satu

5.5K 312 3
                                    

Aku berani jamin nama tengahku adalah 'Sial.' Amora 'Sial' Seraphine Bagaimana bisa ban motor Mas Ojek yang tengah ditumpangiku saat ini bocor—di saat nyawaku sedang terombang-ambing antara hidup dan mati?!

Oke, itu berlebihan. Tapi jelas situasinya sangat tidak kondusif saat ini!

"Amora Seraphine!" Tuh, kan! Aku menengadah ke langit mendung yang menaungiku, memaksakan sebuah senyuman sebelum berpaling ke satu arah, di mana sebuah mobil sport keluaran terbaru sudah menepi dengan apiknya di pinggir jalan. "Masuk."

Aku menggeleng, masih dengan senyum manis di wajah. "Makasih, tapi aku nggak—"

"Masuk." Nah, kalau sudah menggunakan nada tegas seperti itu, artinya Austin Giorgio sedang tidak ingin dibantah.

Aku memutar bola mata sebal, menghentak kaki sebelum membuka pintu belakang mobil, menyeret diri ke dalam, lalu menutup kembali pintu dengan dibanting kuat. Merespons tingkahku, Austin hanya menggeleng samar sebelum kembali menjalankan mobil. Ya, ia harus terbiasa dengan sikap kanak-kanakku ini.

"Maaf kalau kehadiran gue buat lo gak nyaman, Mor." Astaga. Aku tidak butuh suara sok lembut milik medusa yang kini duduk di sebelah Austin.

Aku tidak memberi balasan, memilih menyumpal telinga dengan sepasang AirPods.

Elena Rossaline. Manusia bermuka dua paling menjijikan yang pernah kutemui. Menjadikan kami berdua saudara tiri adalah lelucon paling buruk yang semesta gariskan.

"Mor, hari ini jangan pulang terlalu malam. Papa baru balik dari Jepang dan berharap kita bisa makan malam bersama."

Aku masih sibuk menyenandungkan Lost Stars oleh Adam Levine, disusul lagu-lagu berikutnya hingga mobil yang ditumpangiku berhenti tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi.

"Dah!" Tak menunggu lebih lama lagi, aku langsung melompat turun dan berlari memasuki area sekolah dengan seragam acak-acakan. Salahkan jam beker sialan yang entah sudah berapa kali rusak itu, alhasil aku hanya sempat menyemperot parfum dengan jumlah banyak di area ketiak dan mengoleskan sedikit lipbalm berwarna pada bibir.

*

"Yo, bitch!" Aku tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang baru saja merangkulku. "Kenapa muka lo? Lesu benar kayak kaos kaki Bang Maman."

Siapa pula Bang Maman?

"Biasa. Ketemu Medusa pagi-pagi," jawabku malas.

Sam menggelak tawa. "Tenang, tenang. Gue punya kabar yang akan meningkatkan kadar dopamin dalam otak lo."

"Langsung aja ke intinya, nggak usah pakai istilah-istilah aneh."

"Gue denger gosip kalau Elena naksir sama Jonas Sadewa, anak XI-IPS-4."

Kedua mataku menyipit, jelas saja tertarik. "Serius lo?"

"Sejak kapan gosip dari gue pernah melenceng?" Benar juga. Sejak kapan Samantha Adikarta pernah memberikan informasi palsu? Ratu gosip satu itu mendapat gelar demikian karena sebuah alasan.

Senyumku terbit. Aku menjatuhkan kecup kilat pada pipi Sam. "Lo emang terbaik, Sam! I love you!"

"Bayarin makan siang gue selama seminggu. Deal?"

Aku mengumpat samar.

*

"Hai, Jonas, kan?" Ini sudah bukan hal baru untukku, jadi aku sama sekali tidak merasa malu atau gugup begitu mendatangi Jonas Sadewa yang kini tengah berkumpul bersama teman-teman satu gengnya di tepi lapangan.

Bad ReputationWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu