17

7.3K 745 11
                                    

Raga pulang menyusuri jalanan kota tengah malam, ia menunduk jika boleh jujur ini sangat melalahkan. Ia ingin ayah nya, apa dulu ayah nya sama seperti berjuang mati-matian untuk menghidupi nya.

Raga ingin menangis, namun ia adalah laki-laki tangguh, ayah nya selalu mengatakan semua tak akan selesai dengan air mata.

Itu yang diajarkan ayah nya, berbeda dengan sang ibu 'menangis jika ingin menangis, air mata bukan lah arti kekalahan' begitulah yang dikatakan ibu nya.

Namun Raga masih cukup kuat untuk tak menangis, masih ada Ibu yang mendukung nya masih ada Elga yang membantu nya.

Jadi buat apa menangis, jika ia masih ada harapan.

Suasan malam sudah sangat dingin, dan itu terasa menusuk pori-pori nya, Raga ingin mengeluarkan uang nya untuk naik bus atau ojek online.

Namun ia berpikir kembali, biaya rumah sakit tidak lah sedikit apalagi Kenny akan menggunakan cara secar.

Jika Raga mengeluarkan uang setiap hari, sedikit demi sedikit itu akan berkurang, ia tidak bisa mengumpulkan uang puluhan juta selama dua bulan.

Tubuh Raga bahkan terlihat kurus, dengan lingkaran hitam dibawah matanya.

Lama merenung tentang kehidupan nya, ia telah sampai dirumah. Hening, hanya itu yang bisa Raga temukan saat pulang, Ibu sudah tidur setiap Raga pulang sedangkan Elga entahlah adik nya itu kemana.

"Semangat Raga!" ucapnya menyemangati diri sendiri, ia membuka beberapa file pembuatan makalah dan juga laporan PKL diponsel nya, itu tugas nya malam ini.

Ia bersyukur memiliki otak yang cukup pintar, sehingga banyak sekali anak remaja yang menggunakan jasa nya.

Sebenarnya ini sangat salah, pekerjaan seperti ini membuat orang lain akan bodoh, dan mungkin dirinya yang akan disalahkan.

Namun apa boleh buat, Raga terpaksa ia terlalu buntu harus mencari uang kemana lagi.

Dan yah hanya pekerjaan ini yang bisa menjadi sampingan nya selain di cafe.

Tak peduli jam tidur nya yang tidak teratur, jika nanti anak nya sudah lahir Raga akan berhenti kerja di pasar, agar tidak terlalu menyiksa dirinya.

Andai saja Papa Kenny bicara sejak awal, jika semua biaya rumah sakit dilimpahkan padanya, mungkin Raga sejak awal akan menjadi joky tugas.

Raga mengerjakan nya dengan fokus, setelah selesai ia akan memposting saat transaksi nya, bentuk iklan yang mungkin akan banyak yang menggunakan jasa nya.

___________

Nanda bersandar pada bahu Reno, ia mengelus tangan Reno.

"Kasihan Raga, ayok bantu Raga." ucap Nanda.

Reno menghembuskan napas nya, lalu mengusak kepala Nanda.

"Iya, ketua terlalu kerja keras gue gak mau dia sampe berhenti sekolah." ucap Reno, Nanda mendongak. "Kemarin ketua bilang jika kemungkinan anak nya lahir bisa aja dia berhenti sekolah, lo tahu kan cari kerja tanpa ada ijazah tuh susah di jaman sekarang." tuturnya.

Nanda mengecup bibir Reno sekilas, ia ikut sedih mendengar cerita kekasihnya.

"Kalau gue jadi Kenny, gue bakalan ikut berjuang buat bisa hidup sama Raga." ucap Nanda.

"Kalau kita diposisi mereka lo bakalan marah juga sama gue?" tanya Reno.

"Mungkin, tapi gue bakalan bertahan demi anak gue." ucap Nanda. "Gue bisa hamil gak ya?" tanya Nanda konyol ia mengelus perut ratanya.

Reno terkekeh, lalu mengeratkan pelukan nya. "Kalaupun enggak, gue bakalan tetep cinta sama lo." ucapnya.

Jika Kenny dan Raga mendapatkan akhir berat saat malam itu, berbeda dengan Nanda dan Reno cukup manis dengan malam itu, dan selalu merasa berterima kasih pada pesta ulang tahun nya.

_________

Terik matahari makin memperpanas suasana, Raga hanya diam tanpa bersuara saat anggota tim nya mengolok-olok dirinya.

"Kalau dari dulu gak niat jadi ketua, gak usah, harus nya dulu gue gak percaya sama orang miskin." makian kesekian yang Raga dengar dari tim nya.

"Udah lama lo gak ikut latihan, lo pikir lo siapa?"

"Harusnya lo bertanggung jawab sama angggota lo, tapi lo apa, lo suka mewanti-wanti buat terus latihan lah, ikut ini itu lah, tapi nyatanya lo cuman bacot doang, dimana-mana ketua nyuruh tuh sambil contoin."

"Ger, bisa santai gak si lo." Reno menyahut, sudah cukup makian mereka keterlaluan.

"Diem lo Ren, gak usah bela ketua gak guna kayak gini." Gery cowok yang sedari tadi terus memojokan Raga semakin emosi.

"Gue mundur." Raga berucap, ia menatap seluruh anggota tim nya. "Gue berhenti jadi ketua, gue juga keluar dari eskul ini." lanjutnya.

Diam, tidak ada tanggapan. Raga menghela napas nya.

"Sorry selama ini gue belum jadi ketua yang baik, belum bisa nyontoin yang bener, gue harap nanti yang gantiin posisi gue, gak ngelakuin hal sama, gue pamit." ucap akhir Raga, sebelum ia pergi biarlah ia melepas mimpi nya, ia sudah tak pantas punya mimpi saat dirinya telah menghancurkan mimpi orang lain.

"Puas lo bangsat!" Reno menendang bola dihadapan nya, ia kehilangan ketua tim nya.

Reno mengusak kepalanya kesal, bisa-bisa nya mereka mengatakan hal yang tak pantas.

Jika bukan karena Nanda melarang nya berkelahi, akan ia pastikan akan menghajar mulut-mulut yang memaki Raga.

Sedangkan teman se tim nya, masih tak menanggapi apapun, dan menyaksikan kekesalan Reno.

"Gue tahu kalian kesel, kalian capek, dan keseimbangan tim goyah, tapi gak harus maki ketua kita anjing!" tutur Reno.

Reno berdecak lalu pergi, terlalu panas jika harus marah dilapangan di siang hari.

Reno menghampiri Nanda, yang tengah di kantin kekasih nya sering sendiri setelah sahabat nya home schooling.

Reno menelengkupkan kepala dilipatan tangan nya. Membuat Nanda mengernyit heran.

"Why?" tanya Nanda ia mengelua bahu Reno.

"Ketua keluar." lirih Reno ia masih kesal.

"Maksud nya?" tanya Nanda otak nya masih loading.

"Ketua keluar, dia bukan hanya turun pangkat tapi juga keluar dari tim, lo tahu menjadi pemain sepak bola terkenal adalah mimpi nya, ambisi nya sejak dulu, bahkan dia selalu melatih tim dengan semangat." tutur Reno, ia mendongak melihat Nanda. "Tapi hari ini, ketua keluar gitu aja, gue gak terima." ucapnya.

Nanda mengusap bahu Reno, emosi Reno cukup tak bisa diatasi.

"Raga ngelakuin itu demi kelangsungan hidupnya, kalau dia gak keluar dia pasti semakin dibenci karena dianggap gak tanggung jawab." ucap Nanda.

"Tapi gak harus keluar dari tim." ucap Reno masih tak terima kehilangan ketua yang selalu ia banggakan.

Nanda menghela napas nya, apa ia harus cemburu dengan Raga? Kekasih nya ini sangat perhatian pada Raga.

"Gue bakalan marah kalau lo terus-terusan kesel gak jelas, Raga tahu apa yang dia lakuin itu udah bener." ancam Nanda, ia harus melakukan hal itu jika tidak Reno akan terus marah-marah tak jelas seperti bocah.

DREAM!  [END]Where stories live. Discover now