CHAPTER 09 [Bolos]

Depuis le début
                                    

"Mana gue tahu," jawab Yoga disertai dengan gelengan kepala.

Saat pintunya terbuka, mereka berdua melihat dua orang siswa yang sedang terduduk di sofa usang yang sengaja di simpan disana oleh petugas kebersihan. Itu Chiko dan Jidan.

Mendengar suara pintu yang berdecit, Jidan mengalihkan pandangannya.

"Lho Bang Heksa, Bang Yoga ngapain kesini?" Mendengar kedua nama itu disebutkan Jidan, Chiko yang sedang fokus pada ponselnya langsung mendongak ke arah pintu.

"Harusnya gue yang nanya, lo berdua ngapain disini. Ini kan masih jam pelajaran. Kalian bolos ya?" tanya Heksa disertai tatapan menyelidik.

"Kelas kita jamkos Bang sampai jam istirahat, karena bosan makanya kita ke sini," jelas Chiko yang disetujui Jidan.

"Kayaknya yang bolos itu Abang berdua deh, soalnya tadi pas mau kesini, gue ngeliat kelas lo ada guru," lanjutnya.

"Iya, kalian berdua bolos kan?"

Heksa dan Yoga yang sudah terduduk di sofa usang lainnya terkekeh, tidak ada yang menjawab pertanyaan itu.

"Gue mau tidur, kalau udah bel istirahat bangunin gue."

Heksa merebahkan tubuhnya pada sofa, merasa silau tangannya ia gunakan untuk menghalangi wajahnya dari paparan sinar matahari yang menyorot.

"Hm."

Tak berselang lama. Heksa sudah tertidur dengan pulasnya.

"Yang lainnya mana Bang?" tanya Jidan pada Yoga.

"Di kelas, kita sengaja gak ngajak mereka. Soalnya mereka fokus banget."

Chiko dan Heksa mengangguk. Memang di antara semuanya. Jiko, Rasya dan Januar lah yang paling fokus dan ambis dalam pembelajaran. Tak ayal otak ketiganya begitu pintar jika masalah akademik.

Sebenarnya Heksa juga pintar, namun ia tidak terlalu ambis seperti ketiganya. Kata lainnya sih, ia malas.

Setelahnya hanya di isi keheningan. Yoga memutuskan untuk ikut bermain game seperti Chiko dan Jidan.

***

"Mereka pada kemana sih?" Rasya bertanya untuk kesekian kalinya dengan raut wajah kesal pada Jiko dan Januar yang hanya terdiam dengan kekesalan Rasya.

"Bolos gak ngajak-ngajak gue lagi," gerutunya.

"Ckk, sabar elah," balas Jiko yang merasa jengah dengan gerutuan Rasya.

"Gak bisa sabar gue," balas Rasya ngegas.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Sekarang mereka sedang mencari Heksa dan Yoga yang tadi pamitnya ingin ke toilet.

Namun saat mereka sudah di toilet, tidak ada Yoga maupun Heksa disana.

"Ke kelas Jidan sama Chiko dulu aja." Itu usulan Januar yang langsung dilaksanakan Rasya dan Jiko.

Sesampainya di depan kelas 11 IPS 4, mereka celingukan mencari Jidan dan Chiko.

"Eh lo." Orang yang Jiko panggil menoleh lalu menghampiri ketiga kakak kelasnya itu.

"Ada apa Kak?" tanyanya.

"Jidan sama Chiko kemana? Kok gak ada."

"Mereka tadi keluar Kak, sebelum bel. Kebetulan kelas kita tadi jamkos."

"Lo tahu mereka ke arah mana?" tanya Rasya.

"Ke arah kanan Kak."

"Kalau gitu makasih infonya."

"Iya Kak, saya permisi."

Adik kelas itupun pergi dari hadapan ketiganya.

"Kita ke rooftop aja. Tapi beli dulu makanan, gue curiga mereka berempat disana."

"Oke."

Mereka bertiga kini sudah berada di depan pintu rooftop. Rasya langsung berjalan masuk. Di ikuti Jiko dan Januar mengikuti dibelakangnya dengan sebuah kantong keresek hitam, di tangan kanan masing-masing.

"Bagus ya lo. Bolos gak ngajak-ngajak?!" ucap Rasya saat melihat Yoga, Chiko dan Jidan yang bermain game, sedangkan Heksa masih tertidur.

Setelahnya mereka menduduki lantai rooftop, yang diberi alas kardus.

Jidan, Chiko dan Yoga langsung menghentikan game, dan meletakkan ponselnya ke lantai.

"Lo kan jauh dari meja gue. Jadi susah koordinasinya," balas Yoga santai.

"Sok iya lo, koordinasi-koordinasi," cibir Jiko pelan.

"Biarin."

"Sejak kapan dia tidur?" tanya Januar matanya mengarah pada Heksa yang masih nyenyak tertidur tanpa terganggu dengan suara kebisingan didekatnya.

"Satu jam yang lalu deh Bang," jawab Chiko.

"Kalian gak nyadar apa kalau bel istirahat udah bunyi?" tanya Jiko.

"Lah, enggak Bang."

"Pantesan."

"Untung kita tadi sempet ke kantin."

Januar mengeluarkan 7 sterofom yang isinya berupa siomay dari kresek hitam yang dibawanya. Begitupula dengan Jiko yang mengeluarkan air mineral.

Rasya mengguncang tubuh Heksa agak kencang. Kekesalannya pada Yoga dan Heksa masih ada, sedikit.

"Bangun lo! Ini udah jam istirahat."

Heksa yang merasa terganggu langsung terbangun. Ia melihat ke sekelilingnya. Setelahnya terduduk.

Dirinya mengambil satu air mineral di depannya. Lalu berdiri.

"Gue cuci muka dulu."

_______________________________________________
TBC

See you in the next chapter


TERIMA KASIH.

Heksa Story ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant