Tiga Puluh

1.6K 87 15
                                    

Wounds In Marriage

Bab Tiga Puluh
***

Anggya POV

Entah bagaimana bisa, hari ini tiba-tiba saja Kak Ajeng sudah kembali ke rumah. Aku yakin sekali Mas Naufal sudah mulai merasa resah karena pihak kepolisian mencurigainya, sehingga dia memutuskan untuk melepaskan Kak Ajeng. Namun, sayangnya Kak Ajeng sama sekali tidak melihat Mas Naufal dalam kejadian. Bahkan orang yang menculik Kak Ajeng pun mendadak hilang dari tempatnya. Seharusnya aku merekam suara Mas Naufal waktu itu untuk dijadikan sebuah bukti. Aku hanya bisa mendesah pelan.

Kak Ajeng terlihat begitu pucat. Sejak tadi dia hanya tertidur di kamar dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Hanya Latya yang bisa membuatnya mau membuka suara. Aku sebenarnya merasa tidak enak dengan Kak Ajeng, karena ini semua memang berawal dari diriku. Mungkin, seandainya saja aku tidak mempersulit diri dalam hubungan antara aku dengan Mas Naufal, pasti semua tidak akan sesulit ini. Semua orang tidak akan menjadi korban. Apakah aku harus menyerah?

Namun, kabar baiknya Devan datang ke persidangan antara aku dan Mas Naufal. Lelaki itu membawa seorang pengacara dan memberikan begitu banyak bukti kepada hakim. Membuat pihak Mas Naufal tidak bisa berkutik. Aku melihat lelaki itu datang dengan ditemani oleh Tasya. Dasar perempuan tidak tahu malu!

Untuk persidangan kali ini aku menang. Hakim memutuskan bahwa sebentar lagi kami akan resmi bercerai. Meskipun demikian, aku mendapatkan pesan dengan nada penuh ancaman yang berasal dari Mas Naufal. Lelaki itu berkata tidak akan membiarkan hak asuh anak jatuh ke tanganku. Dan tentunya Mas Naufal akan menyeret ibuku dalam kasus hutang yang belum selesai itu. Untungnya, hal yang pertama sudah berhasil membuatku bernapas dengan lega karena Mas Naufal yang terbukti selingkuh sehingga hakim yakin akan memberikan hak asuh kepadaku. Lalu, untuk yang kedua, Devan diam-diam ternyata sudah mengambil bukti di bank yang akan diserahkan kepadaku hari ini. Febby juga sudah meminjamkan aku uang untuk diberikan kepada Mas Naufal atas hutang ibuku.

Baiklah. Aku mungkin hanya perlu mengganti hutang Ibu saja. Karena menurut penuturan dari Devan, bukan aku yang meminjam hutang kepada pihak bank. Melainkan Tasya. Aku sebenarnya sudah yakin. Aku bahkan sudah bersikeras akan melemparkan bukti-bukti itu ke depan wajah Mas Naufal. Dan juga, aku ingin sekali melemparkan uang hutang ibuku ke wajah lelaki itu.

"Gue yakin sih setelah ini hidup lo akan tenang." Febby menepuk pundakku dengan pelan. Sementara itu, Devan tampak mengukir senyum di kejauhan.

Aku tersenyum. "Terima kasih ya, Feb." Lalu membalas senyum Devan dari kejauhan.

Setelah beberapa kali pertanyaan, hakim pun mempersilakan kami untuk keluar. Persidangan hari ini sudah selesai sehingga aku dan Febby memutuskan untuk melangkah keluar. Devan lantas menghampiri diriku dan memberikan bukti-bukti dari pihak bank kepadaku. Aku tersenyum, mengucapkan terima kasih banyak-banyak kepada lelaki itu. Setelah ini, Mas Naufal tidak bisa lagi mengancam diriku atas kasusnya dengan orang bank. Meskipun memang hutang ibuku belum lunas, setidaknya aku akan membayar hutang itu setengahnya hari ini. Sehingga uang yang harus aku berikan kepada Mas Naufal hanya hutang ibuku saja.

"Simpan bukti-bukti ini baik-baik, Anggy," kata Devan ketika kami bertemu di parkiran. "Kamu butuh uang berapa untuk mengganti hutang ke Naufal? Saya bisa membantunya." Aku yakin sekali Febby yang menceritakan semuanya kepada lelaki itu.

"Nggak perlu, Dev. Febby sudah membantu setengahnya. Aku hanya perlu mencari uang setengahnya lagi."

Devan menatap diriku, seolah masih ada yang mengganjal dalam hatinya. "Anggy, kamu bisa memulai usaha butik kamu sekarang. Saya sudah menyiapkan banyak pakaian dan orang-orang yang bisa menjahit untuk membantu usaha kalian." Devan seperti agak ragu, dia menatapku, lalu menatap Febby. "Setelah ini kalian bisa langsung datang ke butik karena tempat itu sudah bisa dibuka besok," sambung Devan.

Wounds in MarriageWhere stories live. Discover now