Oh! BAD! -2

15.9K 990 10
                                    

Bel pulang berbunyi adalah sebuah anugerah bagi Arily. Ia bergegas menyimpan peralatan tulisnya lalu segera berlari keluar kelas meskipun guru di sana belum keluar sama sekali. Bagi Arily, kalau bel sudah berbunyi, waktu mengajar benar-benar telah habis dan guru tidak berhak menahan siswa untuk tidak keluar kelas.

Arily menepuk kepalanya ketika ia lupa menyampaikan pesan dari Bayu tadi kepada Nabhan. Ia kembali berbalik ke kelas dan menyembulkan kepalanya di balik pintu.

"Nabhan, Kak Bayu nyampein surat cinta sama Lo. Katanya Lo disuruh nyamperin dia bawa data anak yang ikut pawai." Setelahnya Arily segera pergi dari sana sebelum guru yang masih di sana meneriakinya.

Ia memelankan jalannya ketika sampai di gerbang sekolah. Ia ingat kalau Devan ingin berbicara dengannya, ia harus siapkan mental mendengar semua ceramahan kekasihnya itu nanti.

Arily menelan ludah gugup kala melihat Devan tengah menunggu di luar gerbang dengan motor hitamnya. Tampak sekali raut wajah Devan sangat tenang sembari memainkan ponselnya, almamater dongker kebanggaan anggota MPK itu masih terpasang apik pada tubuh tegapnya.

Arily berjalan cepat menghampiri Devan.

"Kak!"

Devan menoleh pada Arily yang berada di depan motornya, menyimpan ponsel lalu melepaskan almamaternya, memberikan benda Dongker itu pada Sang Kekasih.

"Lain kali pake rok panjang, Lo cewek baik-baik, jangan liatin aurat," ucap Devan yang dibalas Arily dengan senyuman paksa.

Devan membantu Arily naik ke motornya, lalu memberikan helm kepada gadis itu.

"Yaelah Kak ketimbang rok doang. Temen aku pada bilang aku cupu kalo pake rok panjang," balas Arily.

Devan berdecak. "Gak ada alasan ya, Lo lebih mentingin pendapat temen Lo dibanding aurat Lo itu?"

"Bilang aja Kakak gak mau aset Kakak diliat orang lain," goda Arily.

"Gue gak ada hak ya, sampai sekarang dosa Lo masih ditanggung sama Papa Lo. Paling gak pikirin Papa Lo," ucap Devan yang langsung membuat Arily terdiam.

Dirasa tidak ada percakapan lagi, Devan segera menjalankan motornya.

"Kita mau kemana Kak?"

"Kemana lagi? Ya rumah Lo lah. Mau pulang kemana lagi Lo emang?" balas Devan.

"Ck, katanya tadi Kakak mau bicara sama aku."

"Gak jadi, udah males gue."

Arily hanya menghela napasnya pasrah mendengar jawaban mengesalkan dari kekasihnya itu.

Lama berada di jalanan, motor Devan berhenti di sebuah rumah bercat putih yang tak lain adalah rumah Arily. Devan membantu Arily turun dan mengambil kembali almamaternya yang tadi menutupi paha sang kekasih.

"Kak, nanti malam jadi kan?"

Devan mengernyit lalu menghembuskan napasnya. "Maaf, kayaknya gabisa. Gue ada latihan band sampai malam."

Arily berdecak kesal mendengar pernyataan Devan itu. "Kak!"

"Lain kali aja, gue benar-benar sibuk menjelang tujuh belasan ini." Devan mengusap lengan Arily.

Arily menghela napas lirih. "Kak, kita udah sebulan gak jalan."

"Yang—"

"Au ah, aku kesal sama Kakak. Semenjak Kakak menjabat jadi Ketum MPK, kakak banyak berubah." Arily berjalan pergi memasuki rumahnya mengabaikan Devan yang memanggilnya.

"Yang, sayang!" Devan berdecak.

Menyalakan kembali motornya lalu berlalu pergi dari sana.

★★★

Oh! BAD!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora