Chapter 18 [Sirine ambulance]

35 16 60
                                    

DISCLIMER!

Harap para "pembaca" menyiapkan "jantung" sekuat-kuatnya.

Karena "mood" kalian akan author buat ter "ombang-ambing" di part kali ini.

Udah siap? Beneran udah?

-

Welcome to the party.

-

Pemandangan makam yang terbentang luas, serta beberapa pohon beringin yang menghiasi tanah tandus nan gersang, lengkap dengan burung gagak yang ber-keliaran di atas terik nya sinar mentari, menjadi tangkapan pada indra mata Nara dan Arland kala memasuki gerbang TPU.

"Tempat ini masih sama," ujar Arland dalam benak-nya seraya terus berjalan, melangkah masuk tuk menuju suatu tempat.

Kini, sampai-lah mereka di depan sebuah batu nisan berwarna hitam ke-abu abuan yang telah banyak ditumbuhi rumput liar.

Nara meletakkan satu bucket mawar merah segar pada kepala nisan milik mama-nya itu sembari meneteskan air mata.

MERA. Nama itu mulai terlihat pudar karena telah dimakan usia.

"Terlalu lama ya ma? Nara dateng?" ucap Nara parau.

Arland yang setia berada di samping Nara pun mulai mendekap gadis itu erat.

Sebelum-nya, ia telah meletakkan dahulu satu bucket bunga kalili putih segar di samping nisan Mera. Karena setelah ini, nisan dengan nama Amanda Lorend akan menjadi tujuan mereka selanjut-nya.

"Look at me mom, i did it. Aku berhasil ngewujud-in keinginan mama. Aku sudah jadi CEO di perusahaan besar. Sekarang mama dapat ber-istirahat dengan tenang tanpa perlu lagi khawatir akan hidup Nara," jelas Nara yang mulai terisak.

"Gimana kabar mama? luka di dada mama masih basah?" atau sudah kering ma ?" tanya Nara seraya meraba badan batu nisan milik mama-nya.

"Nar," tegur Arland lembut, memperingati.

"Aku hanya ingin memastikan land, aku hanya ingin memastikan apa luka yang di dapat mama sudah sembuh total sekarang. Apa aku salah?" tanya Nara memandang Arland dengan kernyitan jelas pada dahi-nya.

"Iya nar, i know. But you have to trust. Mama kamu pasti sudah bahagia dan tenang di atas sana," ujar Arland berusaha menenangkan.

"Dari mana kamu tau? Kamu Tuhan?" tanya Nara datar.

JLEB!

"Ya, aku memang bukan Tuhan nar, tapi kita diajarkan buat selalu percaya. Percaya kalau segala sesuatu-nya pasti bakal balik lagi ke Tuhan. Dan aku yakin banget, Tuhan pasti udah jaga mama kamu dengan baik di atas sana. Aku pernah denger, kalau orang-orang baik pasti selalu di ambil deluan sama Tuhan. Karena apa? karena Tuhan ga tega buat orang itu tinggal terlalu lama di dunia yang kejam dan gelap ini," tutur Arland menjelaskan.

Ya, Arland benar. Semua perkataan yang keluar dari bibir-nya tidak ada yang salah, batin Nara.

"Udah. Sekarang, lebih baik kita kirim doa buat mama kamu," ajak arland sembari mengarahkan Nara untuk mengangkat tangan-nya.

MANY MINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang