27. HARI PALING SAKIT

Start from the beginning
                                    

"Kehadiran Kyomi membawa dampak buruk bagi psikis kamu. Kalau kamu terus-terusan bersamanya, emosi kamu semakin tidak terkontrol. Apapun yang menyangkut Kyomi, harus kamu jauhi." Angel mengatakan itu dengan raut wajah serius. "Kyomi hanya akan membuat hidupmu semakin kacau. Perasaan tidak tenang akan selalu menghantui kamu. Percayalah, lama kelamaan kamu bisa gila jika tetap bersikukuh mempertahankannya."

"Bukannya saya memang udah gila?" Nagen tertawa, "Bahkan pacar saya mengakuinya."

"Belum dan jangan sampai kamu beneran gila, Nagen. Saya di sini ingin membantu kamu keluar dari penderitaan ini."

Nagen berdiri. Sudah berakhir pertemuan mereka. Cowok itu mengambil kunci mobilnya kemudian mengenakan jaket kulitnya seraya berkata, "Saya rasa anda yang sudah kehilangan akal sehat. Percuma anda dibayar mahal hanya untuk mengatakan semua omong kosong itu. Sejauh ini cuma Kyomi yang bisa mengendalikan amarah saya. Dia yang buat saya marah, dia juga yang bisa meredakannya. Anda nggak perlu ikut campur lagi ke dalam hubungan saya dengan Kyomi. Lebih baik anda balik ke Amerika daripada mengacau di hidup saya."

Angel menahan pergelangannya yang sudah akan mencapai pintu, "Tolong kali ini dengarkan apa yang saya katakan."

"Lepas!"

Angel tidak mendengarkan seruannya. Membuat Nagen melepaskannya secara paksa.

"Jangan pernah anda mendoktrin pikiran kakek saya lagi. Kalau anda butuh uang, saya bisa memberinya pada anda tanpa perlu anda melakukan hal yang sangat sia-sia." Nagen melangkah menjauhi rumah, berjalan ke arah mobilnya yang tadi dia parkirkan di pinggir jalan besar.

Angel ternyata membuntutinya sampai depan gerbang. Nagen bisa mendengar suara wanita itu meskipun dia sudah berada di dalam mobil.

"Saya yakin kamu nggak akan menyesal meninggalkan anak itu."

Nagen tersenyum miris, "Justru gue akan menyesal seumur hidup kalau sampai gue lepasin Kyomi, " ujarnya seraya membayangkan kalau itu beneran terjadi.

***

Ketika menginjakkan kaki di apartemennya, Nagen mengerutkan kening menemukan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Nagen juga tidak melihat Kyomi dimanapun.

Gelisah, khawatir, marah, berpadu menjadi satu. Nagen mengerang seraya mengecek ponselnya. Tanpa pikir panjang dia menelpon Kyomi, namun ponsel cewek itu sepertinya mati. Nagen menendang barang apa saja yang ada di dekatnya.

"Kemana sih tuh cewek?! Mana pergi nggak pamit-pamit dulu ke gue!" Nagen duduk resah di atas ranjang. Cowok itu akhirnya menanyakan Kyomi pada Mahika, tapi Mahika juga tidak tahu dimana Kyomi berada.

Nagen buru-buru membuka pintu saat suara ketukan terdengar dan sosok di luar sana membuatnya kembali menendang sebuah tong sampah tepat di sampingnya.

"Mau ngapain lagi lo ke tempat gue?! Nggak cukup satu cambukan di punggung lo?!" Nagen mendorong bahu Yona. Sudah dia pusing memikirkan keberadaan Kyomi, ditambah kedatangan Yona. Kepalanya serasa mau pecah.

"Gue punya informasi bagus buat lo."

"Nggak usah buang-buang waktu gue." Nagen hendak menutup pintu yang langsung ditahan Yona sekuat tenaga.

"Kyomi yang ngasih tau abang gue soal gue ada di apartemen lo semalam."

Nagen menggertakan giginya, "Gue nggak percaya. Mending lo enyah dari hadapan gue."

"Gue punya buktinya. Ini gue ambil diam-diam dari ponsel abang gue." Yona menunjukkan hasil screenshot-an panggilan terakhir di ponsel Uriga juga sebuah pesan singkat dari Kyomi yang menyuruh Uriga untuk berhati-hati terhadap Nagen.

NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND Where stories live. Discover now