Susanne

3.7K 491 11
                                    

"Kakak takut, El!" ucapku.

"Seharusnya kakak berterimasih padanya, bukan malah bersembunyi di balik selimut," balasnya.

"Memang dia siapa, sih? Kok bisa ditakuti. Pasti wujudnya seram. Apa jangan-jangan dia itu Kuntilanak Laki-laki?"

Aku pernah baca sebuah cerita tentang Kuntilanak Laki-laki yang bentuknya setengah kuda. Katanya kalau ia datang akan terdengar suara kuda atau lonceng. Hih! Aku langsung merinding ketika mengingat cerita itu.

"Sembarangan. Dia itu sosok yang positif, Kak! Malah disamakan dengan Kuntilanak Laki-laki."

"Suaranya sama."

"Tidak semua yang bersuara kuda itu Kuntilanak Laki-laki, Kak!"

"Habisnya, kakak tanya wujudnya, eh kamu malah bilang rahasia."

"Dia ingin berkenalan langsung. Jadi kakak yang harus melihatnya sendiri."

"Ya sudah, sekarang bilang sama dia kalau kakak sudah siap." Aku mencoba memberanikan diri

"Dia sudah pergi."

"Ke mana?"

"Ya, mana aku tau!" sahutnya, ketus.

"Kok malah kamu yang marah."

"Habisnya kakak bikin malu."

"Tolong bilang ke dia, kakak minta maaf." Baru kali ini aku merasa bersalah dengan hantu.

"Semoga saja dia bisa memaafkan kakak. Takutnya, dia marah dan membiarkan sosok apapun masuk ke rumah ini."

"Jangan gitu dong, El."

"Ya, itukan salah kakak sendiri." Ellea berlari ke arah pintu.

"EL!" Aku memanggilnya tapi ia malah menutup pintu.

Kini aku sendirian, tak tau harus melakukan apa jika ada sosok lain yang datang. Bersembunyi di balik selimut atau menyambutnya dengan senyuman. Entahlah! Terkadang aku bingung dengan dunia perhantuan.

_________

Malam sudah semakin larut, aku masih belum bisa tidur juga. Suara ringkikan kuda itu masih terngiang di telingaku. Katanya sosok yang baik dan positif, tapi kenapa suaranya membuat jantung ini berdebar kencang. Kupejamkan mata seraya menarik napas panjang. Berusaha untuk menenangkan pikiran.

ARGH!

Terdengar suara jeritan seorang wanita, kencang sekali. Suaranya berasal dari luar rumah. Spontan aku menarik selimut untuk menutupi tubuh ini. Ingin pergi ke kamar Ellea, tapi ini sudah tengah malam. Aku tak mau mengganggu tidurnya.

ARGH!

Suara itu kembali terdengar. Kini lengkap dengan tangisan dan rintihan minta tolong. "Tolong saya." Kini suara itu terdengar begitu dekat. Dari logatnya jelas sekali hantu ini bukan berasal dari Indonesia.

"Pergi! Jangan ganggu saya!" teriakku. Namun, suara minta tolong itu tetap terdengar. Sontak aku menutup telinga dengan bantal. Suara-suara masih terdengar, hingga aku tertidur.

Pagi harinya, aku terbangun dengan kepala pusing. Dengan mata perih dan mengantuk, aku berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Pagi ini terasa sepi. Biasanya Ellea sudah ada di kamar membangunkanku. Namun, daritadi suara tak terdengar. "EL!" panggilku seraya ke luar kamar.

Aku pergi ke kamar. Terlihat pintunya masih tertutup. Mungkin ia masih tidur. Kubuka pintu. Ia tidak ada di dalam. Ke mana perginya?

"EL!" Aku memanggilnya sembari berjalan ke dapur. Nihil. Ia tidak ada di dapur. Kini aku mulai panik. Sudah mengecek setiap sudut rumah, tapi batang hidungnya belum kelihatan.

ElleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang