Part 25

2.5K 369 35
                                    

"Aw,"

"Maaf, Mbak." ucap perawat yang tengah menangani Arimbi. Luka di lutut Arimbi mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"Iya, Mbak. Tolong agak pelan sedikit ya, perih." kata Arimbi menahan sakit.

Tak lama kemudian Marissa tiba di puskesmas tempat Arimbi memperoleh perawatan. Iya, tadi tidak jauh dari kantor Arimbi terserempet sebuah mobil yang melaju kencang, pengemudinya kabur dan tidak bertanggung jawab. Beruntung ada beberapa warga sekitar yang membantunya menuju puskesmas terdekat, dan selama dalam perjalanan Arimbi memberitahu Marissa tentang kejadian ini.

"Arimbi, kamu nggak kenapa-napa?" seru Marissa cemas begitu sampai di sana.

"Sakit." rajuk Arimbi.

"Gimana, Mbak. Apa ada luka serius?" tanya Marissa pada perawatnya.

"Alhamdulillah nggakbada yang serius, kecuali luka di lutut nggak ada luka lainnya." jelas perawat itu. "Tapi karena lukanya di lutut tingkat kesembuhan mungkin akan agak lama, Mbak. Banyak-banyak istirahat dan kakinya dilatih pelan-pelan aja kalau mau jalan. Nah, selesai." kata perawat itu.

"Gimana ceritanya?" tanya Marissa.

"Nanti aku cerita, anter aku pulang dulu." kata Arimbi.

"Motormu dimana?"

"Ada di depan, nanti aku minta tolong karyawan mama yang ambil." kata Arimbi.

"Mama papamu sudah tahu?" tanya Marissa.

Arimbi menggeleng pelan, "aku nggak mau mereka khawatir, nanti saja aku cerita di rumah. Oh ya, tolong uruskan administrasinya ya." kata Arimbi.

"Tunggu di sini dulu, aku ke kasir." kata Marissa.

Marissa menyelesaikan administrasinya dengan cepat, setelah itu ia membawa Arimbi pulang. Dalam perjalanan Arimbi menceritakan kejadiannya, ia tidak bisa menceritakn dengan detail karena kejadiannya cepat sekali.

"Itu orang mabuk apa tidur sih, bawa mobil ugal-ugalan. Berhenti sebentar apa salahnya sih, buat ngecek kondisi korbannya." gerutu Marissa. "Oh ya, Bagas sudah tahu belum?" tanya Marissa.

"Belum." jawab Arimbi.

"Kenapa belum diberitahu?"

"Ini masih pagi, dia pasti banyak kerjaan di kantor, aku nggak mau ganggu. Lagian aku baik-baik aja kok." jawab Arimbi.

"issh kamu ini, kebiasaan nggak mau ganggu." Marissa geleng-geleng kepala. Sahabatnya ini memang tidak mau merepotkan siapapun.

Gerbang rumah Arimbi kebetulan terbuka jadi mobil Marissa langsung masuk ke dalam. Setelah mematikan mesin mobil, Marissa keluar lalu berjalan memutar ke arah samping. Ia membuka pintu mobil lalu membantu Arimbi turun.

"Arimbi." seru mamanya Arimbi begitu melihat Arimbi turun dari mobil dengan dipalah Marissa, matanya langsung fokus ke arah kaki Arimbi. Ia langsung ikut memapah Arimbi.

"Apa yang terjadi? kamu kenapa?" tanyanya panik.

"Rimbi nggak apa-apa, Ma. Tadi keserempet mobil." jelas Arimbi.

"Astagfirullahalazim, kamu beneran nggak apa-apa? kamu udah ct scan belum? MRI? Rontgen? apa ada yang nyeri?" tanya mama Arimbi lagi.

"Ma," kata Arimbi.

"Mama khawatir sayang." kata amamnya lagi.

Arimbi memeluk mamanya, "Rimbi tahu, Ma. Mama nggak usah cemas kata dokter aku baik-baik saja kecuali di lututku nggak ada yang perlu dicemaskan."

"Alhamdulillah, Papamu jangan diberitahu dulu, mama khawatir nanti papamu cemas lalu mggak hati-hati di jalan."

Oh, jadi hal seperti ini juga yang dikhawatirkan Arimbi, karena itu ia nggak mau mgabarin orang tuanya langsung batin Marissa.

Blind DateWhere stories live. Discover now