0019. Mulianya perempuan islam

548 40 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Perempuan, mereka sangat mulia dan tinggi derajatnya di mata Islam, lalu kenapa banyak  perempuan sekarang yang menyerahkan diri mereka dengan gampang pada lelaki yang bukan mahramnya mereka padahal Rasulullah sudah susah payah mengangkat derajat kaum perempuan namun beginilah balasan umatnya?" — Tengku Muhammad Ghafi Ar-Raniry

Beberapa hari tinggal dirumah barunya, Aily baru tau, ada pohon mangga besar di halaman belakang rumahnya.

Ia berdecak senang karna pas sekali pohon itu sedang berbuah, lebat lagi, belum lagi buah nya ranum-ranum dan besar.

Aily itu anaknya nakal, padahal suaminya sudah jauh hari memberitahu agar ia tidak memanjat pohon karna Aily itu bisa naik tapi tidak bisa turun lagi, apalagi waktu di pesantren dulu Aily pernah sekali ketahuan guru sedang memanjat pohon jambu didekat masjid.

Aily terbayang betapa lezatnya buah mangga itu jika dimakan atau dibuat jus, ia tak memperdulikan larangan suaminya dulu untuk tidak memanjat pohon lagi.

Ia membentangkan sebuah kain besar di tanah dibawah pohon, kalau tidak ketika buahnya jatuh nanti yang ada akan mengakibatkan buah itu kotor atau pecah.

Benar, selang 5 menit kemudian, Aily dengan mudah bisa memanjat pohon mangga tadi, ia tidak tau saja akan ada bahaya yang datang.

Aily tersenyum senang karna buah mangga sudah banyak yang ia kumpulkan, bibirnya nyaris meneteskan air liur karna Aily sudah tergoda dengan kelezatan buah mangga nanti.

Sorot mata Aily tertuju pada sesuatu, tubuhnya menegang seketika, bagaimana bisa sejak tadi ia tidak tau jika ada sebuah ulat kepompong berwarna hijau dengan tubuhnya yang gemuk dan mata hitamnya yang besar itu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa" Lengkingan suara Aily yang seperti toa itu terdengar hingga ke ruang kerjanya Gus Ghafi.

Gus Ghafi yang saat itu mengerjakan berkas-berkas restorannya terperanjat kaget karna lengkingan suara istrinya.

Ia berlari tergopoh-gopoh mencari asal suara itu, feeling-nya kuat jika suara itu berasal dari arah belakang.

Gus Ghafi sampai di halaman belakang, tepat seperti feeling-nya, dibawah pohon mangga ia menatap istrinya yang ketakutan itu.

Gus Ghafi menghela nafas, mau marah juga tidak bisa, ia malah gemas dengan raut wajah istrinya.

"A'a takuttt, ulatnya banyak, huaa." rengek Aily, manik matanya mulai berkaca-kaca mengingat betapa benci dan gelinya ia pada ulat itu.

"Nakal, kamu udah saya bilang jangan naik-naik pohon ga denger suaminya bilang hm, kalau mau mangga kan bisa minta saya yang ambilin, istri saya ini bandel sekali hm." ujar Gus Ghafi mengomeli Aily

"Maaff A'a..." Aily menunduk, ia menahan tangisnya, antara takut pada ulat dan sedih karna diomeli suaminya.

Gus Ghafi menghela nafas panjang melihat perempuan nya sedang menangis diatas sana, ia merentangkan tangannya keatas, berisyarat pada istrinya untuk turun dari pohon dengan bantuan tangannya.

Begitu tubuh perempuannya berhasil didekap olehnya, Gus Ghafi menatap lama sekali wajah istrinya, ia tersenyum tipis oleh wajah memerah dengan hidung kembang kempis itu.

Seindah Takdir Dari Allah Where stories live. Discover now