Dua Puluh Empat

142 29 15
                                    

Mendengar pintu dibuka tak membuat Mila mengalihkan pandangannya dari jendela, sambil melipat kedua tangan didepan dada, Mila terus menatap ke langit malam tanpa bintang, redup seperti suasana hatinya sekarang.

" Jelaskan mas,"

Terdengar  mengintimidasi dan Kevin paham betul maksud perkataan istrinya barusan.

" Maafin aku sayang, " lirih Kevin berucap.

Mila menghela napas, berusaha mengatur jalannya udara ke hidung beriringan dengan emosi yang turut membuncah,  sedikit lega dia  membalikkan badan dan melangkah mendekati Kevin yang duduk ditepian ranjang.

" Aku tidak butuh permintaan maaf kamu mas, aku butuh penjelasan," Mila memberi penekanan.

" Bukankah Andrean sudah mengatakan semuanya," ucap Kevin membalikkan perkataan Mila.

" Itu versi Andrean, dan aku mau versi kamu," lanjut Mila

Giliran Kevin yang menghela napas, tidak ada gunanya menyembunyikan apapun lagi, kalau Mila sudah mengintrogasi begini sangat sulit untuk diabaikan.

Mila menarik sebuah kursi lalu  duduk dihadapan Kevin. Seperti seorang penyidik diruang investigasi, Mila menunggu jawaban suaminya.

"Bengkel sedang menghadapi kesulitan, berkat bantuan seorang kolega aku dipertemukan dengan Andrean,  dan Andrean setuju untuk berinvestasi di bengkel, aku pikir tidak ada  solusi yang lebih baik dari itu sayang, kamu tahu sendiri sulit mendapatkan investor untuk perusahaan yang hampir collaps,"

Mila mencerna jawaban Kevin lalu tersenyum sarkas, " Dan kamu gak lupa kan siapa Andrean?"

Tentu saja Kevin ingat,  Andrean adalah pria yang sempat dijodohkan dengan Mila saat itu, tapi Mila lebih memilih menikah dengan dirinya.

" Lupakan saja sayang, besok aku akan menyelesaikan persoalan ini."

" Lupakan kamu bilang, enteng banget kamu mas, kamu gak liat tadi gimana ekspresi Andrean, dengan bangga dia mengatakan sudah menyelamatkan rumah tanggaku, seolah aku berhutang budi padanya, hallo!!" tandas Mila sinis. Baru kali ini dia bersikap arogan pada sang suami,  semarah-marahnya Mila selama ini, dia tetap berusaha menjaga ucapan.

Kevin sebenarnya juga tersinggung dengan sikap Andrean,  tapi dia menahan diri, karna mereka sedang di acara resepsi pernikahan adik iparnya, Andin. Kalau bukan karna memikirkan kehormatan keluarga, mungkin Andrean sudah babak belur dibuatnya.

" Maafin aku Mil, seandainya aku tahu Andrean punya maksud lain, gak mungkin aku mau kerjasama, waktu itu dia terlihat sangat tulus membantuku,"Kevin mengakui kenaifannya. 

Mila menggeleng tak percaya, seorang Kevin bisa termakan oleh sandiwara Andrean. Padahal Mila pernah mengatakan kenapa dia dulu menolak dijodohkan dengan pria itu.

" Aku tidak mau mendengar kata maaf aja mas, kamu ngerti gak sih mas, ini menyangkut harga diri aku, kamu pikir aku gak mampu apa berinvestasi di bengkel, bahkan aku bisa memberikan lebih dari yang Andrean kasih, "sengit Mila lantang, beruntung kamar hotel ini kedap suara, kalau tidak mungkin orangtua dan keluarganya yang lain akan mengetahui pertengkaran mereka.

Sebenarnya setelah resepsi Andin usai, Mila ingin pulang. Tapi Kevin bersikeras menginap karna gak enak sama papi dan mami. Akhirnya Mila mengalah. Moodnya memburuk sejak dipermalukan Andrean dihadapan keluarga dan juga rekan-rekannya.

Andrean pintar memilih bahasa yang halus seolah bercanda, tetap saja Mila kehilangan muka, orang akan beranggapan Mila tidak peduli dengan keadaan suaminya.

Kevin terdiam. Tidak punya pembelaan apapun karena dia memang bersalah.

" Bukankah aku selalu bilang, apapun masalah kamu, itu juga masalahku mas,"

Mila tak habis pikir, Kevin tidak pernah memahami arti kalimat itu. Berulangkali dia melakukan kesalahan yang sama menyelesaikan masalah sendiri tanpa melibatkan Mila.

Sejak peristiwa Alisa, dimana Yuki terpaksa bersekongkol dengan Zico untuk memisahkannya dengan Kevin demi bisa menebus Esa, Mila dengan setulus hati memaafkan.

Tapi tidak berhenti disana, Kevin kembali membuat keputusan sendiri saat Tante Rianti sakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang banyak, Kevin meminjam uang pada teman touring karna tabunganya tidak mencukupi. Padahal kalau Kevin jujur, Mila tidak keberatan untuk membayar biaya perawatan. Mila tahu saat tak sengaja mendengar percakapan Kevin saat mengembalikan uang tersebut. Mila sangat marah, meski akhirnya luluh dengan permintaan maaf lagi.

Mila pikir Kevin akan berubah tapi nyatanya tidak, beberapa proyek dengan teman-teman touring-nya terancam gagal dan merugi sehingga Kevin mengajukan proposal kerjasama dengan beberapa perusahaan agar proyek tetap jalan, lagi-lagi tanpa sepengetahuan Mila, namun luasnya jaringan yang Mila miliki, akhirnya Mila tau juga. Sudah bisa ditebak Mila kembali memaafkan.

Dan sekarang terkoneksi dengan Andrean, pria yang suka mempermainkan wanita dan juga licik.

" Aku tidak mau merepotkan kamu sayang, "

Mila mendengus, sudah sangat hapal dengan reaksi Kevin. Tak ingin berdebat lebih jauh Mila beranjak menuju jendela sambil sesekali memijit pelipisnya. Keadaan menjadi hening seketika, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, detik dan menit berlalu hingga Mila sampai pada satu pemikiran.

Kalau selama ini maaf adalah penutup masalah, tidak kali ini. Prinsip Mila, pernikahan itu adalah hubungan dua arah dimana suami dan istri saling melengkapi dalam suka dan duka, beriringan dalam langkah, bukan berjalan sendiri sendiri seperti yang mereka jalani sekarang. Kevin memang memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami, tapi pria itu tidak pernah membagi kesusahannya pada Mila.

Kevin menyelesaikan semuanya sendiri, tanpa meminta persetujuan atau sekedar membicarakan dengan sang istri, kalau saja Kevin mau terbuka pasti Mila dengan senang hati membantu tanpa harus melibatkan orang lain.

Semua orang tau dengan kredibilitas yang Mila miliki, dia mempunyai kemapanan yang jauh diatas Kevin, wajar jika Mila sedikit egois, bukan karna malu bersuamikan Kevin tapi dia tidak ingin Kevin direndahkan oranglain.

Sayangnya Kevin tidak memahami  tanpa sadar setiap keputusan yang dia  buat telah melukai martabat istrinya.

" Aku menyerah mas," kalimat penutup pertengkaran malam itu mengantar mereka pada status sekarang.

Kevin menerima keputusan Mila dengan lapang dada padahal Mila berharap pria itu memperjuangkannya, tapi hingga sidang terakhir Kevin tak pernah datang memenuhi panggilan pengadilan hingga keputusan verstek pun dijatuhkan.

Menyesalkah Mila?

Awalnya iya, berharap dia bisa mengembalikan putaran waktu,  tapi ketidakhadiran Kevin yang menghilang tanpa kabar membuat dia menanamkan satu keyakinan dalam hati bahwa Kevin tidak benar-benar mencintainya.

Mila berusaha menerima kenyataan
Tak ada gunanya menyalahkan Kevin. Sesungguhnya dia lah yang salah sudah buru-buru meminta Kevin menjadi suaminya. Menitip asa lebih, berharap Kevin adalah sosok yang dia impikan.

Namun cinta tetap saja cinta sekian tahun berlalu Mila tak mampu melepas rasanya untuk Kevin. Dan seperti saat ini menangis dibalik kemudi adalah caranya untuk meluapkan perasaan.

" Masa depan Kevin dan keluarganya ada ditangan kamu Mil, kamu satu-satunya harapan kami sekarang, mohon dipertimbangkan, " Pinta Esa menutup pembicaraan mereka bertiga di cafe yang ada ditoko roti.

Mendengar Kevin dipenjara, Mila merasa dunia runtuh seketika. Tidak mampu membayangkan bagaimana keadaan pria yang pernah menjadi teman hidupnya itu harus tinggal dibalik tembok sel yang dingin. Mila sangat memahami suasana disana. Apakah Kevin bisa melaluinya,  Kevin yang  alergi debu, Kevin yang pilih-pilih makanan, Kevin yang terbiasa tidur dikasur empuk, Kevin yang terbiasa manja saat sakit. Ya Tuhan ..

Bunyi klakson bertubi-tubi membuyarkan lamunan Mila, tersadar dia sudah membuat kemacetan dilampu merah, Mila bergegas memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mungkin ini yang dinamakan firasat, perasaan gelisah dan selalu terbayang Kevin yang melanda beberapa waktu terakhir terjawab sudah.

***

Jangan lupa vomen dear, tapi maaf belum bisa jawab satu persatu, thanks alot atas atensinya, happy reading

Sorry for typo..

Love
Dik@

Bukan Pangeran Impian (Tamat)Where stories live. Discover now