41. Dirga Yang Gelisah

Start from the beginning
                                    

Selain itu juga, katanya memang keluarga besar Dirga memang tinggal jauh-jauh, bahkan beberapa cenderung tinggal di kawasan yang sunyi jauh dari perkotaan, beberapa juga menetap di Singapur serta Australia.

Dirga jarang membahas soal keluarganya, tetapi Pevita pernah. Pevita mengatakan pada Andien bahwa keluarga mereka tidak seperti keluarga kaya di sinetron, kok. Normal-normal saja, kata Pevita begitu. Andien berharap ucapan Pevita memang benar adanya.

"Dalam waktu dekat itu, kapan mas?"

Dirga tersenyum singkat melihat wajah cemas Andien. Gadis itu kalau soal ekspresi wajah sudah juara umum. Niatnya hanya bertanya, tetapi wajahnya langsung menunjukkan seluruh isi pikirannya yang sedang gundah itu.

"Apa sih yang kamu cemaskan, Andien? Kamu perempuan baik, dan keluarga saya senang dengan orang seperti kamu. Simple."

"Itu kan menurutnya mas, kalau ternyata mereka ada yang nggak suka sama Andien gimana hayo?"

Dirga tidak bisa berhenti tersenyum sejak Andien masuk ke ruangannya lima belas menit lalu, dan sekarang ia masih betah menunjukkan senyumannya pada gadis itu, yang malah membuat Andien semakin gelisah.

Lelaki itu mengangkat tangan Andien, membuat Andien menautkan kedua alisnya bertanya-tanya. "Berdiri dulu," ucap Dirga.

Andien berdiri dan mendekat ke sisi kanan Dirga duduk, di kursi super nyaman harga jutaan itu.

Andien mematung saat ia merasakan tubuhnya direngkuh dengan gerakan halus dan tidak menuntut. Sebuah rengkuhan hangat dan usapan pada punggung yang begitu lembut. Tambahkan musik klasik saja, Andien mungkin bisa terlelap.

"Saya akan heran kalau ada orang yang tidak menyukai kamu, Andien."

Dengan pipinya yang menempel di dada kanan Dirga, Andien menjawab, "Kenapa heran? Andien musuhnya banyak loh waktu di kampus, banyak yang nggak suka Andien, kok. Andien bukan orang yang 100% baik, mas. Andien pernah bohongin temen, pernah nolak ajakan temen, pernah nggak mau bantuin temen. Andien nggak sebaik itu, cuma orang biasa yang berusaha survive aja."

Gadis itu merasakan Dirga menggunakan dagunya untuk mengusik puncak kepala Andien, membuat gadis itu hampir saja ingin menangis. TMI, Andien itu sangat lemah kalau sudah dipeluk.

"Itu tidak cukup untuk melepas predikat baik yang saya sematkan di kamu."

"Tuh kan, orang emang cuma mas doang deh kayaknya yang anggap Andien super baik."

"Dulu pertama kali kita bertemu. Kamu menumpang di mobil saya. Walau tingkah kamu menyebalkan sekali dan berisik, tapi saya tidak bisa marah atau mengusir kamu saat itu." Ucapan Dirga membuat Andien mendelik, ia mengangkat wajahnya sedikit.

"Mas nggak marah waktu itu? Yakin?"

"Kenapa?" Dirga balik melempar pertanyaan setelah mendengar gadis itu seolah-olah tidak percaya bahwa dirinya tidak marah.

"Mas nggak marah aja mukanya waktu itu kayak mau jejelin Andien ke bagasi loh, mas."

"Hiperbola, Andien."

Andien mengerucutkan bibirnya dan Kembali menempelkan pipinya pada dada Dirga yang sangat sangat nyaman untuk menjadi sandaran. Pasti para wanita di luaran sana sedang berangan-angan untuk berada di posisi Andien sekarang, salah satu bahan perbincangan divisi marketing sejak mereka tahu hubungan Andien dan Dirga.

Sejak saat itu, Andien hamper menyerah berada di divisi kesayangannya itu sebab setiap saat ada waktu senggang, yang dibahas adalah Andien dan Bos mereka. Bahkan sampai di titik dimana mereka menuntut kenaikan jabatan dari Andien apabil nanti sudah sah dengan Dirga.

[6] Stop, Pak!Where stories live. Discover now