Tigapuluh Dua

155 28 7
                                    

Buk..buk..buk

"Aarrgh" pekik kesakitan menggema dari mulut Zico.

Tak terhitung banyak pukulan yang menghujam tubuhnya, namun Zico tak sekalipun menyuarakan permohonan ampun. Membuat Kevin geram. Hingga membabi buta.

Sesekali  Zico mencoba menangkis serangan, apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan kemampuan Kevin.
Merasa cukup Kevin pun menghempaskan tubuh yang tak berdaya itu kelantai.

Kevin bertolak pinggang sembari mengatur napasnya yang menderu, menenangkan diri agar dia tidak lepas kendali lalu membunuh Zico. Dia masih waras untuk itu.

Keadaan Zico tampak dramatis, terlentang ditengah ruangan apartemennya.

" Kenapa Lo berhenti, habisi gue sekarang juga,heh" ujar Zico dengan suara terbata-terbata dan menahan sakit dari gusi yang terus mengeluarkan cairan merah.

Kevin mendengus " Mati terlalu mudah buat lo,"

" Kevin, Kevin ,, bego banget sih, kalau gue hidup yang ada hidup lo gak akan tenang,"

Kevin menggeleng heran, disaat sekarat seperti ini pun Zico masih mampu menantangnya.

"Apa yang lo dapat dengan balas dendam sama gue,"

Sejatinya dulu Kevin , Zico dan Esa adalah sahabat, namun seperti banyak kisah persahabatan zaman sekolah, pertemanan mereka juga diwarnai dengan lika liku masalah anak muda.

Zico tidak terima begitu Nina, gadis yang dia sukai menolak cintanya, dia merasa sakit hati terlebih Nina ternyata menyukai Kevin.

Klasik memang, tapi itulah faktanya hanya demi ego masa lalu Zico terus melakukan kejahatan pada Kevin.

"Buka mata hati lo co, gimana pun kita pernah menjadi sahabat," Kevin mencoba melunak. Berharap Zico sadar.

" Sahabat kata lo, mana ada sahabat yang nikung teman, cuih" decih Zico tak sudi.

Dan harapan Kevin  ternyata sia-sia, kekerasan hati Zico melebihi batu.

" Lo memang susah dikasih tau, pantesan lo selalu kalah dari gue, lo boleh licik, tapi otak lo  gak jalan. Lo mau pamer ke siapa kalau lo berhasil membuat gue menderita hah, gak ada yang peduli sama lo, " tuding Kevin bengis.

Zico terdiam.

" Atau lo mau pamer ke Nina, kalau lo lebih hebat dari gue, Nina gak akan peduli man, dia udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, Lo gak lupa kalau dia udah punya suami dan juga anak, " lanjut Kevin.

Terpengaruh atau tidak yang jelas Kevin sudah menyampaikan pemikirannya. Dia tahu persis bagaimana Zico didalam keluarganya, sejak kecil dia kekurangan kasih sayang, orangtuanya sibuk dengan karir masing-masing dan melupakan kalau anak -anak mereka butuh perhatian. Tak heran kalau Zico  tumbuh menjadi pribadi yang egois.

Zico  sebenarnya tertohok oleh kata- kata Kevin. Membenarkan ucapan mantan sahabatnya itu dalam hati. Tapi Zico bukan orang yang mudah menunjukkan kekalahan.

" Jangan sok menasehati gue, sekali rival selamanya rival, terserah apapun tujuan gue, bukan urusan lo,"

Mendengar itu Kevin kembali emosi, habis sudah kesabarannya. Dia beranjak dari duduk dan dengan satu sentakan  Kevin menarik kerah baju Zico untuk berdiri.

Zico terhuyung, kepalanya sangat pusing. Tapi Kevin tidak peduli.

" Terserah lo mau dengar atau nggak yang pasti gue gak akan tinggal diam kalau lo masih berani mendekati  keluarga gue terutama Mila, jangan salahkan gue kalau lo berakhir dengan tragis," Kevin memperingatkan.

Bukan Pangeran Impian (Tamat)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon