32. Galileo dan Gabriella

5.5K 671 185
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN, VOTE DAN SHARE KE MEDIA SOSIAL KALIAN

INSTAGRAM • amly.amly6

Pagi ini Karina bangun lebih siang dari biasa nya, entah lah semalaman pipi nya terasa nyeri dan sulit untuk membuka mulut, mungkin efek terkena pukulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Karina bangun lebih siang dari biasa nya, entah lah semalaman pipi nya terasa nyeri dan sulit untuk membuka mulut, mungkin efek terkena pukulan. Sekarang jam menunjukkan pukul 6 pagi, ia sedang halangan jadi tadi tidak sholat subuh. Gadis itu turun dari ranjang, melangkah menuju kamar mandi. Bola mata nya melebar saat di depan pintu kamar mandi, ia lupa jika Bunda serta kedua saudara angkat nya sudah sampai. Tanpa membuang-buang waktu, Karina beranjak masuk kamar mandi, segera mandi.

Sekitar 15 menit, gadis itu telah keluar dari kamar mandi. Tatapan nya terkunci pada sebuah dress berada di atas ranjang. Meraih dress tersebut, menatap dengan kening mengerut.

"Ini siapa yang taro?" Mengedikan bahu nya, mungkin saja maid yang meletakkan nya di atas ranjang. Tanpa membuang waktu, kaki nya melangkah ke walk in closet. Setelah selesai ia keluar, dress berwarna hitam melekat di tubuh nya.

Menjatuhkan bokong nya di kursi rias, menatap pantulan diri nya di depan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjatuhkan bokong nya di kursi rias, menatap pantulan diri nya di depan cermin. Memar di wajah nya mulai memudar hanya tersisa nyeri. Tangan nya meraih beberapa make up, ia memoles wajah nya dengan make up natural sehari-hari. Di rasa sudah cukup, ia beranjak dari meja rias. Meraih ponsel nya, lalu melangkah keluar kamar. Menghembuskan napas berulang kali guna menghilangkan rasa gugup.

Masuk ke dalam lift, menekan angka 1. Selama di dalam lift, Karina hanya bisa meremas kedua tangan nya. Ia gugup sekaligus takut, ia takut jika kedua saudara angkatnya tidak menerima kehadirannya. Belum lagi besok, ia akan melihat keluarga besar keluarga Bunda nya. Asik bergulat dengan pikirannya, Karina tak sadar jika lift berhenti. Menghela napas sekali lagi, kedua kaki jenjang nya melangkah keluar lift.

"Pagi Na."

Karina menoleh, menatap Kendra. "Pagi Ken."

Kendra tersenyum tipis, menatap Karina dari kepala sampai kaki. "Itu dress yang dari gue?"

Karina melihat dress nya lalu menatap Kendra dengan kening mengerut. "Emang ini dari kamu?"

Kendra mengangguk. "Iya, gue sengaja ngasih lo dress ini, kan mau ketemu Bunda sama saudara angkat lo."

𝐀𝐋𝐄𝐆𝐑𝐀 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang