Nippon

3.3K 467 3
                                    

"Sa-ya hanya ingin mengajaknya ke pantai," balasku agak terbata, sambil melirik moncong senjata laras panjang yang diarahkan padaku.

"Benar?" Susanne bertanya pada Kering.

Aku melirik Kering. Berharap ia mengatakan iya. "Iya, Mamat ingin mengajakku ke Pantai," balasnya. Napas ini langsung lega.

Susanne meminta pengawalnya menurunkan senjata. "Padahal sudah saya bilang, jangan sembarangan mengajak Kering ke pantai. Berbahaya! Kamu tidak ingat kalau tentara Jepang sudah memasuki kota ini?"

"Maafkan saya." Aku menudukan kepala. Tak bisa menatap wajah Susanne.

Kering tertawa, sembari menarik tanganku. "Temani saya main di dalam."

"Jangan!" Susanne mencegahku pergi. Apa yang ia inginkan dariku? "Kamu bawa barang-barang itu ke dalam!" perintahnya, sambil menunjuk ke arah pedati yang terparkir di depan rumah.

Aku menatap tumpukan karung goni dan peti kayu. "Baik." Kemudian bergegas mengangkatnya satu persatu.

"Yang itu, bawa ke dapur!" perintah Susanne yang sedang duduk di ruang tengah. Aku membawa karung yang sepertinya berisi tepung ke dapur. "Daritadi saya tidak melihat Sekar?" tanyanya saat aku kembali dari dapur.

"Sekar?" Aku bingung. Tak tau siapa orang yang ia maksud.

"Iya, Sekar!" Susanne meninggikan suaranya. "Tadi saya memintanya jaga rumah, tapi sekarang dia tidak ada."

Oh, mungkin maksudnya adalah Wanita yang tadi melarikan diri. Ternyata namanya Sekar. "Dia pergi ke belakang," balasku.

"Untuk apa dia pergi ke sana?"

"Saya tidak tau."

Susanne memanggil dua pengawalnya, lalu meminta mereka untuk pergi mencari Sekar. Sementara aku pergi ke dapur, melihat orang-orang sedang mengeluarkan bahan makanan dari karung. Sepertinya mereka akan memasak dalam jumlah besar.

"Mau ke mana kamu?" tanya Susanne saat aku akan melangkah ke luar.

"Duduk di depan, Non," sahutku.

"Lebih baik kamu bantu orang-orang di dapur. Papa akan pulang nanti malam. Semua makanan harus sudah siap."

"Baik, Non." Aku kembali ke dapur, membantu memasak. Ada tiga orang wanita pribumi yang bertugas di dapur. Padahal dapurnya tidak begitu besar.

_________

Keringatku sudah bercucuran, karena udara panas di dalam dapur.

"El, tolong kakak!" batinku, sembari memotong kentang. Entah sampai kapan mimpi ini berakhir.

"Mamat!" Kering berdiri di dekat pintu dapur.

"Ya?" sahutku.

"Temani aku main!"

Fiuh! Akhirnya aku bisa terbebas dari pekerjaan melelahkan ini. "Di mana?" tanyaku, seraya bangkit.

"Kamar."

Kami melangkah ke kamar. Kamar yang sama dengan yang kutempati. Hanya saja, tidak ada kamar mandi di dalam dan ukurannya lebih luas. Kering naik ke atas tempat tidur dengan seprai berwarna putih.

"Kamu janji akan membuatkan saya mainan," ucap Kering.

"Mainan apa?" sahutku.

"Seperti ini!" Ia menunjukan mainan berbentuk kuda yang terbuat dari kayu. Selain itu ada pula yang berbentuk tentara.

"Nanti saya buatkan."

"Yeah!" Kering terlihat begitu senang.

Namun, senyumannya itu sebentar lagi akan hilang, berganti dengan tangisan. Apa aku harus membawanya pergi dari sini?

ElleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang