Bunyi lonceng kecil di pintu masuk berbunyi, menandakan seseorang yang baru saja memasuki cafe. laki laki dengan hoodie putih  berjalan mendekat ke meja merek.

Theesa yang sadar langsung heboh sendiri
"Kak Ralvin! long time no see"

Ralvin memberi senyum tipis nya dan memilih bergabung duduk di meja mereka.

Zea menyerahkan jersey itu "Lo yakin mau pakai ini? tapi nomor punggung nya masih tanggal gue"

"gapapa"

"tapi kan—"

"No problem, Zea"

Zea memilih diam,sebetulnya ia cuma gamau Ralvin dapat masalah, Zea tahu kalau status Ralvin sekarang udah jadi milik orang lain tapi kenapa bersikeras pakai itu.

Zea membenarkan rambut rambut kecil nya yang keluar "Gue ambilin minum dulu ya" Zea berdiri dan meninggalkan Ralvin dan Theesa di sana.

Kedua nya berdiam dengan pikiran nya masing-masing, Ralvin sibuk menatap layar hp nya sedangkan Theesa, perempuan itu sedang menuliskan sesuatu di kertas.

Keheningan itu berhenti sampai Theesa membuka suaranya

"Gabriella Shena— pacar kakak?"

Ralvin hanya berdehem sebagai jawabannya, Ralvin pikir perempuan ini akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait Raden, karena laki laki itu ada bersamanya sejak pagi tadi, dan dengan bangsat nya mengaku kalau ia lupa punya cewe.

Theesa menyelipkan poni yang menghalangi keningnya, jemari lentik itu masih terus menekan keyboard di hadapannya.

"Shena is my classmates.. Aku lihat dia suka diam di kelas sendirian, dia jarang terbuka sama orang orang— mungkin aku bakal coba buat lebih deket lagi sama Shena, kak" Theesa meneguk sedikit milkshake coklat yang daritadi menemaninya di tempat ini.

"Tapi serius aku kaget loh waktu kak Ralvin putus, terus  jadian lagi sama Shena, Aku kira kakak bakal cari yang lebih hyperactive"

Ralvin itu tidak terlalu dekat dengan Thessa, Kenal juga dulu sebatas temannya Zea,yang ia tangkap dari pribadi Theesa ini, ia memang orang yang banyak omong, dan hari ini perempuan ini sedikit menyebalkan.

Thessa mengetuk ngetuk pulpen nya ke meja, laki laki di sampingnya ini sepertinya sangat tidak mau bertukar cerita dengannya, tapi Theesa tidak ambil pusing, ia malah lebih tertarik dengan orang orang seperti ini.

Theesa terus berkicau.

"Kakak tau? everyone's said, she's crazy, ah I'm not the one who think so" Thessa sedikit memelankan nada bicaranya "aku pernah, i really see, she hurt himself" ucapan Theesa membuat Ralvin mematung di tempat "Did your girl— have mental illness, kak?" 

Bahkan pada setiap ucapan nya menandakan serendah apa dirinya. jika saja yang bicara di hadapannya bukan seorang perempuan pasti sudah ia habisi.

"Udah bacotnya?"

Theesa tidak bisa menjawab, ia sedikit tersentak.

hanya bisa memandangi Ralvin yang berdiri meninggalkan kan meja nya.

Zea yang baru saja datang dengan nampan nya menatap mereka bingung.

NIRVANAWhere stories live. Discover now