Penyesalan

171 6 0
                                    

Neo, Luzel dan Sia sedang asik asik bermain air di halaman depan mansion. Awalnya sang sopir sedang membersihkan mobil majikannya Sia yang lewat dekat sana ingin membantu sang sopir untuk membilas. Ketika sedang asiknya membilas dengan selang air, Sia merasa ada yang memanggil di belakangnya segera membalikkan badan dan selang itu juga ikut terbawa dan terjadilah Sia menembakkan air itu ke Neo dan Luzel yang ada di belakangnya. Hingga akhirnya mereka bermain air.

Para orang tua yang melihat anak anaknya bermain hanya tertawa dan ada yang merekam moment tersebut.

"Sudah sudah, ayo masuk nanti masuk angin... ayoo" sahut Ny Watson dari teras mansion.

Mereka pun mengakhiri permainan air itu. Sebelum mereka masuk ke mansion para orang tua mengering anak anak mereka dengan menggunakan handuk. Tuan Wagner sedang mengeringkan Sia, Ny Watson mengeringkan Luzel, sedangkan Ny Wagner membantu mengeringkan Neo.

"Tuan, Nyonya ada tamu di luar" panggil salah satu maid.

"Tamu? Siapa?" Tanya Tuan Watson.

"Itu mereka dari keluarga Devinter" jawab maid itu.

"Suruh masuk saja Bi" jawab Ny Watson.

Mendengar nama Devinter Neo, Luzel, dan Sia saling berpandangan dengan ekspresi heran.

"Permisi" ucap Devinter dewasa ketika sudah di dekat mereka.

"Ehh iya, ayo duduk. Ada apa Tuan Devinter datang ke sini?" Tanya Ny Watson.

"Hmm itu saya ingin meminta maaf pada anak anak kalian karna sudah membentak mereka" jawab Tuan Devinter dengan nada bersalah.

"Apa karna ini Sia menangis waktu itu?" Tanya Ny Wagner sambil menatap Luzel dan Neo bergantian. Yang merasa di tatap hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Paman bibi mohon maafkan ayah saya atas perilakunya terhadap anak anak anda" Raven membantu ayahnya untuk meminta maaf.

Ketika awal keluarga Devinter tiba Sia langsung berlari di belakang kaki sang Papa. Tapi setelah mendengar perkataan itu Sia memberanikan diri untuk mendekat.

"Sia maafkan paman. Tapi paman tidak boleh berkata kasar seperti itu lagi di depan anak kecil seperti kami dan terkhusus kepada Raven, dia anak paman sendiri jadi jangan memarahinya" ucap Sia.

Tuan Devinter yang mendengar itu merasa bersalah dan kagum. Anak ini sangat dewasa sekali dari umurnya, itu yang dipikirkannya. Sedangkan Raven hanya tersenyum melihat Sia.

"Iya paman janji tidak akan melakukannya lagi. Apa nak Sia masih mau berteman dengan putra paman"

"Kami tidak pernah memutus hubungan ini dengan putra anda. Jadi kami tidak perlu melakukan itu" jawab Luzel.

Raven merasa bersyukur karena bisa berteman dengan teman yang mengerti hidupnya dan tulus berteman dengannya.

Setelah acara maaf maafkan para anak anak segera masuk ke kamar untuk mengganti baju dan bermain sedangkan para orang tua sedang berbincang di ruang tamu.

Sia, Neo, dan Luzel sudah siap berganti baju dan segera menyusul Raven di kamar Luzel.

Ceklek

Grep

Ketika pintu di buka Sia langsung berlari menuju Raven dan memeluknya.

"Sia kangen Raven" peluk Sia.

Raven pun membalas pelukan Sia "Hahaha aku juga kangen kalian, kangen Sia juga".

"Sudah sudah. Sekarang kita mau ngapain?" Tanya  Neo.

"Terserah Sia"  Ucap Luzel.

"Hmm bagaimana kalau kita nonton film aja" usul Sial. Yang lain pun setuju dan mereka segera berjalan ke ruangan bioskop mini milik keluarga di mansion itu.

(End) Athanasia WagnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang