part 12

2.6K 482 24
                                    

Suara bel pintu berbunyi, Karima yang sedang berkutat di dapur bergegas ke ruang depan. Sekarang pukul empat sore, jam dimana ia sedang sibuk-sibuknya di dapur untuk menpersiapakan makan malam. Kadang suaminya pulang kerja langsung minta makan, jadi ia selalu menyiapkannya lebih awal. Pintu berwarna putih itu terbuka.

Tamu yang berdiri di teras depannya segera berbalik, senyuman manis mengembang di wajahnya. Laki-laki itu dengan sigap meraih punggung tangan Karima kemudian menyalaminya.

"Assalamualaikum, Tante?"

Karima sedikit terkejut dengan kedatangan Bagas. Sepertinya mulai sekarang ia harus membiasakan diri dengan teman lelaki putrinya.

"Waalaikumsalam nak Bagas, mari masuk." Karima memberi jalan pada Bagas.

"Silahkan duduk, kamu mau menemui Rimbi?" Tanya Karima.

Bagas meletakkan parsel berisi aneka buah-buahan ke atas meja. "Iya, Tante. Tadi aku menghubungi Arimbi, katanya dia nggak masuk kerja karena kurang enak badan. Arimbi sakit apa ya, Tan?"

Terlihat jelas raut wajah khawatir Bagas, membuat Karima tersentuh.

"Rimbi, kurang enak badan karena lagi kedatangan tamu bulanannya." Jelas Karima. "Rimbi nggak kenapa-napa, Nak. Sakitnya kadang-kadang aja, kalau ia terlalu capek." Lanjut  Karima.

"Sekarang keadaan Rimbi bagaimana, Tante?"

"Alhamdulillah sudah baikan, tunggu sebentar ya tante panggilkan Rimbi."

Sebelum Karima beranjak dari duduk Bagas sudah mencegahnya terlebih dahulu.

"Jangan, Tan. Biarkan saja Rimbi istirahat, Aku titip buah ini buat Rimbi." Bagas tidak mau mengganggu istirahat Arimbi, mengetahui ia baik-baik saja membuatnya lega.

"Nggak apa-apa. Rimbi udah baikan kok, siapa tahu ketemu kamu dia langsung segar." Ujar Karima sembari mengedipkan mata ke arah Bagas. Bagas menjadi salah tingkah. Ibunya Arimbi sangat baik dan menyenangkan mungkin karena hal itu ia merasa nyaman dan tidak asing bertamu. Sepuluh menit kemudian Arimbi datang membawa nampan teh.

"Hai," sapa Bagas begitu melihat kedatangan Arimbi.

"Hai," balas Arimbi. Mereka berdua tersenyum canggung, belum terbiasa dengan perhatian yang diberikan masing-masing. Rimbi meletakkan nampan diatas meja, diberikannya secangkir teh lemon buat Bagas dan secangkir lagi untuk dirinya.

"Kamu sudah baikan? Wajahmu sedikit pucat." Kata Bagas ketika Arimbi duduk di sofa tunggal yang ada di samping Bagas.

"Alhamdulillah sudah mendingan." Jawab Arimbi.

"Aku khawatir sekali, syukurlah kamu sudah baikan."

Arimbi berdehem, "silahkan di minum."

Bagas mengangguk, meraih cangkir teh lemonnya lalu meminumnya.

"Taraaaa, ini kuenya temen ngeteh paling yummy." Karima datang membawa nampan lain berisi kue. "Ini brownis buatan Rimbi, kesukaan satu keluarga." Lanjut Karima.

"Oh ya?" Seru Bagas.

"Ma," ujar Arimbi malu.

"Iya dong, ayo dicicipin sambil ngobrol-ngobrol ya. Tante mau lanjutin masak, sebentar lagi papa Rimbi pulang. Oh ya, kamu nggak usah pulang dulu ya nak Bagas, kita makan malam bareng." Undang Karima.

"Ma, Bagas mungkin ada acara lain. Lagian ini masih sore." Sela Arimbi.

"Aku lagi nggak ada acara Rimbi." Bagas meyakinkan Arimbi. "Terima kasih undangannya, Tante, aku menerimanya dengan senang hati."

Arimbi tidak bisa bicara apa-apa lagi. Sebuah kekhawatiran muncul di benak Arimbi. Kedekatan Bagas dengan dirinya saja membuatnya pusing lalu sekarang, Bagas akan semakin dekat dengan orang tuanya.

Blind DateWhere stories live. Discover now