Rumahku

3.1K 473 26
                                    

Bagaimana mungkin Ellea sudah meninggal. Dua tahun ini kami selalu bersama. "Jangan bicara sembarang!" hardikku.

"Aku tidak berbicara sebarangan, By!" sahut Ilham.

"Iya, By. Ilham berkata jujur," sahut Jovita.

"Jo, kamu kok tega bilang kalau Ellea sudah meninggal."

"Kenyataannya memang begitu, By."

"Aku tidak percaya sama kalian berdua!"

"Aku tau kehidupan kamu setelah ditinggal kedua orang tua sangatlah berat, By. Kamu harus sekolah sambil bekerja, demi membiayai hidupmu dan Ellea," ucap Jovita.

"By, kamu tidak pernah gagal menjadi seorang kakak. Kamu bisa mengurus Ellea dengan baik. Meski takdir berkata lain, Ella harus pergi meninggalkan kamu. Jadi tolong berhenti merasa bersalah," sambungnya.

"Ellea masih hidup, Jov!"

"Ellea sudah meninggal dua tahun lalu. Kalau kamu tidak percaya, sini aku antar ke makamnya." Jovita masuk ke dalam mobil.

"Tidak, Jov! Ellea masih hidup!"

"Jalan, Ham!"

Tek!

Kucoba membuka pintu mobil, tapi terkunci. "Buka pintunya, Ham!"

"Sebaiknya kamu duduk tenang, By. Makamnya tak jauh dari sini."

"Aku tidak percaya kalau Ellea sudah meninggal!"

Mobil melaju, "Berhenti, Ham! Kasian Ellea sendirian di Gua Jepang itu!" Aku berusaha menarik tangan Ilham hingga membuat mobil sedikit oleng.

"Kamu mau kita mati, By?" hardik Ilham.

Jovita mencoba menenangkanku, tapi aku tidak bisa tenang sampai bertemu Ellea. Kemudian ia memegang kedua tanganku. "Kamu mau bertemu dengan Ellea bukan? Sekarang kamu harus tenang dulu."

"Ellea tidak ada di sini, Jov! Ellea ada di Gua Jepang."

"Iya, sekarang kamu ikut dulu sebentar." Sepanjang perjalanan ke pemakaman, Jovita terus menggenggam tanganku.

Ilham memarkirkan mobil tepat di depan pemakaman. Pemakaman yang sama dengan tempat peristirahatan terakhir ayah dan bunda. "Ayo, By!" ucapnya sambil turun dari mobil.

Jovita mengajakku turun dari mobil. Kami jalan menyusuri jalan setapak di antara makam. Aku sangat hapal dengan tempat ini. Arah yang ia tuju adalah makam ayah dan bunda.

"Untuk apa kamu mengajakku ke makam ayah dan bunda?" tanyaku.

"Kamu ingin bertemu Ellea bukan?" sahut Jovita.

"Sudah kubilang Ellea tidak mungkin ada di sini!"

Jovita menghentikan langkah tepat di depan makan bunda. Makamnya masih bersih dan terawat. Di sampingnya ada makam ayah. Terakhir kali aku ke sini bersama Ellea, tapi sekarang ia tidak ada di sini.

Jovita menarik tanganku, mendekati makam ayah. Kemudian memintaku melihat ke makam di sebelahnya. Kutatap nama di batu nisan itu. Ellea Magdalena. Ya! Itu nama adikku.

Aku menoleh pada Jovita. Ia mengangguk pelan. Kemudian kembali menatap batu nisan itu. Tertulis tanggal lahir, 26 Desember 2007. Tanggal yang sama dengan kelahiran Ellea. Tepat di bawah tanggal itu, ada tulisan — Wafat: 26 Desember 2019. Tanggal yang sama dengan kelahirannya.

Lantas siapa yang selama ini bersamaku? Aku terduduk lemas sembari menatap makam Ellea. Tak lama tangis pun pecah. "El! Ellea!" teriakku.

Kurasakan sentuhan di pundak. "Kamu harus sabar, By," bisik Jovita.

ElleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang