22. Pilar Yang Patah

29.8K 5.9K 8.2K
                                    

"Sebuah kisah kasih tak bisa selalu berakhir indah, dan itu adalah hukum alam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebuah kisah kasih tak bisa selalu berakhir indah, dan itu adalah hukum alam."


Selamat Membaca~


Malam Sebelumnya...

"Apa kau sudah bertemu dengan Menteri Hwan?"

Wang Yeol hanya berdiri di depan Raja yang duduk di atas singgasananya. Entahlah, hari ini raut wajah Sang ayah terlihat sedikit berbeda. Yeol mencoba untuk tenang meski perasaannya tidak nyaman.

Dia berdeham pelan, "kami bertemu beberapa kali."

"Kau tahu maksudku, Wang Yeol," sambar Gwangjong cepat. "Ibumu memintamu untuk segera menikahi putri Keluarga Hwan, bukan?"

Wang Yeol mengangkat wajahnya, obsidian kelamnya bertemu dengan sepasang manik yang sama persis. Dia lihat... kerutan di kening Sang Raja tampak bergerak samar.

"Ya, Pyeha." Kemudian ia turunkan lagi pandangannya.

"Lalu?"

"Wang Yeol pikir ini sedikit terlalu cepat, jadi Wang Yeol berpikir untuk membicarakannya dengan Menteri Hwan dalam beberapa bulan ke depan."

"Apakah ini karena wanita gisaeng itu?"

Sungguh.

Wang Yeol berharap dirinya hanya sedang bermimpi. Dia harap kalimat barusan hanyalah bisikan dari delusinya.

Tangan pria itu gemetar dengan samar, ada sebuah panah tak terlihat yang menohok jantungnya kala kalimat Sang Raja terlontar. Kalimat dengan nada yang dingin dan mencekam, mengintimidasi, menekan Wang Yeol sampai ke paru-parunya.

"Pyeha—"

"Tinggalkan wanita itu, Putra Mahkota. Dia bukan duniamu, wanita gisaeng itu hanya akan menghancurkanmu pada akhirnya."

Wang Yeol tidak tahu darimana ayahnya bisa mengetahui tentang—

"Oh Seong So, aku akan menyingkirkan wanita itu dari Songak."

Pria yang lebih muda mendongakkan kepalanya dengan cepat, dia terkejut setengah mati. Getaran di tangannya mulai kentara, dan dia menatap ayahnya dengan penuh ketakutan.


Brukk!!


Sang Pewaris tahta menjatuhkan lututnya— tidak, dia bersujud. Dia bersujud dan menjatuhkan keningnya di atas lantai batu.

"Yang Mulia, ku mohon... dia tidak melakukan kesalahan apapun, tolong jangan sentuh dia, tolong... jangan sakiti dia."

Melihat anak sulungnya yang bahkan mau bersujud seperti itu, Wang So mendengus tidak percaya. "Lihat, kau bahkan menjatuhkan harga dirimu hanya untuk wanita rendahan sepertinya."

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang