Sosok Negatif

3.6K 504 22
                                    

Setelah tidur sebentar, kepala ini sudah agak enakan. Kubuka laptop, berniat melanjutkan cerita berjudul Kuntilanak Merah di Rumah Tusuk Sate. Rumah yang kami tempati sebelum ini dan hanya bertahan satu bulan.

Dahlia. Setiap kali aku menulis nama itu, bulu kuduk ini meremang. Namanya memang cantik, tapi tidak dengan wujudnya. Ia tidak seperti Kuntilanak Merah kebanyakan. Tubuhnya lebih besar dan menakutkan.

Anehnya, bentuk semenyeramkan itu tidak membuat Ellea ketakutan. Ia malah menanggapi aksi teror Dahlia dengan santai. Bahkan beberapa kali Dahlia jadi korban omelan adikku itu. Sementara aku harus tetap waras di antara dua makhluk mengerikan yang sering berseteru — Ellea dan Dahlia.

Pada awalnya Ellea menolak untuk pindah dari rumah itu. Namun, ketika melihat kondisiku sudah mulai sakit-sakitan, ia akhirnya mengalah. Tentunya dengan satu syarat, ia yang akan memilih rumah selanjutnya. Ia pun memilih rumah ini.

"Kakak lagi apa?" Kepala Ellea tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Hua! EELLL!" Aku nyaris terjengkang.

"Kakak terlalu berlebihan." Ia masuk ke kamar, lalu berbaring santai di atas tempat tidur. "Kakak sedang menulis cerita yang mana?"

"Rumah Tusuk Sate!" sahutku sambil menatap layar laptop.

"Oh, si Dahlia. Aku jadi kangen menjambak rambutnya yang mirip sapu ijuk itu."

"Gara-gara ulah kamu itu, dia jadi marah sama kakak."

"Ya, karena kakak terlalu takut padanya. Jadi dia bisa dengan mudah meneror kakak. Padahal kalau kakak lebih berani, bisa bantu aku jambak rambutnya."

Aku tak bisa membayangkan menjambak rambut Dahlia yang gimbal dan panjang itu. "Ih, kamu aja. Kakak tidak ikut-ikutan."

"Kakak masih takut sama dia?"

"Masih."

"Kenapa?"

"Ya, karena seram! Gitu saja nanya."

"Hmm ... kayanya lebih seram wanita yang dari tadi melihat kakak dari pohon itu."

"Pohon mana?" Aku melihat ke luar jendela.

"Itu!" Ellea menunjuk pohon beringin yang tak jauh dari jendela kamar. "Dia lagi gelantungan di sana."

"Gelantungan pakai kaki?" Aku langsung membayangkan kelelewar.

"Kakak itu penakut, tapi suka ngomong sembarangan. Pantas selalu diincar sama hantu."

"Lagian kamu bicaranya tidak jelas."

"Dia gelantungan pakai tali."

"Kaya ayunan?"

"Bukan! Talinya diikat di leher."

"Maksud kamu? Bunuh diri?"

"Bukan!"

"Terus apa, dong? Tidak mungkin kan dia lagi main panjat tali."

"Tuhkan, kakak bicara sembarangan lagi. Nanti dia marah!"

"Kamu yang salah! Mancing-mancing imajinasi kakak saja."

Ellea tertawa. "Dia digantung di sana, Kak."

"Pasti ada alasannya kenapa dia sampai digantung."

"Itu hukuman untuknya."

"Hukuman? Memang apa yang dia lakukan."

"Dia berkhianat, Kak."

"Berkhianat gimana?"

Ellea bercerita kalau wanita itu adalah seorang pribumi yang kerja sebagai pembantu di rumah ini. Namun, ia berkhianat, memberikan informasi kalau rumah ini sedang tidak ada penjagaan. Sehingga tentara Jepang bisa menyerbu rumah ini dan membantai semua orang yang ada di sini.

ElleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang