0018) Mas dan Sayang

699 41 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

" Teruntuk kamu sang pemilik hati, jangan takut kehilangan saya karna kematian, kamu dan saya saling mencintai karna Allah, cinta sejati karna Allah tidak akan terpisahkan oleh apapun, sekalipun itu kematian, karna kematian hanya pemisah sementara, karena kita akan kembali bersatu di surga-Nya."
- Tengku Atha Kahfi Ar-Raniry


Pagi mulai menyongsong, burung-burung mulai keluar dari sangkarnya dan bersiap mencari makanan untuk keluarganya, kesibukan juga terjadi pada sepasang pengantin baru yang tengah bersiap untuk pindah rumah-siapa lagi kalau bukan Aina dan Kahfi?

Setelah tinggal dua hari di ndalem, Kahfi dan Aina akan pindah ke sebuah perumahan setelah berunding dengan Abi Thariq.

Lokasinya tidak jauh dari pesantren, hanya membutuhkan waktu 30 menit, Kahfi sengaja memilih rumah hunian yang tidak jauh-jauh dari pesantren.

Di depan gerbang pesantren, Ummi Aya dan Abi Thariq tengah berdiri menatap anak dan menantu keduanya.

Ummi mendekap Kahfi dan Aina bergantian, ia menatap anak-anaknya itu sembari tersenyum

"Kalian baik-baik ya dirumah baru, kalau nanti ada yang gabisa waktu ngurus rumahnya, telpon Ummi ya," ucap Ummi.

"In Syaa Allah kita baik-baik aja mmi, doain kita selalu ya mmi supaya rumah tangga yang baru dibina ini akan selalu abadi sampai jannah, Kahfi sama Aina pamit dulu ya mmi bi, Assalamualaikum." Kahfi dan Aina masuk kemobil setelah bersalaman dengan Ummi dan Abi, hari ini Azhar tidak ikut serta ada disini karna sedang di toko buku karna beberapa hari lagi ia akan mengikuti lomba.

Ummi dan Abi mematung terdiam memandangi mobil Kahfi yang sudah pergi dari kawasan pesantren, "Yaallah, jaga anak dan menantuku yaallah, jauhkan rumah tangga keduanya dari hal-hal buruk, aamiin."

Didalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan normal, lagunya Nadhif Basalamah terputar dari radio mobil mengisi keheningan didalam mobil.

Kahfi yang sedang menyetir melirik Aina yang terlihat murung, Kahfi mulai sibuk menerka-nerka apa yang menjadi beban pikiran istrinya.

Kahfi teringat kemarin mertuanya pergi keluar kota untuk urusan bisnis ayah mertuanya, karna keberangkatan keduanya sebelum shubuh, membuat Ayah dan Bundanya Aina tidak bisa meminta izin pada Aina.

Mengerti jika itu yang membuat Aina murung, Kahfi pun berinisiatif mengelus kepala Aina sedangkan ia masih fokus menyetir.

"Hey istrinya mas, jangan sedih-sedih terus, gapapa ya? nanti kita telpon ayah dan Bunda ya na? jangan sedih lagi ya, mau berhenti di minimarket depan sana? Mas beliin yang manis-manis."

Aina tersenyum tipis lalu mengangguk, Suaminya memang selalu mengerti keadaan nya.

Mobil putih Kahfi berhenti didepan parkiran minimarket, Aina membawa arah matanya ke WC minimarket yang berada disamping.

Ia membuka sealtbet ditubuhnya lalu menatap suaminya yang juga belum keluar dari mobil, "Mas, Aina mau ke WC bentar."

Kahfi mengangguk, "Iya na, saya beli terus makanannya ya, sekalian beli beberapa barang yang kayaknya belum ada di rumah."

Seindah Takdir Dari Allah Where stories live. Discover now