39. Kubangan Berdarah

22K 3.8K 8.1K
                                    

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Selamat Membaca


Pria itu berjalan sendirian di tengah-tengah rimbunnya pepohonan, saking rapatnya pohon-pohon itu hingga cahaya dari rembulan bahkan tak bisa menembus masuk sama sekali. Wajahnya terlihat sangat lesu, dia bahkan berjalan tanpa bantuan lampion, kakinya hanya terus berjalan mengikuti insting. Sesekali berjalan di atas aliran sungai kecil membuat ujung jubahnya basah.

Pandangan Jae Hyun nampak kosong, sebagian rambut panjangnya sesekali jatuh menutupi pandangan karena ia tak mengenakan ikat kepala seperti biasanya. Lalu helaan napas menguar dari mulutnya, ia ikat rambutnya dengan gerakan lemah, sedikit asal-asalan.

Wang Jin sudah mati.

Demi Tuhan, Seon Jae Hyun tidak ingin menginjakkan kakinya di istana.

Kematian Wang Jin membuat Wang Yeol begitu syok hingga pria itu sempat kesulitan bernapas setelah menuntut jawaban darinya, Jae Hyun tidak ingin Yeol tahu, tapi bagaimana Sang sulung benar-benar harus tahu semua yang telah terjadi di istana.

Wang Yeol sangat hancur, dia terus menangis tanpa henti dan terus memohon kepada Jae Hyun untuk melakukan sesuatu karena sadar dirinya yang lumpuh sungguh tak berdaya.

Tapi bahkan... Seon Jae Hyun sendiri tak bisa melakukan apapun, jangankan ia, ayahnya juga tak sanggup.

Ini baru permulaan, bukan? Sebentar lagi, akan ada begitu banyak orang yang mati. Sebentar lagi, korban akan terus berjatuhan tanpa henti.

Setelah Ye Hwa, Goryeo kini kehilangan salah satu Pangeran terhebat mereka. Wang Jin.

"Eiy Jae Hyun! Jangan diam saja dan melihat! Han terus memukuliku sejak tadi! Hentikan dia!"

"Jae Hyun sini! ayo main bola!"

"Hahaha boleh kan aku memanggil Jae Hyun? Tuan Seon terdengar terlalu kaku, kita kan sudah sangat akrab sejak aku baru lahir!"

"Aduh Jae Hyun! Bisakah sehari saja tidak perlu belajar?! Otakku ingin meledak!"

Tuan cendekiawan menundukkan kepalanya, dia berhenti di dekat sebuah genangan air yang terlihat bening, memantulkan bayangan dirinya yang nampak pucat.

Mendadak, kilas balik antara ia dan Wang Jin terus memutar tanpa henti di kepalanya.

"Jae Hyun, Panglima Hwang kenapa sangat kuat sekali? Aku ingin mengalahkannya tahu!"

"Hahaha kenapa anda ingin mengalahkan Panglima Hwang?"

"Jika Hwang Je No saja tidak bisa ku atasi, bagaimana aku bisa melindungi adik-adikku? Bukan hanya Yeol hyung yang wajib untuk melindungi kami tahu! Aku ini kakak kedua, aku merasa sangat malu, duh!"

Wang Jin tidak pernah berbohong jika dia sangat menyayangi adik-adiknya. Dia sama seperti Wang Yeol, hanya saja memang kelakuannya sedikit menyimpang hingga membuat semua orang geleng-geleng kepala.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang