Part 10

3K 546 32
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa 🤗
.
.
.
Alunan musik yang menenangkan, pijatan halus di kakinya serta aroma terapi yang khas membuat Arimbi tertidur. Rasanya begitu nyaman. Arimbi sangat menyukai segala macam perawatan di salon. Mulai dari spa, facial, meni pedi, creambath dan luluran. Dalam satu bulan ia mengagendakan dirinya untuk melakukan perawatan minimal satu kali. Dan perawatan kali ini dalam rangka persiapannya untuk menghadiri acara makan malam di rumah Bagas.

Iya, nanti malam ia akan bertemu dengan keluarga Bagas. Perawatan di salon terlebih dahulu memberi efek ketenangan pada Arimbi meski ketegangan itu terasa jelas.

"Jadwal perawatan kita minggu depan, kenapa maju?" Tanya Marissa. Gadis itu juga tengah melakukan perawatan yang sama.

"Bagas mengajakku makan malam dirumahnya."

Marissa menghela napas, "pantas saja." Keluhnya.

"Aku deg-degan." Kata Arimbi.

"Wajarlah."

"Aku gugup."

"Jangan gugup."

"Nggak bisa."

"Pasti bisa."

"Hhhh." Arimbi menghela napas pelan. Arimbi terus memikirkan apa saja yang akan mereka tanyakan padanya nanti, apa pekerjaan orang tuanya.

"Gimana rasanya?" Tanya Marissa setelah mereka selesai perawatan.

"Lumayan segar, lebih fresh." Jawab Arimbi.

"Aku yakin kamu bisa, jangan terlalu khawatir, oke?"

Arimbi tersenyum lalu memeluk Marissa sekilas. "Thanks, you're my bestie."

"Iya." Balas Marissa sembari menarik tubuhnya. "Kali ini kamu yang bayarin aku kan? Kamu yang ngajak." Kata Marissa.

"Iya." Ucap Arimbi.

Arimbi sedang mengantri di depan meja kasir saat terdengar sedikit keributan dengan seorang pelanggan. Arimbi dan gadis yang sedang berselisih itu saling menatap selama beberapa detik hingga kemudian kasirnya memanggil Arimbi.

"Ribut kenapa sih?" Gumam Marissa sembari terus melihat ke arah orang yang tengah berselisih.

"Sudah selesai, ayo." Arimbi menggandeng tangan Marissa, mereka pun keluar dari salon itu.

***

Arimbi menunggu Bagas di ruang tamu rumahnya. Ia di temani oleh mama dan papanya.

"Kalian sudah resmi pacaran?" Tanya Hanafi_ayah Arimbi.

"Mmm, mungkin."

Jawaban Arimbi membuat papanya menurunkan koran yang sedang dibacanya, matanya menatap wajah putrinya. "Kok, mungkin?"

"Pa, hubungan kami itu berjalan apa adanya, nggak ada tanggal berapa tepatnya kami resmi berpacaran." Jelas Arimbi.

"Anak muda jaman now, ada-ada aja namanya. Dulu jamannya papa sama mama itu, harus disiapkan dulu kapan kita 'menembak' seseorang, lengkap dengan bunga atau coklat." Kata papa.

"Bener itu, papa aja dulu kasi mama bunga yang banyak." Kata mama tersenyum karena mengingat kenangan indahnya bersama suaminya.

"Dan besoknya papa dihukum, uang saku nggak ada selama satu bulan sama nenek." Kata Papa.

"Loh, kok bisa?" Arimbi penasaran kenapa papanya dihukum nenek.

Mama tertawa keras, "itu karena bunga-bunga yang dikasihkan ke mama bunga kesayangan milik nenek."

Arimbi tertawa mendengar kisah lucu dibalik romantisnya sikap sang papa. Setelah tawa mereka reda, papa melanjutkan, "jangan sampai kamu kayak yang lagi rame itu ya." Pesan Hanafi.

Blind DateWhere stories live. Discover now