Tigapuluh Tiga

155 24 7
                                    

"Kak, liat TV  1 sekarang," ucap Andin sembari masuk kedalam kamar dan menghempaskan diri diatas kasur, Mila mengerutkan kening heran, tak urung dia memencet remot yang ada diatas nakas.

Perhatiannya yang tadi sedang fokus pada notebook beralih pada layar 32 inci yang tergantung menghadap tempat tidur.

Mila terkejut saat melihat wajah Zico dilayar kaca, dan yang lebih mengagetkan Zico kini tengah berada dalam deretan beberapa orang lain dengan seragam oranye berjejer dibelakang petugas kepolisian yang tengah duduk memberikan keterangan pers.

Mila menambah volume suara dan mendengar dengan seksama apa yang disampaikan. Zico ditahan dengan kasus dugaan penggunaan obat terlarang. Pria itu tertangkap di apartemennya saat tengah mengadakan pesta.

Mengingat bagaimana Zico yang selalu berusaha menghancurkan Kevin, Mila sangat bersyukur akhirnya Zico mendapatkan balasan dengan sendirinya.

Usai tayangan tersebut, muncul Dedy Irawan sedang diwawancarai ditempat berbeda, dimana Dedy mengatakan kalau ternyata selama ini dia dibohongi, kasus yang menimpa Kevin adalah kesalahan putranya, dengan ekspresi yang dibuat menyesal dia meminta maaf pada media dan juga masyarakat sudah lalai dalam mendidik anak, dia mengatakan siap jika putranya dihukum atas perbuatannya.

Mila tersenyum sinis, dia tau pasti itu hanya propaganda yang dibuat Dedy agar posisinya sebagai calon penghuni parlemen tetap aman. Dedy mungkin bisa membohongi publik dengan drama yang dia buat, tapi tidak dengan Mila.

Andai saja Kevin mau mendengarkan, dia akan menguliti Dedy sampai ke akar-akarnya, agar orang seperti itu tidak menjadi racun ditengah pemerintahan dan juga masyarakat. Sayang pemikiran Kevin tidak sejalan dengan Mila. Pria itu lebih memilih opsi aman.

Mila masih memandang layar kaca ketika segmen di TV sudah berganti iklan. Andin yang sedari tadi ikut menyimak menyenggol lengan sang kakak  hingga Mila sedikit terjingkat.

" Ee malah melamun, mikirin apa sih kak?" tanya Andin penasaran. Beberapa waktu belakangan Mila memang banyak termenung, setiap kali ditanya, dia bilang baik-baik saja.

Mila menghela napas lalu menggeleng lemah.

" Hmmm aku tau nih,  kakak sedang mikirin Kak Axel kan?" tuding adik bungsunya itu.

Mila gak tau harus komentar apa,  dia kembali menyibukkan diri pada notebook memeriksa beberapa dateline pekerjaan yang harus dia serahkan pada Prilly dan Bang Regar. Selama Mila cuti mereka berdua lah yang akan menyelesaikan tanggung jawabnya.

Untuk seminggu kedepan Mila akan disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Axel. Bukan pesta besar-besaran, hanya intimate party. Demi menghormati keinginan keluarga Axel, Mila setuju untuk mengadakan resepsi terbatas, hanya keluarga dan teman dekat saja yang diundang.

" Anak-anak mana Ndin, kok sepi?" Mila mengalihkan pembicaraan.

" Sudah pada tidur siang kak, saatnya me time" seru Andin seraya merentangkan kedua tangan.

Mila tersenyum melihat tingkah adik bungsunya itu.

" Trus ngapain masih disini, sana gih , kakak lagi banyak kerjaan," usir Mila dengan halus. Jujur saat ini dia ingin sendiri.

" Yee malah diusir, kapan lagi me time  sama kakak satu-satunya, kangen tau pengen jalan bareng, " sahut Andin tak terima.

Mila memandang Andin sekilas, benar yang dikatakan adiknya itu sudah lama sekali rasanya mereka tidak jalan berdua seperti dulu, keduanya seolah disibukkan dengan dunia masing-masing.

" Gimana kalau besok?" Mila memberi saran.

" Bukannya besok mau fitting kebaya," ucap Andin  mengingatkan.

Bukan Pangeran Impian (Tamat)Where stories live. Discover now