25 - Plot Twist

38 4 0
                                        

Sylva Nandita, gadis itu menaruh ponselnya di atas meja rias. Menatap wajahnya lewat pantulan cermin. Tak ada senyuman. Namun, beberapa detik dia terdiam, Sylva tertawa. Tertawa begitu puas. Seakan, semua kebahagiaan datang padanya saat itu juga.

Dia mengambil ponselnya. Membuka roomchat dirinya dengan seseorang. Tangannya tanpa ragu menekan tombol telpon yang membuatnya terhubung dengan orang di seberang sana.

"Hallo, bitch!" sapanya. "How are you, eh, lupa gue. Kita satu sekolah. Bahkan sering ketemu, ya. Haha." Sylva tertawa, tetapi, tidak ada respon sama sekali dari orang yang dia telpon.

"Maksud lo apa? To the point bisa, kan?" desak orang itu dengan nada jengkel.

Sylva tersenyum miring. "Fine. Gue cuma mau bilang... Selamat menerima kebencian dari orang yang udah lo rebut hak hidupnya."

Tidak ada jawaban. Orang itu terbungkam. Sampai beberapa menit kemudian, jawaban yang Sylva tunggu akhirnya keluar dari mulut seseorang itu.

"Lo tau rahasia gue, Sylva. Jangan coba-coba buat bongkar semuanya."

Detik itu juga, tawa Sylva pecah. "Gue gak takut sama ancaman lo."

"Bacot. Gue bener-bener serius. Jangan sampai rahasia gue bocor dan ketahuan sama Kai!"

Panggilan terputus sepihak. Alis gadis itu terangkat sebelah bersamaan dengan senyuman miringnya. "Well, bentar lagi drama dimulai."

***

Bertemu setelah lamanya berpisah adalah hal yang paling mengharukan. Saat itu tangisan kebahagiaan selalu mengiringi pertemuan kembali setelah adanya perpisahan. Begitu beruntung jika setelah berpisah akan bertemu kembali.

Kai tersenyum menatap Nenek yang sedang makan di hadapannya. Gadis itu masih setia meneteskan air matanya tanpa ingin diketahui oleh orang lain.

"Kaiza?"

"Kai?"

"Hei!"

Kai terkesiap. "I-iya, Nek?"

Nenek menggelengkan kepalanya. "Kamu kenapa? Kok melamun terus..."

Kai meneguk air putih. "Aku gapapa, Nek. Cuma lagi bahagia aja. Aku masih bisa ketemu sama Nenek."

Nenek tersenyum menatap Kai. "Kai beneran gapapa, kan? Nenek tau. Tau banget kalau Kai kemarin kecelakaan, kan?"

Kai mengerjapkan matanya. Bagaimana bisa Nenek tahu tentang kecelakaan yang dia alami?

"Kai..."

"Iya, Nek. Tapi, seperti yang Nenek lihat sekarang. Aku udah baik-baik aja. Sehat seperti biasanya."

Nenek menghela napas. "Tetap aja, Kai. Nenek khawatir. Takut kehilangan orang yang Nenek sayang."

Kai saat itu juga menangis. Bagaimana perasaan Nenek saat tahu bahwa dirinya bukan Kaiza? Menyakitkan. Kai tidak mau berada di situasi seperti ini. Kai benci di saat harus melihat ketulusan dan kasih sayang orang-orang yang dia rebut kebahagiaannya.

Kai ingin mengembalikan kehidupan Kaiza. Kai tidak mau mengambil hak Kaiza. Tetapi, jika memang tugas Kai adalah membantu Kaiza dalam menghadapi masalahnya, maka, Kai bersedia menyelesaikan masalah Kaiza.

I'M KAI! [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt