pamit kepada teman-teman kelasnya.

Devan membawa Arily ke salah satu meja.

"Udah lama di sini?" tanya Devan yang dibalas anggukan oleh Arily.

"Udah selesai makan, sebenarnya kita udah mau pisah tadi tapi keburu ngeliat Tim basket mampir, cewek-cewek kelas katanya tunggu dulu," ujar Arily.

"Latihan kakak lancar?" tanya Arily yang diangguki Devan.

"Lelah banget sih sekarang, tapi jadi seger lagi pas liat kamu," kekeh Devan.

Arily hanya mendengus, ternyata lama tak bertemu kekasihnya masih saja terasa seperti keju. Mungkin pengaruh berteman dengan Robert sangat kuat sehingga membuat Devan yang masa bodoh ini menjadi seorang tukang gombal.

"Alay banget sih pacar Lo, Arily." Bayu tiba-tiba saja datang entah dari mana, duduk di sampai Devan seraya menampilkan senyuman Pepsodent-nya.

"Lo baru liat ini udah dikata alay kak, belum liat dalamnya Kak Devan kayak gimana, mungkin jijik Lo," ujar Arily membuat Bayu tertawa.

"Emangnya dalamnya Devan kayak gimana? Merah? Kuning? Ukurannya berapa?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bayu itu sontak saja membuatnya mendapatkan toyoran dari Devan.

"Tai Lo Bay, pergi sana! Ganggu orang aja," kesal Devan yang membuat Bayu tertawa puas.

"Oke, oke. Berhubungan gue lagi dalam suasana hati yang lagi baik—"

"Gak jomblo lagi Lo?" Sela Devan yang membuat Bayu berdecak kesal, raut wajahnya sontak saja berubah.

"Bukan gitu, bangsat! Lo ngerusak mood gue aja, gue kan habis menang taruhan lima ratus ribu sama Rendi," ujarnya kesal.

Devan tertawa. "Taruhan apa Lo lima ratus ribu?"

"Jadi yang ngadain taruhan ini tuh Si Robert. Dia bilang kalo gue sama Rendi bisa tebak warna celana dalam Gabriel, yang menang dapet lima ratus ribu dari yang kalah. Terus dia ngasih kita dua pilihan, dan gue menang."

Pernyataan dari Bayu itu berhasil membuat Devan dan Arily tidak bisa menahan tawanya.

"Anjir temen kakak bego-bego amat," ujar Arily.

"Bangsat Lo anjir, bego! Kok bisa kalian nebak dalemannya Gabriel?" Devan benar-benar tidak percaya dengan hal bodoh yang dilakukan ketiganya.

Bayu menjentikkan jarinya ketika mendengar pertanyaan Devan.

"Nah itu dia, awalnya kita juga bingung. Lagian itu Si Robert cuma ngasih dua pilihan warna, dan bener lagi. Kata Robert sih dia pernah ke nge-geledah kamarnya Gabriel buat cari flashdisk-nya yang ilang, dan gak sengaja ngebuka laci tempat simpen dalemannya Gabriel. Robert bilang warnanya sama semua," jelas Bayu.

Devan tidak tahu harus tertawa atau meringis mendengar cerita Bayu. Devan memegang bahu temannya itu. "Gue sebenernya malu temenan sama lo."

"Kalau Kak Gabriel tau tentang taruhan kalian ini gimana?" tanya Arily.

Bayu terkekeh. "Gabriel udah tau, Si Sammy ember ngaduin ke Gabriel."

"Lah terus?"

"Ya apalagi? Itu Si Robert digantung sama Gabriel, kasian banget gue liatinnya," jawab Bayu.

Devan tertawa puas. "Gue bisa bayangin sih gimana kejadian waktu Gabriel ngegantung Robert."

Bayu tersenyum lebar. "Yaudah, karena mood gue lagi baik sekarang ditambah dapet lima ratus ribu, gue kasih promo spesial buat kalian."

"Bayu ngasih diskon sama Devan aja ya, sama kita disamperin aja enggak. Bagus, lupain aja temen lama," sindir Aldi dari meja seberang.

Bayu berbalik pada Aldi. "Aduh teman lama kekasih hati, gue kangen Lo banget Aldi! Rindu sampai rasanya gue bisa mati nahan rindu ini."

Bayu ingin berlari menghampiri Aldi sebelum pemuda itu berdiri dari duduknya sembari menunjuk Bayu.

"Diem di sono, gue bakar nih Cafe Lo?!"

Bayu terkekeh. "Ah Mas Aldi mah~"

"Najis!" Aldi menutup matanya tidak tahan dengan Bayu.

Devan yang melihatnya tertawa. "Ini Bayu saking kangennya sama Aldi sampai jadi belok."

"Arily jagain mulut pacar Lo anjir!" Aldi sepertinya benar-benar tidak bisa menangani ini.

★★★

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari dimana akan diadakannya pertandingan antar sekolah yang bertempat di Manuska.

Anggota MPK-OSIS tampak sangat sibuk sedari tadi membagi-bagi tugas menyiapkan segala hal. Selain kedatangan tim basket dari sekolah lain, Manuska juga akan kedatangan siswa-siswi sekolah itu, khususnya suporter dari Tim Basket yang bersangkutan.

Ada sekitar sepuluh tim basket yang akan bertanding, mereka juga membawa suporter dan pengurus OSIS dari sekolah masing-masing.

Karena acara ini diatur oleh OSIS, maka juga akan ada temu antar kepengurusan OSIS.

"Van, kalo ada waktu pake almet lo, temenin Gabriel sama Sammy buat nyambut OSIS dari sekolah lain," ujar Zaki pada Devan yang tengah fokus merapihkan penampilannya.

Gabriel mengangguk, ia mengambil almamaternya yang terletak di sebuah kursi lalu memakainya. Devan meringis melihat penampilannya.

"Gak pake almet aja, kek gimana gitu gue makenya sama celana basket ini," ujar Devan yang diangguki Zaki.

Pemuda itu terkekeh melihat penampilan rekannya yang benar-benar aneh itu.

Setelah melepaskan almamaternya dan merapihkan kembali pakaiannya, Devan segera keluar untuk menemui OSIS dari sekolah lain yang telah sampai.

Di pintu ia dikejutkan oleh seorang siswi dengan almamater kuning di depannya.

Siswi itu tersenyum.

"Van."

Oh! BAD!Where stories live. Discover now