🌷Tujuh Belas🌷

1.1K 125 1
                                    

Waw, bilangnya mau tidur ternyata malah sibuk di disini wkwkwk

HAPPY READING AND GUD NAIT

Keadaan tak sesuai harapan. Tak ada Aeran yang menunggunya di rumah. Tak ada senyuman manisnya yang selalu menyambut Leona saat pintu terbuka.

Leona menggeleng tak percaya, dia berjalan mengelilingi rumah Ranna, memasuki semua ruangan yang ada di sana. Namun, bayi manisnya masih tetap tak ia temukan.

Kemana Aeran pergi?

Leona pergi ke ruang bermain, tempat Aeran selalu bermain di sana kala bosan, ini tempat terakhir yang tersisa.

Leona memutar knop pintu, suara pintu dibuka berderit pelan, memecah keheningan. Kaki jenjangnya melangkah masuk, matanya menelusuri setiap sudut dan sisi ruangan.

Berbagai mainan, boneka, serta barang-barang yang Aeran suka masih tergeletak di sana dengan rapi. Seperti tak ada satupun yang berpindah tempat dan hilang.

Matanya melihat ke arah meja rias yang ada di sana, boneka dino itu hilang. Tak ada ditempatnya.

"Kemana perginya..." Gumamnya.

Tangannya meraba sekitaran meja rias, matanya kembali menelusuri setiap inci ruangan bertema bayi ini.

Aeran.

Laki-laki itu tertidur dekat kolong kasur dengan boneka dino hijau di pelukannya, tubuhnya yang mungil hampir tak terlihat. Leona tersenyum lega, laki-laki itu tak pergi.

"Sayang." Kakinya melangkah pelan ke arah Aeran, lantas berjongkok dan Leona tak mampu untuk tak memeluk belahan jiwanya itu.

Leona menarik lembut tubuh Aeran ke pelukannya, namun laki-laki itu tak terbangun karena kelakuan Leona. Gadis itu mengelus punggung ringkih Aeran, menciumi pelipisnya penuh sayang.

"Kamu begitu baik, karena tak berusaha pergi dariku." Lirihnya.

Otaknya sempat berpikiran negatif tentang laki-laki ini, Aeran akan pergi jauh, meninggalkan nya dalam sebuah kesalah pahaman.

Namun melihat laki-laki ini masih berada disini, walaupun Leona tak tahu Aeran kini membencinya atau hal lain, Leona merasa lega, laki-laki itu ada di sekitarnya, dan dirinya masih bisa memeluk tubuh mungil yang ringkih.

Menciumi nya penuh kasih, memeluknya penuh kehangatan, lalu mengatakan kalimat-kalimat menyenangkan.

Meskipun pikirannya begitu kalut tadi, entah kenapa air matanya tak turun. Rasa ingin menangis itu ada, tapi air matanya seakan menghilang. Habis, seperti menolak untuk turun.

Leona kembali mengecup pelipis Aeran, mengelus pipinya yang ada bekas air mata, lalu kembali memeluknya.

"Eungh.."

Sebuah lenguhan terdengar, namun Leona masih tetap sibuk memeluk dan mengelus punggung Aeran.

Laki-laki itu membuka matanya perlahan, belum menyadari sesuatu yang telah terjadi, "emm..uh?"

Leona?

"Terimakasih karena tidak pergi." Leona melepaskan pelukannya, menatap sayu Aeran yang kebingungan, atau pura-pura kebingungan?

"Leona kenapa? Apa yang terjadi?"

Sungguh benar-benar sudah berani berpura-pura si kecil manis ini.

"Maaf, aku tahu kau marah."

Aeran terdiam, tak ada niat untuk menjawab, tapi dia berusaha berdiri dengan boneka di pelukannya.

"Kenapa Leona meminta maaf?"

Baby Boy [FemDom]Where stories live. Discover now