Empat

1.3K 61 7
                                    

Wounds in Marriage

***
Bab Empat

***

Anggya FOV

Selesai periksa, aku dan Mas Nuafal keluar dari ruangan. Dokter Arsyia sangat ramah. Beliau menjelaskan dengan begitu telaten perihal perkembangan janinku. Anak kedua ternyata laki-laki. Sesuai dengan keinginan Mas Naufal. Dokter Arsyia juga berpesan kepadaku agar tidak terlalu capek. Juga tidak boleh terlalu banyak pikiran. Sekarang aku dan Mas Naufal tengah melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Hingga seorang lelaki menabrak tubuhku. Mas Naufal terlihat kesal dan hendak memarahi orang itu. Namun, aku segera menahannya. Lagipula lelaki itu pasti tidak sengaja.

"Maaf saya tadi terburu-buru, eh ... Anggya, ya?" Lelaki dalam balutan jas dokter itu menatapku. Barulah aku tersadar siapa orang yang kini tengah berdiri di depan kami. Dia Keenan, mantan pacarku sewaktu SMA. Kami berpisah karena dia memutuskan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Tetapi mungkin, kami akan masih menjalin hubungan sampai saat ini jika aku tidak dijodohkan. "Kamu apa kabar? Udah lama banget kita nggak ketemu." Dia ramah seperti biasa. Keenan menyodorkan telapak tangan dengan senyum mengembang.

Aku mengerjap, lalu meraih tangan itu. Bisa kulihat ekspresi wajah Mas Naufal berubah. Dia terlihat tidak suka. Memang aku menceritakan semua masa lalu kepadanya. Bahwa sebelum dijodohkan, aku telah memiliki kekasih. Saat itu pun Mas Naufal tidak keberatan. Kami tetap melakukan pendekatan selama sebulan. Dia berhasil membuatku jatuh cinta, melupakan kekasih lamaku. Mungkin, karena saat itu aku pun takut Keenan sudah memiliki hati yang lain di luar negeri. Hingga kuputuskan untuk lupa dengannya. Dan begitu cepat Mas Naufal berhasil singgah di hatiku.

"Aku baik." Kuraih telapak tangan itu dan balas tersenyum. "Oh iya, Keenan kenalin ini Mas Naufal suamiku," kataku kepadanya.

Keenan tersenyum senang. "Keenan."

Yang terjadi dengan Mas Naufal sebaliknya, lelaki itu tidak segera meraih uluran tangan Keenan. Tatapan matanya bahkan terlihat tidak suka. Aku mengembuskan napas diam-diam. Mas Naufal memang pencemburu. "Naufal," balasnya setelah cukup lama diam. Lelaki itu terlihat ingin segera pergi dari sini.

Aku tersenyum kecil kepada Keenan, merasa tidak enak dengan sikap Mas Naufal. "Sudah dulu kami harus pergi ya, Keenan. Senang bisa bertemu denganmu lagi," kataku. Yang berhasil membuat Mas Naufal semakin tidak betah. Dia dengan segera menarikku pergi.

"Mas?"

Mas Naufal menutup pintu mobil dengan kasar. Aku meringis, agak terkejut. Dia bahkan tidak menjawabku. Wajahnya dingin.

Setelah menghela napas, aku meraih bahunya. "Kamu marah sama aku?" tanyaku lembut. Dia masih tidak menggubris, mulai menyalakan mesin mobil. "Keenan sama aku nggak punya hubungan apapun lagi. Kami benar-benar sudah clear, jadi tidak ada yang perlu kamu cemaskan, Mas." Lelaki itu hanya menggumam pelan.

"Aku sungguh benar-benar mencintaimu sekarang, Mas."

Akhirnya, Mas Naufal menolehku. Lelaki itu mengusap kepalaku dengan lembut. "Iya, Sayang. Mas percaya sama kamu," ucapnya. Dia sudah kembali fokus menatap ke depan.

Perasaanku tidak tenang. Aku masih terus kepikiran dengan foto serta bekas lipstik itu. Kupandang wajah Mas Naufal dari samping, memperhatikan dengan jelas sosok suami yang begitu kucintai. Semua kenangan yang terjadi dalam pernikahan, terbayang di dalam kepala. Membuatku tersenyum sendiri. Mendadak merasa perih jika benar Mas Naufal berubah. Lelaki itu bahkan sudah berjanji kepadaku untuk selalu setia mencintai. Dia telah berhasil mengisi hatiku. Membuatku bahkan tidak bisa berpaling darinya.

Wounds in MarriageWhere stories live. Discover now