16

6.5K 712 20
                                    

Raga mengerjakan tugas teman-teman nya, ini sudah jadi rahasia umum jika menjadi joky tugas. Demi apapun Raga akan melakukan hal apapun demi Kenny.

Ia berjanji jika anak nya lahir, ia akan menjaga sepenuh hati, mungkin hari lahir anak nya akan menjadi kebahagiaan nya, walau kesedihan lebih mendominasi karena mungkin Kenny akan meninggalkan nya.

"Ketua, lo gak capek apa?" tanya Reno ia menepuk bahu Raga, ia tahu semua apa yang terjadi pada ketua futsal nya ini.

Dari mulai kerja paruh waktu, menjadi joky, selalu dimaki oleh orang tua Kenny , Reno benar-benar merasa iba pada Raga.

"Gue bakalan jadi Ayah, gak ada kata capek dikamus hidup gue Ren." tutur Raga. "Nanti lo juga bakal rasain, saat pasangan lo hamil anak lo." lanjutnya.

Raga menghela napas nya, ia menutup buku terakhir, lalu meregangkan otot tangan nya yang terasa pegal.

"Tapi ini terlalu berat, bahkan gue udah jarang lihat lo ikut latihan, minggu kemarin aja lo gak ikut kontes." tutur Reno. "Anak-anak lain ngomongin hal buruk tentang lo, rasanya gue pengen banget hajar mereka." ucap Reno.

"Makasih ya Ren, lo mau dengerin keluh kesah gue, gue gak pernah deket sama siapapun, tapi kalau ada yang nanya siapa temen deket gue, gue pasti sebutin nama lo." tutur Raga.

"Dua bulan lagi anak gue lahir, dan disitulah gue harus siap dengan apapun yang bakalan terjadi, bisa aja gue berhenti sekolah." lirih Raga di akhir kalimat.

Reno mengerjap. "Enggak, gue bakalan bantu ketua, gue bakal bantu supaya ketua tetep bisa sekolah, kalau ketua berhenti sekolah, bagaimana masa depan anak ketua, ketua gak bakal bisa kerja layak." ucap Reno, ia tak terima mendengar ucapan Raga yang bisa saja berhenti sekolah.

"Ah, sudah ayok bentar lagi bel, gue gak mau telat." ucap Raga.

Reno mengangguk, lalu ikut berdiri. Segera pergi menuju kelas masing-masing.

________

Kenny menatap gerimis dari kaca jendela kamar, ia menatap jalanan yang terlihat tidak begitu padat, karena di jam segini para pegawai, dan pelajar masih sibuk dengan kesibukan mereka.

Kenny mengelus perut nya, ia selalu ingin didekat Raga ia merindukan ayah dari anak dikandungan nya, pasti Raga sedang belajar saat ini.

"Sayang, Bunda bawa susu nih, ayok diminum."

Kenny memutar tubuh nya, ia melihat Bunda nya menyimpan segelas susu diatas nakas.

"Makasih Bun." ucap Kenny.

"Oh iya kamu katanya mau USG ya nanti sore, kemarin Raga bilang sama Bunda." tutur Bunda.

"Iya kita pengen tahu jenis kelamin anak ini." ucap Kenny mengelus perut nya.

"Iya itu bagus, Kenny tahu gak, pas dulu Bunda hamil sama Kenny, Bunda suka mageran males, tapi kalau soal make up Bunda tiap hari pake make up. Terus Bunda pengen skin care ran terus." tutur Bunda, ia mengajak Kenny duduk diranjang.

"Makanya Bunda gak heran, kalau kamu suka banget pake skin care, mana gak mau kotor lagi." ucap Bunda. "Bunda gak nyangka, bayi Bunda dulu sekarang mau punya bayi." lirih Bunda ia mengelus perut Kenny.

Kenny hanya diam mendengarkan cerita Bunda nya, ia tidak tahu apa yang akan menjadi kesukaan anak nya, karena ia tak punya minat apapun pada anak nya.

Ia sungguh membenci anak didalam perut nya, karena nya ia tak bisa bersekolah karena nya juga ia tak bisa hidup normal seperti yang lainnya.

"Maafin Papa ya sayang, kalau nanti Papa pisahin kalian." isak Bunda, sangat terdengar menyakitkan, bahkan suara Bunda sampai tersendat.

"Kenny gak peduli, lagian Kenny setuju sama Papa, Kenny punya mimpi Kenny sendiri, Kenny gak mau ngurus anak ini." ucap Kenny. "Bahkan Kenny menyesal dulu gak gugurin anak ini aja."

Bunda tersentak dengan perkataan Kenny, ia menatap Kenny dengan tak percaya.

"Say..."

"Karena anak ini Kenny gak bisa sekolah, karena anak ini Papa marah, karena anak ini Kenny selalu malu. Anak ini aib Bun."

"Kenny!"

Bentak Bunda tak tahan lagi, dengan ucapan Kenny tentang anak nya sendiri bagaimana bisa seseorang yang mengandung mengatakan hal buruk seperti itu.

"Kenny juga pengen hidup normal Bun!" sentak Kenny. "Anak ini, semua karena anak ini, hidup Kenny yang semula tenang hancur gitu aja, karena anak sialan ini." tutur Kenny, mata nya berapi-api, tak ada kebohongan dari tatapan nya, ia benar membenci anak dalam perut nya. "Dia aib." ucap Kenny.

"Bagaimana jika Raga mendengar nya, dia ayah yang baik bahkan dia rela terus mendapat pukulan Papa kamu, dia rela di maki harga dirinya di injak-injak, hanya karena ingin anak nya hidup, apa tidak ada rasa sayang sedikit saja buat dia?" tanya Bunda.

Kenny memalingkan wajah nya, tak ada yang mengerti dirinya, ia benar-benar menyesal karena tak menggugurkan anak ini dari dulu.

"Keluar lah Bun, Kenny pengen sendiri." usir Kenny, terdengar lembut namun menusuk.

Bunda menghapus lelehan cairan matanya dengan kasar, lalu ia keluar tanpa mengatakan apapun, ia kecewa pada Kenny, ia tak menyangka anak nya akan sekejam itu.

"Kamu akan menyesal Kenny." lirih Bunda sebelum ia benar-benar pergi.

Sedangkan ditempat lain, Raga tengah menjadi pelayan di sebuah cafe, bahkan ia tak pulang kerumah dulu, dan itu sudah biasa.

Ia akan mengganti seragam nya, di ruangan pegawai.

"Pelanggan hari ini rame ya." ucap Fio teman kerja Raga.

"Iya." Raga mengusap peluh dipelipis nya.

"Lo masih sekolah, tapi banting tulang kayak gini, lo kayak lagi ngehidupin keluarga tahu gak." tutur Fio.

Raga terkekeh, ucapan Fio itu benar ia memang berusaha mengumpulkan uang untuk anak nya nanti.

"Gue emang lagi kasih nafkah buat keluarga." ucap Raga.

Fio terkekeh, ia menepuk bahu Raga sebelum ia pergi ke gudang.

Raga akan menjadi pelayan cafe dari sore hari hingga pukul sembilan malam, lalu ia akan kembali mengerjakan tugas orang lain yang menggunakan jasa nya, pukul tiga dini hari ia akan menjadi kuli panggul di pasar. Sungguh jika ada penghargaan untuk orang terkuat, mungkin Raga akan masuk sebagai nominasi.

Raga awal nya hari ini tak akan masuk kerja, karena akan menemani Kenny USG, namun entah kenapa Kenny membatalkan nya lewat pesan.

Padahal Raga sangat antusias, ingin mengetahui jenis kelamin anak nya.

Namun tak apa, ia tak bisa memaksa Kenny, semua keputusan ada pada Kenny.

"Biaya melahirkan Kenny, kamu yang tanggung, dan saya harap setelah anak sialan itu lahir, kamu membawanya pergi jauh." tegas Papa si manis.

Raga mengepalkan tangan nya, ia cukup sadar diri.

"Dan yah, anak itu bukan cucu saya, dia bukan keluarga saya. Jadi jangan harap saya akan menyayangi anak sialan itu, karena anak itu, anak saya harus menderita dan anak itu aib." tutur Papa Kenny.

"Bisakan anda tidak mengatakan hal seperti itu, mau bagaimana pun darah Kenny juga mengalir pada anak kami nanti." ucap Raga kesal.

"Diamlah, dia hanya anak mu bukan anak dari anak ku. Dan yah, sampai mati pun saya tidak akan mengakui bahwa dia cucu saya."

Raga tersentak saat Fio datang sambil menepuk bahu nya.

"Lo kenapa?" tanya Fio, ia merasa cemas saat mendapati laki-laki yang lebih muda dari nya tengah melamun dengan tatapan kosong.

Raga menggeleng, "Sudahlah sana istirahat, lagian cafe udah mulai sepi." ucap Fio.

Raga mengangguk, lalu ia segera pergi menuju ruang khusus pegawai. Ucapan Papa Kenny, minggu lalu membuat nya sakit hati, ia bersumpah tidak akan membawa anak nya kehadapan tua bangka itu.



DREAM!  [END]Where stories live. Discover now