PROLOG

354 46 8
                                        

Seorang gadis dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya itu perlahan menaiki satu per satu tangga. Langkahnya sangat pelan, dengan senyuman jahat yang menghiasi wajahnya itu.

Sementara, di depan sana tepatnya di atas rooftop, seorang siswi perempuan berusaha untuk bersembunyi di balik barang-barang yang menumpuk di sana.

Brak!

"Hei, jangan bersembunyi gitu dong!"

Siswi yang bersembunyi itu sontak menutup mulutnya ketakutan. Meski belum ketahuan, dia yakin bahwa sebentar lagi... hidupnya akan tamat.

Dan benar saja. Tumpukan barang-barang itu berserakan akibat dorongan dari gadis dengan hoodie hitam itu.

Dia semakin ketakutan. Perlahan siswi itu menjauh dari jangkauan sang gadis yang kesetanan itu.

Dengan tatapan tajamnya, gadis itu berjalan mendekati siswi yang perlahan mundur hingga menabrak sisi rooftop. Keringat dingin bercucuran. Rasa takut menguasai tubuh siswi itu. "J-jangan, kak ..." lirihnya namun dianggap angin lalu oleh gadis itu.

"Takut, hm?" Kini jarak keduanya sangat dekat.

Gadis itu melayangkan satu tangannya hendak menampar wajah siswi itu yang ketakutan di hadapannya. Namun, pergerakannya kalah cepat. "Sialan!"

Siswi itu berlari menghindari gadis itu dengan jantung yang berdebar tak karuan. "Kak, jangan aku mohon!" Dia memberontak saat gadis itu mencekal tangan dan langsung menarik tubuhnya menuju pembatas rooftop.

"Lo harus mati!" tukas gadis itu dengan kilatan amarah di kedua matanya.

"Kakak..."

"AAAAA!"

BRUK!

***

"Gimana? Lo udah berhasil buat dia mati?" tanya seorang gadis yang memakai masker itu kepada orang yang dihubunginya.

"Tenang. Semuanya beres. Lo gak perlu khawatir." jawab seorang lelaki dari seberang sana.

Gadis itu tersenyum puas dari balik masker yang dia pakai. "Bagus. Bayaran lo udah gue kirim." Dia memutuskan sepihak telepon itu, memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket, lalu melihat sekeliling memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya.

Dia tersenyum di balik maskernya dan yang terlihat hanya matanya yang menyipit. Perasaannya saat ini tentu sangat senang. Bayangkan saja, kalian berhasil menyingkirkan pengganggu dalam kehidupan untuk selamanya. Dengan demikian kedepannya tidak akan ada yang mengganggu lagi.

Terdengar kejam. Tapi, memang itu kenyataannya. Siapapun pasti ingin menyingkirkan seorang pengganggu di kehidupannya walaupun harus berubah menjadi iblis jahat. Ada. Namun, sebagian ada yang bersikap masa bodo dan tidak mempedulikannya. Toh, dia akan lelah sendiri.

"Sayang, kamu kok di sini? Pakai masker dan jaket lagi. Kayak lagi menyembunyikan sesuatu. Benar?"

Gadis itu tersentak kaget. Suara itu... Bagaimana bisa?!

Dia berbalik, menatap lelaki di hadapannya. Gadis itu membuka maskernya. "Eh, Hai!" Dia langsung memeluk tubuh laki-laki itu.

Laki-laki itu membalas pelukannya. "Jawab pertanyaan aku tadi."

Gadis itu mengangguk, melepas pelukan. "Aku di sini lagi mau beli obat buat sepupu. Makanya pakai masker kayak gini." jelasnya.

Laki-laki itu hanya mengangguk. "Yaudah, aku antar kamu, ya."

Gadis itu hanya tersenyum. Bersyukur dalam hatinya bahwa kali ini dia masih bisa selamat. Untuk ke depannya dia pastikan juga akan tetap aman.

***

To be continue.

[Transmigrasi stories]

I'M KAI! [END]Where stories live. Discover now