Dari dalam hutan, mulai berdatangan orang-orang berwajah pribumi tapi sangat pucat dan penuh luka. Ada pula tentara Belanda yang bentuknya tidak kalah menyeramkan.

Jendral Yamamoto bergerak, berdiri di depan Gua. Sementara tentara Jepang lainnya sudah berbaris tepat di belakangnya.

Sepertinya mereka akan berperang. Yang membedakan adalah kali ini perang antara hantu. "Kak Al!" teriak Ellea sembari belari mendekat. Kemudian ia melepaskan ikatan di tangan dan kakiku. "Kakak tidak apa-apa?" tanyanya.

Sebuah pertanyaan basa-basi yang tak mau kudengar. Padahal sudah jelas sekali aku dalam keadaan sekarat. Bahkan untuk bergerak pun rasanya tak sanggup.

Ellea memegang luka menganga di perutku. "Sakit, Kak?" tanyanya. Aku hanya membalas dengan lirikan maut. "Tahan sebentar, Kak."

Jendral Yamamoto berteriak dengan menggunakan bahasa Jepang, sembari mengangkat pedangnya. Seketika itu, tentara Jepang bersorak sorai.

Tuan Brosman tak mau kalah. Ia mengayunkan pecut yang bercahaya putih ke tanah. Hingga timbul suara ledakan. Duag!

Pertempuran pun pecah!

"Ayo, Kak!" Ella membantuku berdiri, tapi tak bisa. Tubuhku sudah sangat lemas.

Dari hutan yang berada tepat di belakangku. Muncul tentara Jepang tanpa kepala. Mereka berniat menyerangku dan Ellea. Beruntung, Macan Putih itu lari dan menghadang mereka. Hanya dalam sekejap, tentara Jepang itu sudah terkapar.

"Cepat naik!" Aku hanya bisa bengong saat Macan Putih itu berbicara.

Ellea kembali membantuku berdiri. Hingga aku berhasil duduk di punggung Macan Putih itu. Sementara ia duduk di belakang sembari memeluk tubuhku agar tidak terjatuh.

WUS!

Angin kencang berhembus dari atas bibir Gua. Sontak semua yang sedang bertarung pun menatap ke arah sana.

"GASHA!" teriak Jendral Yamamoto. Diikuti suara hentakan kaki besar, yang menggetarkan tanah.

DUG!

Ada telapak kaki tengkorak yang sangat besar tiba-tiba muncul di depan Gua. Aku menengadah ke atas, melihat dua bola mata besar berwarna merah memancar di gelapnya langit. Tuan Brosman dan pasukannya pun bergerak mundur.

"Jangan menatap matanya, Kak!" ucap Ellea. Kemudian kami pun bergerak mendekati Tuan Brosman.

"Bawa mereka pergi!" perintah Tuan Brosman. Kami pun bergerak ke dalam hutan.

WUS!

Ada angin kencang menerpa tubuhku. Hingga membuatku dan Ellea terjatuh ke tanah.

WUS!

Kali ini ada angin yang menumbangkan pepohonan di sekitarku.  Tak berselang lama, ada tangan besar muncul dan bergerak dengan cepat ke arah kami.

Macan Putih berusaha menahan pergerakan tangan itu, tapi tidak berhasil. Tubuhnya malah terpental jauh. Telapak tangan tengkorak itu meluncur mendekat. Aku tak bisa menghindar.

"Kak Al!" teriak Ellea seraya berlari mendekatiku. Kemudian ia berdiri di hadapanku, sembari membentangkan tangannya.

DUK!

Tangan tengkorak itu menangkap Ellea. "El!" teriakku.

"KAK AL!" teriak Ellea sebelum menghilang. Macan Putih itu berlari mengejar Ellea. Sementara aku hanya bisa terbaring tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa untuk adikku.

"Alby." Aku sangat terkejut saat Kakek Danu tiba-tiba muncul. Ia mengenakan pakaian serba putih, lengkap dengan kain putih yang melingkar di kepala.

"Kakek Danu," lirihku. Ia mengangkat tubuhku. "Gasha menculik Ellea."

"Kamu tidak perlu khawatir." Kakek Danu mengangkat tubuhku.

"Kakek, tolong Ellea."

"Iya, sekarang yang terpenting kamu kembali ke tubuhmu. Karena, jika jiwamu mati, maka rencana mereka untuk kembali ke masa sekarang akan berhasil."

Hanya dalam sekejap, aku sudah berada di kamar. Kakek Danu membaringkanku di lantai. Lalu pergi melalui jendela.

Heu!

Aku terperanjat dan bangun. Merasakan sakit di bagian perut. Kubuka sedikit baju. Ada memar yang letaknya sama dengan bekas tusukan pedang Jendral Yamamoto.

"Ellea," gumamku, seraya bangkit. "El!" panggilku dan berjalan ke luar kamar.

Pintu kamarnya terbuka lebar. Bergegas aku melihat ke dalam. Nihil. Ellea tidak ada di sana. Setiap sudut rumah sudah kuperiksa, tapi aku belum menemukannya juga.

"EL!" teriakku, sembari terduduk di lantai. Jika jiwanya diculik, seharusnya tubuhnya masih ada di rumah ini. Namun, kenapa aku tidak bisa menemukannya.

BERSAMBUNG

ElleaWhere stories live. Discover now