Chapter 2 [Pertemuan]

215 90 125
                                    

Happy reading

******

Kamar Nara, pukul 06.30 a.m,

Pagi ini Nara sudah rapi memakai kemeja kotak-kotak, celana kain lurus, dan rambut terikat satu menjuntai di kepala. Ia bercermin lalu mengalungkan name tag bertuliskan NARA ATMAJA di lehernya. Ia menatap pantulan dirinya seraya berkata,

"Ayo Nara, kamu pasti bisa ngelewatin hari ini dengan baik. SEMANGAT!"

Ia pun mengecek penampilannya sekali lagi di depan cermin. Memastikan bahwa tak ada sedikit pun yang tertinggal pada dirinya. Setelah puas dengan penampilannya, Nara menyambar tas yang bertengger di gagang pintu, lalu meninggalkan kamarnya untuk turun kebawah. Ya, hari ini adalah hari pertama Nara akan menjalani OSPEK di kampusnya.

Nara menuruni anak tangga rumah satu per-satu dengan senyum mengembang di wajah. Tapi mendadak langkah kakinya terhenti ditengah ketika mencium aroma masakan yang merasuk ke dalam hidungnya.

"Hmm, pasti nasi goreng lagi." Gumam nya seraya mempercepat langkah kaki menuruni anak tangga dan berlari ke arah dapur.

Di dapur, terlihat seorang wanita tua beruban berusia 60 THN sedang asik mengocok telur yang nantinya akan dimasak dan dihidangkan bersama nasi goreng yang ia buat.

"Nenek paling tau deh kesukaan Nara. Pas banget ni, perut Nara udah bunyi dari tadi,"

Nara yang datang tiba-tiba sambil berkata itupun membuat aktivitas wanita dihadapannya terhenti dan reflek memegangi dada.

"Ihh, kamu ini suka banget turun ga ada suaranya. Kalau nenek jantungan terus mati gimana?" ucap sang nenek dramatis.

"Hush, nenek jangan ngomong gitu ah. Omongan tu doa loh nek. Kan cuman nenek satu-satunya yang Nara punya di dunia ini. Kalo nenek ga ada, Nara gatau lagi harus ngejalanin hidup kaya apa," ucap Nara lalu berjalan, memeluk sang nenek dari belakang.

"Nara.., kan sudah nenek bilang berulang kali nak. Kamu itu masih punya pa-"

"STOP NEK! Nara gamau dengar kelanjutannya," ucap Nara memotong perkataan sang nenek.

"Yaudah, sekarang kamu duduk. Sebentar nenek ambil nasi gorengnya buat kamu sarapan."

Sang nenek pun melepas pelukan Nara dan berlalu untuk mempersiapkan sarapan. Ia tau, bahwa Nara tidak suka ketika membahas sesuatu yang menyangkut tentang masa kecil dan orang tuanya. Maka dari itu sang nenek tak melanjutkan percakapan, dan memilih diam seraya menikmati nasi goreng yang ia buat bersama Nara.

"Nek, Nara berangkat dulu ya. Nara gamau sampe telat," ucap Nara ketika telah menyelesaikan aktivitas sarapan nya.

"Iya nak. Hati-hati di jalan ya, cepatlah pulang."

Nara pun mencium punggung tangan neneknya, dan berlalu menyambar kunci motor di ruang tengah, untuk berangkat menuju kampus.

******

Di kampus. Pukul 07.15 a.m,

"AYO CEPAT-CEPAT!!"

"LARI DEE LARI. JANGAN JALAN AYO!"

"ELAH, LEMAH BANGET SIH JADI COWO. AYO DONG SEMANGAT! BELUM SARAPAN YA LO?!"

Teriakan dari para senior menyambut para calon mahasiswa & mahasiswi yang akan memasuki gerbang bertuliskan JAVA UNIVERSITY.

Nara mengatur nafasnya, dan berlari melewati gerbang untuk mencari kelompok-31 yang akan menjadi kelompok ospeknya selama 3 hari kedepan.

Mata Nara membelalak lebar ketika melihat lautan manusia yang berlarian kesana kemari dihadapannya saat ini. Ia bingung harus memulai dari mana. Karna lapangan yang membentang luas, serta nomor kelompok yang tertutup oleh orang yang berlalu lalang, membuat Nara kesulitan untuk melihat. Sesaat ia berfikir. Dan tiba-tiba saja, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Oke, aku harus naik ke tempat yang tinggi supaya aku bisa ngeliat nomor kelompoknya." Ujar Nara dalam hati.

Ia pun melihat ada satu podium tinggi yang menjulang tepat di pertengahan lapangan itu. Tanpa pikir panjang, Nara menerobos lautan manusia dengan berlari menuju podium. Dalam hati ia bersyukur karna tubuh mungilnya membuat ia mudah untuk sampai kesana. Setelah tepat berdiri di tengah podium, Nara langsung menjelajahkan matanya mencari keberadaan papan bertuliskan angka-31.

Dan Dewi Fortuna seakan memihak padanya hari itu. Tepat tak jauh dari ia berdiri sekarang, terdapat papan bertuliskan angka-31.

Nara terpekik senang dalam hati. Ia langsung melangkahkan kaki, hendak turun meninggalkan podium. Tetapi ketika kakinya baru saja menginjak satu anak tangga, tak sengaja ia menyandung sebuah batu yang membuat tubuhnya terhuyung ke depan. Nara memejamkan matanya, siap untuk merasakan sakit di wajah karna akan berciuman dengan lantai lapangan yang keras.

Tetapi ada yang aneh. 10 detik telah berlalu, mengapa ia tak merasakan sakit apapun?

"Heh, cewe ceroboh. Buka mata lo! lo mau posisi kita kaya gini terus?"

Dan ketika Nara membuka mata, ia langsung dihadapkan dengan dua buah netra hijau keemasan yang membuatnya meneguk ludah kasar.

Tepat dihadapannya saat ini, berdiri seorang lelaki dengan rambut hitam legam berantakan, alis tebal, hidung mancung, rahang kokoh nan tajam, leher yang jenjang, serta mata berwarna hijau keemasan yang memancarkan aura dingin menahan pinggangnya, sukses membuat Nara terpaku. Tapi tak berselang lama, kesadarannya kembali saat lelaki itu mengangkat tubuh Nara, dan membuatnya berdiri tegak.

"So. Sorry, aku ga sengaja. Tadi aku ga liat kalo ada batu disitu. Maaf ya,"

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, lelaki itu berlalu pergi meninggalkan Nara yang termenung dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya.

Mata itu. Mata dengan netra hijau yang dingin itu. Mengapa terasa sangat kesepian?

Lalu seperti tertarik kembali ke dunia nyata, Nara tersadar ketika salah satu senior menegur dirinya. Nara menggelengkan kepalanya. Mencoba melupakan kejadian barusan, lalu segera berjalan ke arah barisan kelompoknya Karna ospek akan segera dimulai.

******
.
.

Kira kira siapa kah lelaki dengan netra hijau keemasan itu?
.

Stay tune di update-tan Minggu depan yaa ✨
.

Jangan lupa vote ⭐ dan comment 🗣️
.

See ya

MANY MINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang