Tigapuluh Delapan

195 26 17
                                    

Terlepas dari apa yang sudah menjadi keputusannya, Mila tak bisa lagi mundur. Tak ingin membuat semua orang kecewa terutama Mama Axel yang berharap sangat pada pernikahan putra kesayangan, Mila rela melepas cintanya.

" Pernikahan Axel adalah permintaan terakhir mama, setelah itu mama ikhlas kalau Tuhan memanggil mama," ucap Mama Axel menggenggam tangan Mila erat.

Kesibukan dan euforia yang terjadi menjelang pernikahan putra bungsunya membuat wanita paruh baya itu lupa menjaga kesehatan hingga drop dan harus dilarikan kerumah sakit. Tak ada hal yang serius, Mama Axel baik-baik saja, hanya kelelahan. Namun Mila tidak ingin mematahkan harapan seorang ibu. Dia harus bertanggung jawab pada apa yang dia mulai.

" "Kamu yakin akan melanjutkan hubungan kita?" tanya Axel begitu mengantar Mila pulang.

Mila mengangguk pelan. Axel menghembuskan napas panjang, sarat dengan kelegaan. Dia pun menggenggam jemari Mila sebagai ucapan terima kasih. Setelah pembicaraan di cafe , Axel tak berharap banyak dan menyerahkan semua pada takdir. Axel bukanlah sosok religius,  tapi dia yakin Tuhan akan menjawab doa ibunya.

Hari itu pun tiba.

* Ya ampun neng, geulis pisan ih, seperti barbie" ucap sang MUA takjub memuji , sekaligus puas dengan hasil karyanya sendiri.

Mila menatap pantulan dirinya dikaca lalu menyematkan senyuman  tulus. Bagaimanapun keadaaan hatinya sekarang, tak ada yang boleh tahu. Bukankah ini hari bahagia? Tidak ada alasan untuk menangis, dia sudah memilih, jadi tak ada yang perlu disesali.

Sepeninggal sang perias dan juga asistennya yang pamit untuk sarapan diresto hotel. Mila memainkan benda pipih ditangannya, melihat dan menscrollling laman media sosial, sesuatu yang jarang dia lakukan. Postingan Yuki satu jam yang lalu membuat dia tergugu. Tampak beberapa potret Kevin beserta  keluarganya, dan juga para sahabat berfoto bersama di bandara.

" Sukses ditempat baru bro, tunggu kedatangan kami di negeri kangguru"#farewell#sahabatselamanya#

Begitu caption yang terselip.

Itu artinya Kevin sudah pergi. Mila mendesah nelangsa. Pupus sudah semua asa. Tak ada lagi yang tersisa. Mereka berdua kini berada dijalan masing-masing. Takdir membawa mereka pada perjalanan baru dan Mila tidak ingin lagi tenggelam dalam lara. Cukup untuk rasa sesak ini.

"Selamat jalan mas, semoga kamu menemukan kebahagiaan lagi, kamu akan selalu punya tempat dihatiku," gumam Mila. Satu bulir bening lolos dari mata, Mila segera menyeka pelan.

Dengan segenap kegundahan Mila beranjak dari duduk dan berjalan menuju tepi jendela. Dia butuh pengalihan agar kesedihan yang  kembali tercipta tidak merambat pada moodnya.

Saat bersamaan pintu terbuka.

" Maaf Mil, untung kami gak terjebak macet atau aku akan kehilangan kesempatan untuk melihat akad," sapa Yuki memasuki kamar dan menghampiri Mila lalu memeluknya sekilas. Tidak ingin merusak dandanan Mila yang begitu cantik .

" Gak papa Ki, lagipula acaranya masih satu jam lagi," ucap Mila berusaha bersikap biasa. Tak ada yang boleh tau kegalauannya.

" Lagian Kevin ngambil penerbangan pagi, subuh-subuh aku sama Esa udah dibandara, untung anak-anak  mau dititipin sama neneknya," cerocos Yuki panjang lebar.

" Apa Mas Kevin udah berangkat?"
tanya Mila ambigu. Pertanyaan yang tidak perlu jawaban, kehadiran Yuki disini sudah menjawab segalanya.

Yuki mengangguk " Udah Mil, on time, ngomong-ngomong gue shock dengar kebenaran soal Diandra, tapi apapun itu semua udah kembali normal, kalian sudah mendapatkan kebahagiaan lagi, Diandra kembali bertemu suaminya, Kevin akan memulai perjalanan baru dan kamu menikah lagi," . Yuki mencomot sepotong cake dari piring yang ada diatas meja dekat Mila berdiri. Dia belum sempat sarapan karna berpacu dengan waktu.

Bukan Pangeran Impian (Tamat)Where stories live. Discover now