Part 2

4.1K 600 16
                                    

Aroma nasi goreng tercium di hidung Arimbi, ia bergegas berdandan kemudian meraih ranselnya. Arimbi lebih nyaman menggunakan ransel daripada tas wanita lainnya. Selain nyaman, muatannya juga lebih banyak. Isinya mukai dari ponsel, dompet, charger, power bank, skin care dan lainnya.

Hari ini Arimbi mengenakan baju berwarna hitam dibalut oleh blazer berwarna krem. Bawahannya Arimbi memadankannya dengan rok pendek dengan motif bunga, panjangnya sekitar lima senti dibawah lutut. Lalu, ia mengenakn flat shoes berwarna senada dengan blazernya.

"Pagi, Mama cantik." Sapa Arimbi begitu sudah sampai dimeja makan.

"Pagi juga, Papaku yang ganteng." Arimbi mencium pipi papanya lalu duduk disebelahnya.

"Semalam sampai rumah jam berapa?" Tanya Papa.

Arimbi meletakkan susu coklat yang baru ia minum.

"Kurang lebih jam sepuluh, Pa."

"Ini sarapannya." Karima meletakkan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya, tak lupa irisan mentimun dan juga tomat kesukaan Arimbi. Mama juga meletakkan sepiring nasi goreng buat papa. Mama ikut bergabung dengan kami, setelah kami semua di depan meja papa memimpin doa.

"Seperti biasa nasi goreng buatan Mama enak." Puji Arimbi, tak lupa ia mengambil keripik melinjo yang tersedia di dalam toples.

Tidal akan afdol rasanya bagi keluarga Arimbi jika makan tanpa keripik melinjo atau kerupuk. Bahkan jika mereka keluar mereka selalu membungkus kerupuk, mama selalu menggoreng sendiri kerupuk untuk keluarganya, katanya supaya lebih higienis saja.

Arimbi merupakan putri semata wayang. Meski begitu mereka tidak pernah memanjakannya, mereka mengajarkan kemandirian dan juga kedisiplinan.

"Pelan-pelan." Ujar mamanya ketika melihat Arimbi makan dengan cepat.

"Laper, Ma. Semalam pulang kantor Rimbi nggak makan, langsung tidur." Jelasnya.

"Pa, Rimbi nebeng lagi ya, motornya Rimbi selesai nanti siang."

"Iya. Kamu nggak niat ganti motor, lumayan lama itu." Ujar Papa.

"Nggak, Pa. Motornya masih bagus, Rimbi aja lupa servis bulan kemarin, mana lagi musim ujan juga. Kalau sudah di servis begini pasti larinya makin bagus." Setelah itu Arimbi menenggak segelas air putih.

"Ayo berangkat." Ajak Papanya.

Arimbi mendorong kursinya ke belakang, berdiri ia memasang kemai ranselnya. Diraihnya punggung tangan mamanya kemudian menciumnya.

"Arimbi jalan dulu, Ma. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahhiwabarakatuh." Mama Arimbi menjawabnya.

"Hati-hati di jalan, Pa." Ucap Mama mencium punggung tangan papa. Papa dengan mesra mencium lembut dahi mama.

Pemandangan manis setiap pagi yang selalu membuat Arimbi bahagia dan dan semangat untuk menjalani harinya.

Papa bekerja sebagai kepala seksi keuangan. Jam kerjanya dari jam delapan pagi sampai sore, jadi paginya aku bisa ikut papa. Kalau mama selain sebagai ibu rumah tangga juga memiliki bisnis tanaman hias, mama suka sekali dengan bunga-bunga, ia memulai usahanya sekitar lima tahun yang lalu, dan alhamdulillah sekarang mama sudah punya karyawan sendiri. Beliau hanya datang untuk memantau saja.

Didalam mobil Arimbi menyisir kembali rambutnya yang hanya sebahu. Ia memoles bibirnya sedikit dengan lipstiknya. Pagi ini ia memilih warna pink untuk bibir tipisnya.

Papanya melirik Arimbi melalu kaca spion. "Gadis cantik di sebelah Papa ini udah ada yang punya belum."

"Sudah dong." Jawab Arimbi cepat sembari memperbaiki anak rambutnya.

Blind DateWhere stories live. Discover now