49. Sebuah Janji

15.2K 2.9K 2.9K
                                    

Aku selalu berdiri sendiri bersama rasa sakitLalu saat aku memintamu untuk tak pergi,Kau berkata bahwa kita tidak seharusnya bertemuApakah kau pernah merasakan kehilangan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku selalu berdiri sendiri bersama rasa sakit
Lalu saat aku memintamu untuk tak pergi,
Kau berkata bahwa kita tidak seharusnya bertemu
Apakah kau pernah merasakan kehilangan?

Selamat Membaca

"Ibu sangat merindukanmu."

"Keluarlah dari istana dan hiduplah dengan damai bersama ibu, nak."

"Jae... ibu sangat mencintai ayahmu..."

"Wang Jae!!"

"Hwangja-nim hentikan!! Hentikan!! Jangan bunuh dia!!"

"Karena saya hidup untuk anda, Hwangja-nim."

...

Rembulan terlihat sangat penuh malam itu. Seorang wanita muda dengan chima dan jeogori putih terlihat memandangi langit maha luas yang terbentang di atasnya, meski tak terlalu banyak bintang, kehadiran rembulan yang membesar itu seolah berkata bahwa tak ada yang perlu ia takutkan, bahwa keduanya akan dijaga oleh Sang rembulan hingga fajar menyingsing.

Perempuan itu mengambil sebuah apel dari keranjang yang sudah ia tunggu tiga hari karena sebelumnya masih sedikit mentah, memerhatikan seorang pria yang sibuk membereskan tempat untuk mereka beristirahat, Son Je Ha tersenyum tanpa sadar.

Bahkan setelah Hwang Je No berbalik dan mendapatinya melamun di dekat api unggun, perempuan itu masih tidak menyadarinya.

"Je Ha-ya? Kau lapar?"

Wanita muda itu mengerjap, "oh... iya, sedikit."

"Kemari," mengayuhkan tangannya, Hwang Je No meminta Son Je Ha untuk datang dan menghampiri. Malam telah semakin larut, dia ingin kekasihnya segera beristirahat setelah seharian membantunya membangun pondok kecil.

"Bolehkah kau kupaskan ini untukku?" Perempuan itu bertanya, sembari menyerahkan apel pada Sang Panglima.

Direspon dengan sebuah anggukan dan sebuah senyum manis, "tentu saja."

Bangunan kecil tempat mereka beristirahat yang sudah digarap oleh Hwang Je No setiap hari selama hampir dua bulan itu sebenarnya masih tidak layak. Sebagian dindingnya belum berdiri dengan kokoh hingga Hwang Je No tak bisa segera memasangkan atap, karena itu ia membuat atap kecil-kecilan di depannya yang setidaknya bisa melindungi mereka dari hujan dan terik matahari.

Hanya untuk sementara, Hwang Je No berjanji ia akan segera menyelesaikan rumah kecil mereka secepatnya.

"Apakah perutmu sakit?"

Duduk di samping Hwang Je No sembari beralaskan kain yang cukup hangat, wanita muda itu menggeleng. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan," Son Je Ha menjawab dengan lembut.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now