Oh! BAD! -3

13.6K 992 2
                                    

Devan berdecak kala suara operator menggema di kamarnya. Sudah sepuluh kali dan tetap suara operator yang menjawab panggilannya pada Sang Kekasih.

"Kemana sih nih anak?" kesalnya.

Devan membuka aplikasi chat dan menemukan pesan yang ia kirimkan dari semalam masih tidak mendapat respon, bahkan dibaca saja tidak. Apa yang salah? Arily benar-benar memancing kesabarannya.

Devan menekan ikon voice note. "Yang, Lo abis di sekolah sama gue nanti."

Devan menyimpan ponselnya ke dalam saku almamater dan mulai menjalankan motornya pergi ke sekolah. Ia benar-benar tidak tenang, setelah pertengkaran kemarin itu, Arily sama sekali tidak memberinya kabar. Apa anak itu benar-benar marah padanya?

Devan memarkirkan motornya dan menyapa satpam dengan senyuman. Kalian tahu satu hal? Setiap siswa ber-almamater yang memasuki sekolah pasti akan diperhatikan oleh sekeliling mereka, dan Devan sebenarnya tidak nyaman ditatap seperti itu.

Devan sampai di kelasnya, meletakkan ranselnya di sebelah kursi Zaki, rekan MPK sekaligus teman dekatnya. Zaki memang cukup pendiam, jadi dia tidak terlalu menonjol di kelas meskipun dia adalah Wakil Ketua Umum MPK.  Devan ingin beranjak keluar kelas sebelum Ketua OSIS menghadangnya.

"Kemana?"

Devan berdecak menatap Dara. "Gue mau ke kelas Arily."

"Tadi pembina nge-chat gue nyuruh MPK-OSIS buat ke ruang OSIS di jam pelajaran pertama," ucap Dara yang diangguki Devan.

"Pembina juga nge-chat gue. Gue cuma bentaran doang, kalo gue telat Zaki bisa nge-handle." Setelah itu Devan berlalu dari sana tanpa menghiraukan Dara.

"Emang ya, kalo udah masalah cewek, se-disiplin apapun orangnya pasti bakal lalai," ucap Sammy yang diangguki Robert.

"Maklum, Arily itu masa depannya. Jabatan Ketua Umum MPK gak bakal bikin dia ngerasain cinta ampe berbunga-bunga," ucap Gabriel.

"Ya sebelas dua belas lah sama lo," balas Sammy.

★★★

Kedatangan Devan di lantai dua tempat kelas sebelas berada mengundang atensi orang-orang. Dengan masih menggunakan almamaternya, Devan berjalan ke lorong tempat jurusan IPS berada dan berhenti di kelas dengan tulisan XI IPS empat.

Devan membuka pintu kelas itu, hanya ada beberapa siswa di dalamnya karena hari memang masih tergolong pagi bagi anak IPS untuk datang ke sekolah. Biasanya mereka akan datang pada jam pelajaran pertama, atau bahkan setelah jam pelajaran pertama berakhir.

Semua orang di dalam kelas itu menatap Devan, tak terkecuali Arily yang tengah menggoda Nabhan. Arily memang mempunyai kebiasaan menggoda anak OSIS di kelasnya dengan sebutan babu sekolah. Kali ini Arily tertangkap basah tengah mengelus kepala Nabhan.

Devan menatap tajam pada Arily. Tubuh tegapnya berjalan memasuki kelas dan berhenti di depan Sang kekasih, sedangkan Nabhan sudah berlalu pergi dari sana, wajah pemuda itu tampak ketakutan. Bagaimanapun, Devan adalah atasannya sebagai anggota OSIS.

"Ngapain?" desis Devan.

Arily menelan ludah gugup. Devan yang seperti ini adalah sosok yang paling ditakutinya, dan Devan yang seperti ini sudah sangat lama tidak ia lihat. Padahal Arily berencana menjalankan rencananya pada istirahat nanti dengan temannya Rio Si Playboy yang akan membantunya, tapi ternyata pergerakan Devan tidak bisa dibaca.

"Itu lagi nyari ubannya Nabhan," jawabnya gelagapan.

Devan memejamkan matanya seraya menghela napas meredam amarahnya mendengar jawaban sang kekasih.

Oh! BAD!Where stories live. Discover now