12. Salah Seragam

28 17 41
                                    

Ini merupakan kali kedua Alysa pulang diantar Arman, membuat gadis itu merasa tak enak hati. Ia langsung meminta maaf sesampainya Alysa di rumah.

"Maaf ya Ar, aku ngerepotin kamu," ucap Alysa.

"Biasa aja kali, cuma bantu segini doang," balas Arman.

"Ya tapi padahal kita lama nggak kontekan selama beberapa tahun, terus sekalinya ketemu, aku malah sering ngerepotin kamu," ungkap Alysa merasa tak enak hati.

"Udahlah nggak usah dipikirin, sebagai mantan tetanggamu, wajar aku bantuin kamu," balas Arman. "Itu di rumahmu ada orang nggak?" ucap Arman mencoba mengalihkan perhatian.

Perkataan Arman membuat Alysa menoleh ke arah rumahnya, ia baru menyadari rumah lebih sepi dari biasanya. Lalu gadis itu mencoba membuka pintu gerbang, tetapi gerbang itu terkunci. Begitu juga ketika Alysa memanggil-manggil tantenya, tak ada jawaban dari dalam rumah.

"Kayaknya di rumah kamu nggak ada orang, deh," komentar Arman. "Coba telepon tantemu," sarannya.

Alysa pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi tantenya. Saat ini ia berpikir bahwa mungkin tante Amanah memeriksakan diri ke klinik, mengingat tantenya kerap mual-mual.

Karena telepon tak diangkat, Alysa beralih menelepon pamannya.

"Gimana? Apa perlu kuantar kamu ke warung mie ommu?" tawar Arman.

Usai mengatakan hal itu, panggilan Alysa akhirnya terhubung ke pamannya. Lalu pamannya mengatakan bahwa ia dan tantenya ada urusan sebentar di luar.

"... kamu tunggu sebentar di sana, sebentar lagi om pulang, nggak usah ke warung, warung belum buka," terang om Fadil. Alysa pun mengiakan kata-kata pamannya dan mengakhiri panggilan.

"Gimana Lis, perlu kuanter ke warung?" tanya Arman.

Alysa menggeleng. "Nggak usah Ar, bentar lagi omku pulang. Makasih ya! Udah nganterin."

Meskipun Arman sudah mendapat kepastian akan situasi Alysa, tetapi Arman merasa enggan meninggalkan gadis itu sendirian, area perumahan itu sepi dan tak banyak orang pada jam sibuk seperti ini.

"Aku temenin kamu ya?" tawar Arman setelah mempertimbangkan keputusannya.

"Aduh, apa nggak pa-pa, Ar? Nanti kamu pulangnya telat, loh!" tolak Alysa secara halus.

"Nggak apa-apa, daripada ngebiarin kamu sendirian di sini," balasnya. Meski Arman menyatakan bahwa ia merasa tak keberatan, tetapi pemuda itu mulai cemas dan memeriksa jam di ponselnya, sebab sebentar lagi dia ada les.

Sekitar sepuluh menit mereka menunggu sambil mengobrol, akhirnya terlihat mobil paman Fadil memasuki area perumahan. Alysa pun langsung menghampiri mobil itu dan menanyakan sesuatu.

"Maaf ya, Sayang, nunggu lama. Tadi mendadak, sih," ucap tante Amanah.

Melihat kedatangan wali Alysa, Arman merasa tugasnya menjaga gadis itu sudah selesai.

"Lis, aku pamit dulu ya!" pamitnya.

"Eh, mampir dulu, Ar!" cegah Alysa.

"Iya, masuk dulu!" timpal om Fadil.

"Makasih Om, tapi saya ada les," elak Arman. Usai mengatakan hal tersebut, pemuda itu langsung menaiki motornya dan pergi menuju ke tempat les.

"Siapa dia, Lis?" tanya om Fadil.

"Om nggak tahu ya? Dia Arman, anaknya pak Bayu," terang Alysa.

"Anak yang sering dititipin ke rumah ya?" tebak om Fadil yang tak begitu mengetahui perihal Arman.

"Iya Om," angguk Alysa.

"Wah, Om nggak nyangka kalau itu dia, dunia ini sempit ya. Nggak disangka kalian bakal ketemu lagi," tanggapnya.

"Mas, itu bajunya harus dikeluarin dari mobil," ucap tante Amanah yang baru saja membuka gerbang rumah lebar-lebar.

Ucapan dari istrinya membuat om Fadil bergegas memakirkan mobil, lalu ia mengeluarkan beberapa kantong kresek dari dalam mobil dan membawanya ke dalam rumah.

"Itu apa Om?" tanya Alysa penasaran mengekori pamannya.

"Ini seragam sekolah kamu." Jawaban dari pamannya membuat Alysa mengernyitkan alis.

"Seragam apa, Om? Kan seragamku udah pada selesai dijahit?" ucap Alysa heran.

"Itu kan seragam pendek, yang ini seragam panjangnya. Orang tua kamu mau kamu pake seragam berkerudung, tapi rupanya tante kamu salah mesen di tukang jahit," terang om Fadil.

Perkataan om Fadil seketika membuat Alysa teringat pada ayah-ibunya yang berpesan agar Alysa mengenakan seragam tertutup begitu masuk SMA.

"Oh, iya, aku lupa," ucap Alysa jujur.

"Tadi setelah lihat foto seragam yang kamu kirim, ayah-ibumu coba menghubungi kamu, tapi nggak kamu angkat, akhirnya nelpon ke sini," timpal tante Amanah.

Keterangan dari tante Amanah membuat Alysa langsung mengecek ponselnya, dan benar saja, ada beberapa panggilan tak terjawab. Selama di sekolah, Alysa menyenyapkan volume panggilan dan notifikasi ponselnya, sehingga ia tak mendengar panggilan dari ayah dan ibu.

"Oh, iya! Ayah nelpon tadi," lapor Alysa.

"Orang tua kamu langsung protes begitu tahu seragam kamu pendek," keluh tante.

"Kan aku udah ngomong ke Tante," bantah Alysa ragu-ragu.

Tante Amanah menghela napas mencoba bersabar. "Iya, tapi harusnya kamu ingetin lagi. Ini seragam udah terlanjur jadi, nggak kamu protes," balas tantenya, sedikit-banyak ia merasa sebal karena selaku wali, mereka telah lalai.

Protes dari orang tua Alysa, membuat om dan tante segera pergi ke luar guna membeli seragam untuk Alysa, tetapi baju bayi di pasar membuat tante tertarik untuk berlama-lama di sana. Itu sebabnya pasangan ini meninggalkan rumah agak lama.

Paman Alysa yang melihat potensi konflik, langsung menengahi. "Udah ya. Alysa, ini seragam kamu, langsung dicuci dan disetrika biar bisa kamu pakai," perintah om Fadil sambil mengangsurkan sebuah plastik kresek.

"Dicoba dulu lah! Biar tahu pas atau enggaknya," saran tante, sehingga Alysa membawa bungkusan itu ke dalam kamarnya.

Sepeninggal Alysa, om Fadil menegur istrinya, "Harusnya kamu pastiin seragamnya ke penjahit, aku inget, lho, waktu Alisa minta dijahitin seragam kerudung."

"Iya, tapi Mas 'kan tahu kalau aku ini keadaanya nggak begitu sehat akhir-akhir ini, mana aku ingat soal pesenan itu? Jelas aku mentingin bayi kita dulu," sanggah tante Amanah yang sensitif.

Om Fadil langsung membalas sambil berbisik, "Shh! Udah, kita kan udah sepakat mau ngerawat anak ini dan menjaga dia, seharusnya sebagai orang tua kita lebih memperhatikan kebutuhannya," ucap om Fadil mencoba menenangkan istrinya.

"Tapi kamu juga harus memperhatikan anakmu juga, Mas," ucap tante sambil meletakkan tangan suaminya di perutnya.

Dengan lembut, tangan besar itu mengusap perut istrinya dengan perasaan sayang. "Tuh, kan. Begitu kita mutusin buat rawat Alysa sebagai pancingan, langsung dikasih rezeki sama Allah," ucapnya sambil tersenyum.

Bersambung

Wah, Alysa dan Arman mulai deket nih. Apakah mereka akan jadi pasangan?
Simak lanjutan kisah berikutnya ya teman-teman 😁.

Jangan lupa vote ceritanya 🥰

Wattpad: @timoertal
Instagram: @timoertal
Tiktok: @timoertal
Threads: Timoertal
Youtube: Timoertal
Facebook: Timo
Fanpage: Timoertal

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang