Part 40

1.5K 301 24
                                    

"Kamu kenapa sih, Ma? Dari tadi bolak balik kayak setrikaan, aku pusing jadinya." Kata Ayahnya Tiara.

"Perasaanku ndhak enak, Pa. Pernikahan Tiara ini rasanya terlalu lama." Kata istrinya. Ia akhirnya duduk di sebelah suaminya.

"Aku juga sama khawatirnya, tapi kita harus bersabar, sebentar lagi semua akan berjalan seperti rencana kita." Kata suaminya menenangkan.

"Perusahaan kita sudah diambang kebangkrutan, kita butuh dana besar untuk menstabilkan perusahaan lagi. Kalau ndhak hancur semua, Pa."

"Ini semua ndhak akan terjadi kalau kamu ndhak terlalu percaya sama temenmu itu, hasilnya kita ditipu mentah-mentah, dan sekarang temanmu itu menghilang. Orang suruhanku harus berhasil menemukannya." Kata suaminya sambil menatap tajam ke arah istrinya. "Kamu harus memastikan anak itu ndhak melakukan hal-hal yang bisa membatalkan pernikahan ini, kalau sampai ini batal, kamu tahu apa yang akan terjadi."

***

Bagas dan kedua orang tuanya sedang menunggu di depan UGD, mereka harap-harap cemas menunggu kabar kesehatan eyang Muti.

"Sebenarnya ada apa, Nak. Kenapa sakitnya eyang sampai kambuh seperti ini lagi?" Tanya Ayahnya.

"Ini salahku, Ayah." Kata Bagas sedih.

"Salahmu gimana?" Tanya ibunya lagi.

Bagas mengusap wajahnya kasar, "aku memperlihatkan eyang beberapa foto." Kata Bagas.

"Foto apa?" Desak ayahnya.

"Foto-foto Tiara yang sedang bersama laki-laki lain. Tiara punya pacar, Ayah. Dia melakukan perjodohan ini karena ada sesuatu."

"Ba ... gas." Kata Ayahnya nggak habis pikir. "Kamu tahu kondisi eyang seperti apa? Kita bisa saja kehilangan eyangmu sekarang." Kata Ayahnya marah.

"Tapi aku ndhak mau keluarga kita ditipu sama Tiara, Yah. Selain itu, aku mencintai Arimbi." Kata Bagas pelan.

"Sudah, sudah, kita ndhak usah bertengkar, sekarang kita harus berdoa untuk keselamatan ibu. Dan kamu Bagas, ibu harap kamu bisa bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan sekarang." Kata ibunya.

Mereka berhenti berdebat ketika dokter keluar dari ruang UGD.

"Dokter Haikal, bagaimana keadaan ibu saya?" Tanya Ayahnya Bagas.

"Alhamdulillah, kondisi pasien sudah mulai stabil. Aku sudah berpesan untuk tidak membuat beliau terkejut atau mengalami syok. Itu sangat membahayakan jiwanya, setelah benar-benar stabil beliau akan dipindah ke ruang rawat inapnya. Aku akan mengontrol kondisinya nanti malam, permisi." Pamit Haikal sambil melirik ke arah Bagas. Tatapan keduanya benar-benar tidak bersahabat.

"Terima kasih, dokter." Ucap ayah dan ibunya Bagas.

"Ya Allah gusti, semoga ibu segera sadar." Kata ibunya cemas.

"Ibu pasti akan segera sadar dan pulih, beliau pasti bisa melaluinya seperti sebelum-sebelumnya, beliau adalah wanita yang kuat." Hibur ayah Bagas.

Setelah melalui serangkaian observasi, eyang akhirnya dipindah ke ruang rawat inap. Bagas menemani eyang sendiri, kedua orang tuanya pulang dulu untuk mengambil pakaian ganti.

Bagas memegang tangan eyang erat, "eyang harus segera bangun, maafkan kesalahan Bagas. Bagas ndhak bermaksud membuat eyang sakit seperti ini." Kata Bagas lirih.

***

"Kalian mau keluar?" Tanya Karima.

"Haikal maksa ni, Ma." Kata Arimbi dengan wajah kesal.

"Maaf, Tante. Anak gadisnya aku culik dulu." Kata Haikal.

"Wah baru tahu nih, kalau mau nyulik anak orang pake ijin dulu." Kata Arimbi sewot.

Blind DateWhere stories live. Discover now