Darah Dalam Tubuh

Start bij het begin
                                    

"Oh," sahut Kakashi merasa ada hentakan dalam perut lagi.

"Bahkan ia tidak memberitahuku apa yang sesungguhnya terjadi. Kukira Sakura baik-baik saja bersama tim Tenzou."

Ucapan Shikamaru membuat Kakashi dan Ino saling berpandangan. Penerus klan Nara itu memutar bola mata bosan, lalu berkata, "Aku tidak akan ikut campur. Mendokusei."

Shikamaru bergerak lebih dulu, lalu Ino menatap Kakashi yang tampak berpikir serius.

"Apa ia baik-baik saja?"

Kakashi terperangah, "Eh?"

"Sakura, apakah benar apa yang aku duga sebelumnya?"

Kakashi menelan ludah, mendekatkan kepala pada Ino dan berbisik, "Tolong bujuk Sakura kembali ke desa secepatnya, Ino!"

Tanpa bicara lagi, pewaris satu-satunya klan Hatake itu lenyap lebih cepat sebelum Ino sempat mengatakan jawaban.

***

"Siapa yang menyuruhmu keluar dari desa tanpa pamit, Kakashi!" hardik Tsunade begitu Kakashi tiba di kantor bernuansa coklat itu.

Alih-alih menjawab, Kakashi mengambil napas panjang dan menatap Tsunade tanpa berkedip. Kedua tangannya tampak bergetar menahan amarah yang meletup dalam dada, tapi ia benar-benar berusaha mengendalikan diri. Hatake selalu punya kontrol meski ia mengakui bahwa ia kehilangan kendali sejak misi batu giok sialan itu.

"Aku ingin mengatakan hal yang sama pada Anda, Godaime-sama. Ini soal Sakura dan ...," ujar Kakashi tertahan di lidah sebentar, kemudian melanjutkan dengan suara agak serak, "pil biru." Ingin sekali menambahkan kata sialan di belakang dua kata terakhir, tetapi Kakashi masih bisa menahan diri. Bagaimanapun ia tengah menghadap pemimpin desa yang punya kekuasaan di tangannya.

Tsunade tidak terlihat terkejut sebab ia tahu kalau segala rencana akan terbongkar cepat atau lambat. Wanita yang memiliki bola mata coklat madu itu memandang Kakashi sejenak, kemudian menghembuskan napas panjang.

"Bukan cara hina seperti ini yang aku inginkan, Kakashi. Tapi, kau tahu bagaimana hak veto yang dimiliki Dewan Daimyo, 'kan?"

Kedua tangan Kakashi mulai menggenggam erat sampai buku-buku jari itu semakin memutih. Ada amarah yang harus terlepas, tapi apa yang dikatakan Tsunade sudah lebih dari petir yang menyambar disiang bolong.

"Apakah Anda ingin tahu alasan aku mengajukan vasektomi?"

Tsunade tampak terkejut dengan pertanyaan Kakashi, maka ia bertukar pandang dengan Shizune yang tampak sama bingung. Dihembuskannya napas panjang, lalu Tsunade manatap bola mata hitam Kakashi yang terlihat. Ya, ia memang tidak tahu alasan Kakashi mengajukan vasektomi, kecuali laki-laki itu tidak berminat untuk memiliki anak. Satu-satunya alasan yang bisa diterima akal sehat.

"Kami berpikir bahwa klan Hatake adalah klan terbaik di Konoha. Keputusanmu untuk tidak memiliki anak selamanya adalah keputusan yang tidak bisa diterima. Bagaimana klanmu bisa berkembang bila kau sebagai satu-satunya penerus tidak menikah, Kakashi?"

Kakashi tidak menyahut agak lama, lalu ia maju dua langkah ke depan. Menatap Tsunade yang tampak bingung sekaligus cemas, lalu ia berkata, "Tolong Anda membantu Sakura mendapatkan masa depannya, Godaime-sama. Jangan mengorbankan kunoichi berbakat sepertinya untuk ...," kata Kakashi kembali terpotong saat menatap Tsunade lekat, "laki-laki sepertiku."

"Apa maksudmu?" tanya Tsunade berang.

Kakashi mengambil napas panjang dan menghembuskannya dengan berat. "Anda bisa membujuknya untuk menggugurkan janin itu."

"Apa?" Shizune yang berteriak dan mendapatkan tatapan galak dari Tsunade.

Wanita berambut hitam pendek itu tampak tidak takut, lalu berkata pelan, "Tapi, rencana ini bisa gagal, Tsunade-sama. Anda bisa mendapat kecaman keras dari para tetua. Butuh waktu lama untuk mendiskusikan dan merencanakan semua ini."

BlueWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu